Happy reading❤️
Suara berat itu tiba-tiba terdengar dan membuat perhatian Shasya teralihkan sempurna ke arah sumber suara. Tangisnya berhenti sejenak begitu melihat sosok Papanya disana, ia sudah akan berlari menghampiri Gershon namun kalah cepat oleh sebuah lengan kekar yang menahan perutnya dari belakang.
Shit! Rey segera bangkit dan menangkap tubuh kecil itu lalu membopongnya dengan ringan tanpa memikirkan kondisi Shasya yang terus meronta-ronta. Gadis itu berusaha melepaskan diri dari jeratan Rey, sambil menangis ia memanggil-manggil papanya. Sementara itu Gershon menghembuskan nafasnya kasar ditempat begitu melihat kondisi putrinya.
"Papa ... Hiks.. Papa.." isak Shasya memanggil Gershon.
Dengan kekuatan tangan yang Rey miliki, ia mengeratkan pelukan agar Shasya tidak jatuh karena terus meronta.
"Diam! atau nanti kamu akan jatuh." desis Rey marah.
Shasya semakin menangis terisak saat mendengar nada suara Rey yang terdengar menakutkan. "Mau papa ... Hiks.. Papa," ucap gadis itu disela-sela tangisnya. Tangan pendeknya menjulur ke depan meminta Gershon untuk memeluknya.
Rey memberi peringatan lewat tatapan matanya ke arah Gershon untuk tidak mendekatinya. Biarlah ini jadi tanggung jawabnya, lagipula Shasya menangis karena ulah dirinya. Namun lelaki itu justru melangkah lebar mulai menghampirinya. Jangan lupakan lelaki itu tersenyum hangat menatap Shasya. Sungguh menyebalkan menurut Rey.
"Ssssttt.. Ada aku. Kenapa harus papa, hm?" Rey menyambar tangan pendek milik Shasya dan menggenggam tangan itu lembut. Mengelusnya lembut ketika dirasa tangan gadisnya yang mulai dingin akibat udara malam.
Shasya menggeleng. "Hiks.. Mau sama papa,"
"Putri kecil papa kenapa nangis?" pada akhirnya Gershon sudah berada di hadapan Rey. Matanya menatap teduh ke arah wajah Shasya yang bersimbah air.
Mendengar hal itu tangis Shasya semakin kencang. "Hiks.. Hiks.." isak Shasya. Wajah gadis itu terlihat memerah dengan beberapa keringat dingin membanjiri pelipis serta surainya.
"Apa yang kamu lakukan Rey?"
Rey berdehem. "Gak ada," sahutnya singkat.
Gershon beralih menatap Shasya. "Apa Rey berbuat nakal padamu, princess?"
Dengan keadaan yang masih menangis, Shasya menganggukan kepala.
"Baiklah, nanti akan papa kasih hukuman karena sudah berani membuat putri kecil papa menangis,"
Rey berdecak dingin mendengar hal tersebut. Rupanya lelaki itu ingin bermain-main dengannya jika begitu, dengan senang hati Rey menanti hukuman yang akan Gershon berikan padanya.
"Omong kosong apa yang papa bicarakan? Aku akan membawa gadisku ke dalam." ujar Rey ringan. Ia khawatir udara malam yang semakin dingin akan menyayat imun tubuh Shasya.
"Shasya ingin bersama papanya, jadi berikan padaku."
Rey spontan melangkah mundur dan menyembunyikan kepala Shasya ke ceruk lehernya, ketika Gershon ingin mengambil alih Shasya dari gendongannya. "Gak perlu! Aku lebih dari mampu untuk mengurus Shasya."
"Selagi aku ada bersamanya, aku akan selalu mengurus Shasya. Apapun itu, tanpa terkecuali."
"...Hanya aku yang dapat Shasya andalkan. Bukan papa, mama ataupun oranglain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Obsession
ChickLit⚠️ Alangkah baiknya sebelum baca harap follow akun author **** "Semua hal yang gadisku lakukan indah. Semua hal yang gadisku lakukan benar. Dan tentu aku menyukainya." - Rey Roderick Bexley- - - - - - Silahkan baca selagi masih on going!!