EPISODE 19

7.7K 544 36
                                    

Happy reading❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading❤️

"Sepertinya kita perlu melakukan sesuatu, sayang." bisik Rey ditelinga Shasya sembari tangannya yang aktif berjelajah setiap lekuk tubuh indah milik Shasya.

Shasya belum sempat membalas ucapan Rey, tiba-tiba saja sikutnya ditarik dan tubuhnya melayang digendong oleh lelaki itu dengan gaya ala bridal style.

"Kak Erick!" Shasya memekik terkejut karena pergerakan Rey tanpa aba-aba.

"Jangan berisik, nanti mama dan papa dengar." ucap Rey dengan nada suaranya yang terdengar rendah.

"Tapi..."

"Ssttt, be quiet." Rey menyesap leher Shasya sementara tangannya masuk ke dalam gaun satin Shasya lalu merayap naik menyusuri kulit gadis itu yang langsung membuatnya merasa panas karena sentuhan Rey.

"Ja-jangan..." ujar Shasya terengah-engah. Matanya menatap sayu ke arah wajah tampan Rey.

"Hey, it's okay. Aku tidak akan macam-macam." Rey terdiam sesaat setelah mengatakan itu sebelum kembali berkata yang mampu membuat tubuh Shasya meremang dibuatnya. "Mungkin hanya satu macam." gumam Rey sambil tersenyum miring.

"Kak Erick-"

"Diam, sayang." suara deep voicenya seketika membuat Shasya tidak berkutik.

"Kalau tidak mau ketahuan jangan berisik, okay?"

Shasya hendak protes tapi Rey langsung membungkam bibir Shasya dengan bibirnya. Memberi ciuman singkat namun memberikan efek panas untuk Shasya.

"Kak Erick..." bisik Shasya lirih.

"What, baby?" sudut bibir Rey terangkat membentuk senyum miring.

"Kenapa, hm?" tanyanya dengan suara dalam dan serak, khas orang dewasa. Suara yang langsung membuat tubuh Shasya menggeliatkan tubuh karena terdengar sexy.

Bruk

Rey meletakkan Shasya ditempat tidur dengan pelan penuh kehati-hatian. Shasya hampir menjerit ketika Rey tiba-tiba memeluknya erat, lengan kokoh itu melingkari pinggang ramping Shasya dan deru nafasnya yang terasa panas menerpa ceruk leher Shasya.

Shasya menolehkan kepalanya ke arah samping, menatap Rey yang sama juga tengah menatapnya dengan lekat. Alisnya terangkat, pupil mata melebar dan tatapannya lebih intens dan cuping hidung melebar dan napas lebih cepat. Lelaki itu nampak melakukan suatu gerakan untuk memberi tanda bahwa hasratnya sedang naik.

"Damn it." Rey mengumpat lirih dengan mata tertuju pada bibir mungil Shasya. Lalu dengan cepat ia menyatukan kembali antara bibirnya dengan bibir Shasya. Kali ini tak ada kesan lembut, Rey melumat rakus bibir Shasya seolah tiada hari esok. Rey benar-benar terlihat seperti orang kelaparan.

Rey menekan bibir Shasya dengan bibirnya sebelum kembali melumatnya dengan liar. Rey mulai memainkan perannya sebagai seorang dominan. Lidahnya menyusup lebih jauh bagai mengabsen deretan gigi Shasya satu-persatu.

Sweet ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang