Happy reading❤️
"Aku sudah hampir menyelesaikan bukti perdagangan barang selundupan yang di lakukan keluarga Rodriguez di Amerika serikat."
"kerja bagus. Setelah masalahnya selesai, semua industri keluarga Rodriguez di Amerika akan menjadi milikmu." ujar Rey dengan wajah datarnya.
"Kak Erick.." suara lembut itu mampu mengalihkan atensi Rey ke arah pintu. Disana berdiri seorang gadis mungil dengan boneka bear berada di pelukannya.
"Mimpi buruk?" Rey menghampiri Shasya lalu menggendong gadis itu bak anak koala.
"Ah... Rupanya anda menyembunyikan sebuah berlian di dalam istana."
Rey tersenyum smirk menanggapi hal tersebut. Membetulkan letak duduk Shasya di pangkuannya agar nyaman. "Tidak ada lagi yang perlu di bicarakan, silahkan keluar."
Dari nada bicaranya Rey terlihat sedang menahan amarah. Terbukti pula tatapan mata pria itu kian menajam.
"Baiklah, saya permisi."
"Mau pulang.." gumam Shasya pelan dengan kepala ia taruh di ceruk leher Rey.
"Kenapa, hm?" Tanya Rey. Tangan kekarnya bergerak mengusap lembut surai coklat Shasya.
"Pengen sama mama, mau mimi juga," ucap Shasya pelan nan serak.
"Mimi disini kan bisa," Rey berkata sambil memandangi wajah cantik Shasya.
Perempuan itu menggeleng "Nggak mau, Shasya pengen pulang hiks.." isaknya di dekapan Rey.
Rey membuang napasnya kasar, tatapannya kian melembut begitu melihat gadis pujaan hatinya menangis. Rupanya Shasya sedang dalam mode rewel.
"Berhenti nangis atau kita gausah pulang, hm?"
─── ∙ ~εïз~ ∙ ───
"Maafin Shasya ya, Rey. Anak ini suka rewel kalo lagi datang bulan."
"Nggak masalah, ma." Rey berkata sembari mengusap-ngusap lembut perut Shasya yang katanya sakit.
Maya terlihat menghembuskan napasnya. "Cepet sembuh anak mama," satu kecupan mendarat di kening Shasya.
Shasya menganggukan kepalanya lucu dan mengucapkan terima kasih pada sang ibu. Melihat Maya pergi dari hadapannya kini mata polos itu beralih menatap Rey.
"Kenapa?"
"Perutnya udah gak sakit lagi kak Erick," adunya tersenyum lebar.
Tangan berurat Rey berhenti seketika. "Really, baby?"
Shasya mengerjap, "Huum."
Rey menggigit pipi dalamnya gemas. Ekspresi Shasya sangat Rey sukai. Gadis itu terlihat polos nan lugu secara bersamaan.
"Perutnya sembuh karena udah di puk-puk sama kak Erick," ujar Shasya lucu.
Rey terkekeh mendengarnya. Lihatlah gadisnya menggemaskan sekali bukan?
"Hm, lain kali bilang kalo perutnya sakit. Biar aku yang puk-puk sampe sembuh, paham?" jari jempol Rey menghapus jejak susu di sudut bibir Shasya.
"Shasya, paham."
─── ∙ ~εïз~ ∙ ───
Sudah hampir 2 bulan lamanya Shasya bersekolah di SMA tersebut. Kabar baiknya gadis itu sudah tidak menjalani homeschooling lagi. Berkat bujuk rayunya yang manis, Gershon akhirnya luluh dan memberi izin Shasya. Dengan satu syarat jika terjadi sesuatu Shasya harus segera melapor pada Gershon ataupun Rey.
"Shasya belum paham, ibu guru."
Semua atensi siswa-siswi di kelas tersebut memperhatikan Shasya. Ah bukan melainkan menatap kagum wajahnya yang cantik.
"Ya, bagaimana Shasya? Bagian mana yang belum pahamnya?"
Shasya berdehem pelan. "Kal-"
Tringgg
Bel sekolah berbunyi menandakan waktunya istirahat telah tiba. Sehingga suasana kelas menjadi riuh ricuh, lantas semua siswa-siswi pun berbondong-bondong keluar.
Shasya menghela napas kasar. Baiklah mungkin di lain kesempatan ia bisa bertanya pada gurunya.
"Hai?"
Sontak Shasya menoleh ke samping. Disana ia menemukan seorang pria tengah tersenyum manis kearahnya. "Iya, kenapa?"
"Emh, tadi lo mau tanya apa sama bu cumcum? Siapa tau gue bisa bantu jawab pertanyaan lo." ujarnya pelan sambil mengusap tengkuknya yang tidak gatal.
Shasya mengerjap polos, kemudian menggelengkan kepalanya. "Gajadi, lagian udah lupa juga."
Pria itu menegakkan badannya. "Kenalin, nama gue Zeroun Xaquil Wiratama." pria yang mengaku bernama Zeroun itu tersenyum manis.
Shasya melihat tangan kekar itu menggantung di udara dan tanpa berlama-lama ia menyambut uluran tangan tersebut. "Aku, Shasya."
Zeroun terkekeh kecil. "Gue udah tau,"
Nampak mata bulat Shasya membola terkejut. "Kok kamu bisa tau? Perasaan kita baru kenal sekarang deh," ujarnya dengan pipi menggembung lucu.
Sadar atau tidak tindakannya barusan membuat Zeroun menggeram di tempat. Sial, dia sangat menggemaskan.
"Apasih yang nggak gue tau tentang lo," canda Zeroun lalu tertawa renyah. Shasya yang kelewatan polos dan tidak mengerti pun hanya bisa ikut tertawa. Jadilah mereka berdua tertawa bersama.
Dasar Shasya gadis freak
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Obsession
ChickLit⚠️ Alangkah baiknya sebelum baca harap follow akun author **** "Semua hal yang gadisku lakukan indah. Semua hal yang gadisku lakukan benar. Dan tentu aku menyukainya." - Rey Roderick Bexley- - - - - - Silahkan baca selagi masih on going!!