Happy reading❤️
Shasya duduk dengan sebelah tangan menyangga dagu. Matanya menatap sendu pada makanan di hadapannya. Ia mengaduk makanannya asal, seperti tidak selera.
Maya yang melihat itu mengernyit heran. Setelah tadi menghabiskan berjam-jam lamanya belajar, kini Shasya tengah berada di meja makan.
"Kamu kenapa sayang? Kok makanannya gak di makan sih?" Shasya tersentak saat sebuah tangan mengusap lembut kepalanya.
"Lho, kamu melamun?"
"Mama," Shasya mengerjab pelan.
"Iya, kenapa hm?"
"Aku gak mau makan," Shasya menggeleng dengan kedua mata beningnya menatap sayu Maya.
Maya menghela napas mendengar hal itu. "Katanya tadi mau makan, lapar. Kenapa sekarang jadi gak mau."
"Itu belum habis lho, habiskan ya sayang."
Shasya menggeleng kecil, bahunya merosot ke bawah lalu bersandar ke kursi. "Gak mau, aku udah kenyang."
"Kenyang dari mananya coba, orang kamu baru makan sedikit. Makan lagi yuk?" Maya membujuk. "Mama suapin,"
Shasya menarik diri ketika Maya mulai menyuapkan sesendok nasi kepadanya. "Gak mau, aku gak suka."
"Tapi kamu harus makan, sayang. Kalau gak nanti kamu bisa sakit."
Shasya mendorong piringnya menjauh. Ia menghiraukan Maya, menunduk lesu sambil menggigit bibir bawahnya kuat.
Sesuatu yang tidak mengenakan sedang terjadi dalam dirinya. Sampai suara lain menyahut ucapan Maya.
"Biarkan aku yang menyuapinya,"
Shasya menoleh dan merasakan tarikan drastis di kedua bibirnya. Shasya tersenyum saat melihat kedatangan orang itu.
"Kak Erick!" Shasya memanggilnya dengan senyum ceria di wajahnya.
"Maaf aku terlambat menemuimu," ucapnya yang kini berada di sebelah Shasya. Dirangkulnya pinggang Shasya, namun arah tatapan matanya jatuh kepada Maya.
"Apa begitu sulit membujuk putrimu agar mau makan?" tanyanya dengan tatapan menghunus tajam.
Rey Roderick Bexley. Kerap kali di panggil 'Erick' oleh Shasya, belahan jiwanya. Ia seorang lelaki dingin, begitu datar, dan tanpa belas kasih. Sering di anggap sebagai sosok misterius karena cenderung minim bicara dan tertutup.
Kedatangannya ke sini sudah di rencanakan olehnya, dan sontak saja mengundang binar senang Shasya. Entah perginya kemana raut wajah masam Shasya barusan.
Begitu Rey datang, sikap Shasya berubah jadi ceria.
Sementara itu Maya tertegun sejenak. Perempuan itu menaruh sendok di piring dan tersenyum kecil menatapnya. Ia sudah biasa melihat Rey yang begitu sarkas padanya. "Mungkin Shasya memang udah kenyang, kalau begitu mama ke belakang dulu."
"Mama nitip Shasya sama kamu sebentar ya Rey."
"Jangan nakal," Maya mengecup pipi Shasya sebelum pamit ke belakang.
Rey memperhatikan punggung Maya yang perlahan menjauh dari pandangannya dengan tatapan tajam.
Sedangkan Shasya tak menghiraukan itu, lantas mendongak menatap Rey. "Kak Erick ke sini mau main sama Shasya ya?!"
Binar polos Shasya membuat Rey tidak betah untuk tidak tersenyum. Lelaki itu tersenyum kecil sambil mengusap lembut pipinya. "Iya sayang,"
"Yeaayy!" Shasya memekik senang, lekas menubruk dada bidang Rey kencang oleh pelukan. Yang disambut senang hati oleh sang empu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Obsession
ChickLit⚠️ Alangkah baiknya sebelum baca harap follow akun author **** "Semua hal yang gadisku lakukan indah. Semua hal yang gadisku lakukan benar. Dan tentu aku menyukainya." - Rey Roderick Bexley- - - - - - Silahkan baca selagi masih on going!!