17. Cerita Jihoon

491 98 11
                                    

Tok! Tok!

"Iya, sebentar!" teriak Bunda dari dapur.

Wanita itu kemudian sedikit berlari menuju pintu rumah, dan membukanya. Beliau tersenyum begitu melihat siapa yang datang.

"Nara nya ada, Tan?"

"Kok, panggil Tante? Panggil Bunda, Hoon."

"Ah, iya, Bunda," Jihoon tersenyum hingga gigi putihnya terlihat.

"Masuk dulu, yuk, Bunda udah bikin sarapan." Ajak Bunda.

Jihoon menggeleng, "gak usah, Bun, Jihoon cuma mau ngasih ini buat Nara."

Bunda mengambil kotak pemberian Jihoon, "Jihoon bener gak mau sarapan dulu?"

"Gak usah, Bun, Jihoon ada ujian pagi ini," kemudian pemuda itu menyalami tangan Bunda. "Jihoon duluan, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Jihoon langsung pergi meninggalkan pekarangan rumah itu. Motornya melaju dengan cepat.

Sementara Bunda kini menatap intens kotak berwarna kuning yang entah apa isinya.

"Bunda nerima paket dari siapa?" tanya Ayah yang muncul tiba-tiba.

"Si Ayah ngagetin aja, ini dari Jihoon buat adek." Jawab Bunda, kemudian kotak itu diletakkan di atas meja ruang keluarga.

"Bunda, Ayah, selamat pagi dari anak kalian yang cantik jelita mirip Kim Jisoo Blackpink!"

Gadis itu menuruni anak tangga dengan semangat, hingga sepatu yang ia tenteng hampir jatuh. Kedua orangtuanya hanya menggeleng heran melihat kelakuan puteri nya ini.

"Dek, ada kado, tuh." Kata Ayah.

"Kado? Emang hari ini Nara ulang tahun?" tanya Nara bingung.

"Ulang tahun kamu udah lewat, buka aja dulu."

Nara pun membuka kotak itu dengan hati-hati. Bisa saja, kan, isinya ternyata hal mengerikan.

"Ini dari siapa?" tanyanya setelah melihat isi dari dalam kotak.

Gantungan kunci motif bulan sabit berwarna kuning itu sukses membuatnya heran. Lalu, gadis itu mencabut sticky note biru dari dalam kotak.

"Bunda?"

🎶🎶🎶

Jihoon POV

Gue pusing.

Hampir setiap malam, gue selalu mikirin nasehat Yoshi. Jujur, gue kaget kalau ternyata si Kecil naksir sama gue.

Memangnya gue sering bikin anak itu baper?

Gue bahkan gak terlalu ingat apa aja yang udah gue lakuin ke dia. gue paling ingat kalau gue sering usap-usap kepala dia.

Masa, sih, dia baper?

Padahal gue cuma usap kepalanya. Dan hal itu udah sering gue lakuin sejak dia lahir.

Iya, gue ingat wajah dia pas baru lahir ke dunia ini.

Cantik, lucu, tembam, mirip banget sama Sua waktu kecil.

Waktu itu, Sua masih dua tahun, dan Nara lahir. Mereka tumbuh bersama, jarang berantem. Sua sayang banget sama adeknya, sampai pernah waktu itu Sua nonjok anak kecil yang nakal sama adeknya.

Menginjak usia empat tahun, Sua sering rebutan mainan sama adeknya. Dia mikir kalau orangtuanya lebih sayang sama adeknya dibandingkan sama dia. Padahal yang gue lihat gak begitu.

Music • AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang