27. Kakak Nara

364 82 15
                                    

"Gue pamit, ya?"

"Gak mampir dulu?"

Asahi menggeleng. Dan Nara merasa sedikit kecewa.

"Lain kali aja," pemuda itu bersiap ingin melajukan motornya. "Sayonara!"

"Hah? Gue?"

Nara menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. Lalu otaknya berpikir keras. Ia hanya tak mengerti apa yang Asahi ucapkan. Daisuki dan sekarang sayonara.

"Coba nanti tanya Wonyoung, deh." Gumamnya.

Saat membuka gerbang, ia tak sengaja melihat Haruto yang baru saja pulang. Jantungnya berdegup kencang. Ia tak tahu reaksi macam apa ini. Terlebih lagi saat Haruto menatapnya kembali dengan intens.

Nara buru-buru masuk dan kembali menutup gerbang. Lalu, ia mengontrol napasnya. Jantungnya masih berdegup kencang, namun tidak sehebat tadi.

"Lo ini sebenarnya kenapa, Ra? Ketemu Haruto udah kayak ketemu monster, takut setengah mati!" monolognya.

"Ra, kenapa kamu?"

Oh, ada Bunda.

Beliau dengan wajah cantik nan rupawan nya itu tengah menyiram tanaman. Mimik wajahnya terlihat jelas sedang menatap Nara dengan tatapan aneh.

"Ah, gak apa-apa, Bun. Tadi digonggongin anjing komplek, hehehe."

Bunda menautkan alisnya, lalu berkata, "Mandi dulu sana, habis itu bantuin Bunda masak."

"Oke, Bunda!"

🎶🎶🎶

"Nara-chan, daisuki!"

Gadis itu terengah-engah. Ia menghirup udara sebanyak mungkin. Kemudian, menenangkan dirinya dengan mengatur napas sebaik mungkin.

Sekarang masih pukul sembilan malam.

Ia merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia tertidur di meja belajar dengan buku yang berantakan. Bahkan, buku yang ia jadikan alas untuk kepalanya pun sudah tertekuk. Nampaknya, buku itu tak bisa kembali seperti semula.

"Untung gak ileran kayak Doyoung," cicitnya.

Badannya terasa pegal. Melakukan peregangan otot adalah hal yang paling tepat. Setelahnya, ia membereskan buku-buku. Menaruhnya kembali seperti semula dan menyiapkan beberapa untuk hari esok.

Ponselnya berdering. Ternyata panggilan video grup dari Wonyoung, Yujin, dan Yuna tentunya. Gadis itu menggeser tombol hijau, lalu memposisikan ponselnya dengan tegak.

"Wah, formasi lengkap!" seru Yuna.

"Yujin akhirnya comeback," kata Wonyoung.

"Comeback home, comeback home," senandung Yujin.

"Ra, kok lo diam aja?"

"Bentar, masih ngumpulin nyawa," jawab Nara.

"Pantesan pipi lo berceplak garis!" Yujin tertawa setelahnya.

"Yang penting gue gak ngiler kayak Doyoung!" balas Nara tak mau kalah.

Di seberang sana, Doyoung merasa gatal pada telinganya.

"Lo pada gak ada teh?"

Nara mengernyit, "teh? Oh, gue ada! Teh Gelas kemasan kotak, mau?"

Yujin dan Yuna tertawa terbahak-bahak karena Teh Gelas sekarang hadir dalam kemasan kotak. Lebih spesifiknya, keduanya tertawa karena sudah jelas merk-nya Teh Gelas, namun kemasannya berupa kotak.

Music • AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang