30. With Kak Asa

372 75 9
                                    

Asahi keluar dari ruang OSIS bersama dengan beberapa orang lainnya. Sedangkan para anggota OSIS sibuk membereskan ruangan yang dipakai untuk rapat.

Ponselnya ia aktifkan. Lalu, ia kepikiran dengan Nara. Apa gadis itu sudah makan? Apa gadis itu sedang latihan?

Keputusan pun ia buat. Ponsel canggih nya itu ia gunakan untuk mengirim pesan pada Nara. Sekitar dua menit setelah pesan terkirim, pesan itu belum terbalas.

"Lagi latihan kali, ya?"

Ia menghela napas.

"Telepon aja kali, ya?"

Pikirannya bergelut. Seperti ada dua wujud, satu di kanan yaitu si baik, dan satu lagi di kiri yaitu si jahat. Dua pikiran itu bertengkar agar Asahi melakukan keputusan yang terbaik bagi pikirannya.

"Coba telepon, pasti khawatir sama dia, kan?" kata si baik.

"Ck! Gak usah dengerin dia, chat lo gak dibalas, mungkin dia lagi sama cowok lain," sahut si jahat.

"Sok tau! Nara anaknya baik, gak mungkin dia begitu. Lagi juga kan mereka belum jadian,"

"Udah, nurut aja sama gue. Dia gak bisa dihubungin itu artinya lagi sama cowok lain. Zaman sekarang itu mana ada yang gak begitu,"

"Telepon aja, nurut sama gue!"

"Jangan, si baik sesat!"

"Lo yang sesat, kan lo jahat!"

"Si baik mah namanya doang baik, dia aslinya jahat,"

"Gue tarik ya tanduk lo!"

"SETAN BERISIK BANGET!"

Asahi langsung membekap mulutnya. Kenapa ia kelepasan begini, sih? Nanti jika orang-orang mengira bahwa ia gila, bagaimana?

Jauhkan pikiran itu, Asahi.

Setelah berkelahi dengan pikiran, ia memutuskan untuk menuruti perintah si baik, yakni menelepon Nara. Ah, ia merasakan ada gejolak di hatinya. Seperti gejolak ingin jumpa. Apa ini bisa disebut dengan rindu?

Telepon sudah tersambung, namun belum dijawab oleh si penerima. Sedikit cemas dirinya saat ini. Tak lama, telepon terjawab.

Asahi memberanikan diri untuk bertanya.

"Ra, dimana?"

"Di kantin sama Yujin,"

Kemudian, ia menghela napas panjang sambil berusaha mengontrol detak jantungnya.

"Aku ke sana,"

Merasa malu, ia merutuki dirinya sendiri. Sangat tiba-tiba ia menyebut 'aku' untuk dirinya. Semburat merah muncul di pipinya.

"E-emangnya rapat udah selesai?"

Asahi memejamkan matanya begitu mendengar suara gugup gadis yang ia telepon. Apakah ia terlalu berlebihan sekarang?

"Udah, tadi Jeongwoo juga ngabarin katanya latihan sebentar lagi mau mulai."

"O-oke!"

Asahi menjauhkan ponsel dari telinganya, kemudian menyentuh tombol merah di bagian tengah bawah. Ia memejamkan matanya lagi sambil tertawa tidak jelas.

"Sa, kenapa lo?"

Asahi menggeleng menanggapi pertanyaan Junkyu yang ada di hadapannya. Pemuda mirip koala itu mendelik pada Asahi, sebelum akhirnya menimpali ucapannya lagi.

"Dasar gak waras!"

Junkyu mencebikkan bibirnya, lalu masuk ke ruang OSIS.

Tanpa berlama-lama lagi, Asahi mulai melangkahkan kakinya menuju kantin untuk menjemput Nara. Begitu sampai di kantin, ia melihat Nara sendirian. Tidak ada Yujin di sana. Apa Nara berbohong?

Music • AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang