33. Asahi Kecewa

465 52 11
                                    

Bel berbunyi sebagai tanda pulang sekolah. Semua murid berhamburan keluar kelas. Tidak dengan Asahi. Pemuda itu masih setia tidur di studio. Seragam yang sedikit kotor itu ia jadikan penutup wajah agar tidak silau mengingat lampu studio amat terang.

Setelah puas beberapa jam tertidur, pemuda itu membuka matanya dan membuang seragamnya asal ke lantai. Ia mungkin akan mencucinya sendiri.

Untuk bangun saja ia enggan. Badannya masih ngilu mengingat bagaimana ia jatuh akibat pukulan tak main-main dari Haruto. Asahi butuh koyo sepertinya.

Suara bising mulai terdengar di depan studio. Asahi kembali memejamkan mata begitu mendengar suara pintu terbuka. Derap langkah yang tenang mulai mendekatinya.

"Uhuk!"

Seseorang baru saja meniban perut Asahi dengan tas. Pelakunya yang lain dan tak bukan adalah Park Jeongwoo.

"Sorry, gue kira gak ada orang," ledeknya.

Asahi membuka matanya, menatap sinis ke arah Jeongwoo yang wajahnya terdapat plester biru dengan motif jerapah.

Asahi terkekeh geli, kemudian berusaha duduk dan bersandar pada dinding.

"Lo apa-apaan, Woo?"

"Apa-apaan apanya?"

"Pipi lo, asli gue mau ketawa banget!"

Jeongwoo meraba pipinya, kemudian tertawa kecil, "sebenarnya gue gak mau pakai beginian, tapi nanti doi ngambek."

"Siapa?"

"Si anu,"

"Lo kalau ngomong yang jelas!"

Jeongwoo berdecak, "Jihan!"

Asahi hanya ber-oh ria, kemudian kembali menertawakan Jeongwoo.

"Luka lo gimana, udah diobatin?"

Asahi mengangguk, lalu menunjuk kotak P3K di sudut dinding studio. Jeongwoo pun mengangguk dan bernapas lega. Bersyukur karena luka Asahi bisa terobati.

"Woo, lo percaya kalau obat yang bisa nyembuhin ternyata malah nambah penyakit?"

"Percaya," jawab Jeongwoo. "Narkotika contohnya."

"Narkotika?"

"Iya, beberapa ada yang buat nyembuhin penyakit, kalau kecanduan atau dosisnya berlebih ya lo mabok, gak waras, malah nambah penyakit."

"Oh,"

Jeongwoo berdecih, "patah hati?"

Asahi hanya tersenyum. Bukan senyum senang, melainkan senyum penuh kepahitan.

"Gue kira dia obat buat gue dan bisa sembuhin luka gue di masa lalu, ternyata bukan. Gue kecanduan dia, sampai akhirnya gue sakit lagi," ujar Asahi.

"Awalnya gue support kalian, tapi setelah kejadian ini kenapa gue ikutan gondok sama dia, ya?"

"Mau gimanapun juga dia tetap sahabat lo, Woo. Gak kayak gue, gak terikat hubungan apapun sama dia."

"Gue ngerti, gue cuma gak nyangka aja sama dia yang lebih milih yang pernah nyakitin daripada sama yang baru,"

"Itu artinya Haruto emang rumahnya Nara, Woo. Dia cuma singgah di gue, gue cuma tempat berteduh." Kata Asahi dengan nada yang sedih.

Asahi menghela napas, "sejelek atau seburuk apapun rumah, itu tetap rumah lo. Lo harus melakukan perbaikan biar rumah itu terlihat bagus. Mungkin setelah kejadian ini, Haruto merubah tempramen nya dan jadi rumah yang layak huni buat Nara."

"Gue miris sama lo, kisah cinta lo gak pernah mulus." Sahut Jeongwoo.

Asahi tertawa miris, menatap Jeongwoo dengan mata yang berlinang.

Music • AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang