3. Kenalan

987 178 20
                                    

Nara merungut kesal, sedari tadi ia terus mengoceh tak jelas. Ponselnya ia matikan setelah membaca pesan dari sahabat karibnya.

Haruto
last seen 15:34

|• Ra, sorry tadi gue pulang gak bilang.
|• Ada kerkel mendadak.
|• Lo balik sama Jeongwoo aja kalo gak Doyoung.
|• Doyoung ada latihan dance.

Jeongwoo bilang ia tidak bawa motor, ia pulang dengan Junghwan. Doyoung juga sudah pulang duluan. Jadi, Nara harus bagaimana?

Apa ia harus menyalahkan kelompok Haruto karena menunda tugas kelompok? Tugas yang seharusnya dikumpulkan minggu lalu malah baru dikerjakan sekarang. Dasar.

"Ah, masa gue naik bus?" tanyanya pada diri sendiri.

Tin!

"Heh, cil! Kok belum pulang?"

Nara menoleh setelah mendengar suara klakson motor seorang Yoshinori, ditambah lagi dengan suara khas dari Kim Junkyu.

"Bawel banget!"

"Lah, ditanya baik-baik juga," Junkyu mengerucutkan bibirnya. "Pasti gak ada yang jemput."

"Wah, cenayang lo?" ledek Nara.

"Gak tau aja lo, si Junkyu keturunan dukun." Kata Yoshi.

Nara terbahak di tempat. Ia memegangi perutnya bahkan air matanya ikut menetes.

"Kak, nebeng dong." Ucap Nara.

"Sama Jihoon sana. Dia sendiri, tuh!" seru Junkyu.

"Gak mau! Motornya tinggi." Tolak Nara.

Junkyu tertawa, "Terus lo nya kependekan?"

"Bahahahaha, anjir lo, Kyu! Anak orang ntar ngambek." Jihoon akhirnya bersuara, mulai julid.

"Berisik!"

"Emang si Haruto kemana? Biasanya juga pulang sama dia." Ucap Junkyu, tangannya sibuk membuka bungkus permen.

Nara berdecak, "biasa lah dia kerkel pas waktunya udah mepet."

"Terus lo ditinggalin? Bahahaha, diduain tugas anjir." Kata Jihoon, mulutnya memang tidak bisa kalau tidak julid.

"Berisik! Diem diem kek lo kayak Kak Yoshi. Kan enak dilihat." Ucap Nara.

Yang dipuji malah sibuk membanggakan diri, Yoshi berkata, "ganteng ya gue?"

"Emang, ya, susah juga jadi orang ganteng. Dimana-mana selalu dipuji." Kata Yoshi lagi.

"Gak jadi!"

"Anjir kasihan hahaha."

"Sabar, ya, Ci." Kata Junkyu sembari mengusap punggung Yoshi.

"Ca! Ci! Ca! Ci! Gue bukan kurcaci!" protes Yoshi.

Nara makin badmood, naik bus ia malas dan harus mengeluarkan uang. Apa ia harus jalan kaki?

"Udah ayo bareng sama gue." Ucap Jihoon seakan tahu apa yang Nara pikirkan.

"Wah, punya ilmu apaan dia? Kok bisa tau apa yang gue pikirin?" batin Nara.

Jihoon menarik lengan Nara dan membuat Nara hampir jatuh ke pelukan Jihoon.
"Lama lo!"

Jantung Nara berdegup kencang, iramanya tak karuan. Nara pikir ia harus memeriksa jantungnya setelah ini ke rumah sakit untuk memastikan apakah dia baik-baik saja.

"Idih, pipinya merah!"

"Bom meledak!"

Sedangkan Yoshi dan Junkyu sibuk meledek, membuat Nara memegang pipinya yang terasa hangat. Lain kali Nara akan menutup mulut mereka dengan lakban.

Music • AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang