"Aku tidak menduga, kisah cintaku akan sesingkat ini. Aku tidak mengira ia pergi hanya karena sepucuk surat yang memfitnah diriku. Tanpa berfikir panjang, kata putus terutarkan dari mulut gadis yang ku cinta. Bagaimanapun, Aku harus berjuang, karena kisah cinta ini baru dimulai dan masih banyak lagi perjuangan yang harus ku lakukan." Dimas.
----
Plak!
Gebi menampar keras pipi Dimas, membuat Dimas bertanya-tanya.
"Ternyata lo brengsek ya, dim?" ucap Gebi lirih.
Dimas meraih tangan Gebi, meminta kekasihnya untuk menjelaskan masalahnya secara baik-baik. Namun, tangannya di tepis kencang.
"Aku mau putus! Aku gak sudi pacaran sama orang yang gak bertanggung jawab setelah menodai seseorang!"
Dimas semakin bingung dengan tuduhan Gebi.
"Geb, tolong kamu jelasin pelan-pelan. Aku gak paham maksud kamu apa? Aku nodain siapa maksud kamu?" tanya Dimas.
Gebi menepukkan kedua tangannya tepat di hadapan wajah Dimas.
"Hebat ya, kamu! Merasa gak bersalah sama sekali, aku jadi yakin sama keputusan aku sekarang!"
Gebi ingin pergi, namun ditahan oleh Dimas. Dimas memohon agar Gebi bersedia untuk menyelasaikan kesalah pahaman ini dengan baik-baik. Namun Gebi sudah terlanjur benci dan muak.
Gebi bergegas naik ke dalam angkot.
Dimas meremas rambutnya kencang, berfikir keras untuk mencerna ucapan Gebi. Baru beberapa hari ia merasakan bahagia mendapat seseorang yang sesempurna Gebi. Namun, sekarang ombak menghantam kencang karang hubungannya, ia tidak ingin kehilangan Gebi.
"Gue harus perbaiki semua ini!" tegasnya pada diri sendiri.
Dimas pergi ke cafe yang biasa menjadi tempat berkumpul Romusah dan segera untuk menghubungi semua temannya. Dimas sangat frustasi hingga sulit untuk berfikir secara jernih.
Akhirnya setelah menunggu Romusah datang, namun hanya benar-benar para anggota geng mereka yang datang, Dinda dan Bella tidak datang.
"Dinda mana, sob?" tanya Dimas.
"Ada P.O novel, kan baru cetak," jawab Angkasa.
Dimas mengangguk paham.
"Kenapa, dim. Mendadak lo ngajak kumpul?" tanya Marcel.
Dimas pun menjelaskan apa yang terjadi, semuanya menyanggah geram. Bagaimana bisa Gebi yang pintar langsung terhasut dengan sepucuk surat yang kebenarannya belum jelas.
Namun, Marcel paham betul perasaan kecewa Gebi saat membaca surat. Perempuan memang seringkali seperti itu, cemburunya dapat menutup akal sehatnya, jadi ia bisa saja membuat keputusan sepihak dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patahnya Sayap Angkasa [END]
Teen FictionApa kau tahu rasanya mencintai seseorang yang tidak bisa kau miliki? Itulah yang aku rasa, dia yang ku cinta adalah saudariku sendiri. Namun aku kecewa padanya, disaat ku tahu kebenaran besar yang ia tutupi. Aku tahu maksudnya baik, namun rasa ini...