[12] Hai Gebi!

33 9 14
                                    

"Tenanglah wahai sobat, kami akan mencarikanmu pemikat! Seseorang yang mampu membuat mu lupa akan sakit yang begitu berat." The boys.

------

Dinda keluar dengan baju tidurnya yang berwana soft pink sambil memakai ikat rambut, membuat Angkasa tertegun kagum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinda keluar dengan baju tidurnya yang berwana soft pink sambil memakai ikat rambut, membuat Angkasa tertegun kagum.

Dinda tersenyum manis kearah Angkasa, saat berselingan Dinda membisikkan sesuatu padanya, "Makasih buat hari ini Sa,"

Angkasa tersenyum sambil terus menatap Dinda, namun kaki nya masih terus melangkah. Dan..

Brugh!

Angkasa tersandung salah satu anak tangga yang ia pijak, membuat Denira dan Surya tertawa geli. Sedangkan Dinda hanya tersenyum malu.

Angkasa mengaruk kepalanya yang tidak gatal, dan bergegas masuk ke kamarnya.

Bugh!

Angkasa menutup pintunya terlalu keras, hingga salah satu penyangga pintunya lepas. Dan membuat pintu kamarnya menjadi terbuka dan menggantung.

"ASA!!" teriak Denira dari lantai bawah.

"Sorry bun,"

---

"Fyuh...," ucap Angkasa sambil menghembuskan nafas berat.

Angkasa membayangkan tentang kejadian dihari ini, ia senang bisa berdua dengan Dinda. Membuatnya semakin mengenali Dinda yang sebenarnya, tak disangka Dinda tak pendiam jika kita sudah benar-benar dekat dengannya. Dan benar kata pepatah "Tak kenal maka tak sayang." dan seperti itulah perasaan Angkasa pada Dinda saat ini.

Angkasa juga semakin senang karena Dinda sudah bisa bangkit dan berjuang untuk melanjutkan kehidupannya. Angkasa sangat ingin memberikan yang terbaik untuk Dinda selamanya, namun dia khawatir jika nantinya hatinya berlabuh pada seseorang, dan Dinda akan terlupakan, terlebih lagi jika seseorang itu posesif. Tapi Angkasa bertekad untuk tidak akan mencintai gadis manapun yang tidak bisa menghargai hubungannya dengan Dinda.

---

"Bangun, Sa!" Surya menepuk-nepuk pundak Putranya.

"Heum... Apasih ganggu aja lo bola kapas!" ucap Angkasa sambil menguletkan tubuhnya.

Surya berdecih pelan sambil membantin, "Kalo sudah seperti ini, adalah tugas Denira!" batinnya.

Surya pun berjalan keluar dari kamar putranya, dan berpapasan dengan Dinda yang baru selesai menaiki anak tangga terakhir.

"Pakde, biar Dinda aja yang bangunin," ujar Dinda.

Surya mengangguk dan meninggalkan Dinda.

Dinda pun masuk sambil membawa secangkir teh jahe yang ia buat sendiri. Karena kata Denira, Angkasa sangat menyukai minuman penghangat tubuh.

Patahnya Sayap Angkasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang