[18] Rencana dan telfon

32 11 24
                                    

"Dewasa tak hanya dilihat dari umur, tapi bagaimana sikapmu menghadapi situasi dimana kau kehilangan banyak orang disekitar mu." Marcel.

------

------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok... Tok... Tok...

Angkasa menyadarkan fikirannya. Untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya.

"Din? Kenapa?" tanya Angkasa.

Dinda menyembunyikan wajahnya, dan tidak menatap Angkasa. Tiba-tiba, "Sa!" panggil Denira di barisan anak tangga.

Denira terkejut ketika melihat bahwa Dinda terbangun. Dinda mulai menoleh, "Dinda kamu belum tidur?" tanyanya.

Dinda menggelengkan kepala pelan, Denira memegang halus pipinya, dan seolah mengerti ada hal yang ingin Dinda bicarakan. Mereka duduk di dalam kamar Angkasa, di balkon tepatnya. Angakasa dan Denira tak bergeming, menunggu sang gadis mengutarakan isi hatinya.

"Dinda rindu rumah bulek," ujarnya pelan.

Denira tersenyum, melangkah mendekati Dinda yang berada di tepi balkon. Sedangkan Angkasa merasa iba, ya memang benar se-bahagia apapun seseorang di luar sana, pasti kelak akan merindukan rumahnya. "Dinda boleh pulang, tapi harus ditemani." belai Denira lembut.

Dinda menatap girang ke arah Angkasa, seolah memberi harapan agar dirinya bersedia menemani Dinda. Angkasa tersenyum sesaat, lalu mengangguk. "Iya, lagian kita lagi libur akhir tahun. Ga ada salahnya sekalian refreshing," jawabnya.

Denira menyarankan agar Angkasa juga mengajak para sahabatnya. Karena, dia dan sang suami akan ada pelatihan Dinas di daerah pelosok Kalimantan.

Angkasa meminta waktu untuk mengajak Romusah sampai besok. Secepatnya, Dinda akan bisa pulang melihat rumahnya.

---

Esoknya, disaat sarapan. Denira membicarakan hal yang dibahas mereka tadi malam. Surya setuju atas pendapat yang di lontarkan Denira. Sementara, setelah Rania mendengarkan. Ia mengamuk untuk ikut, sudah lama ia tidak ke Bali, dan dia akan mengamuk jika tak diajak, katanya.

Siangnya, Romusah berkumpul di Cafe atas permintaan Dinda. Tak ketinggalan, Dinda juga mengajak Gebi dan Bella.

"Jadi gimana?" tanya Angkasa.

"Lah gas, apasi yang ga buat neng Dinda. Lautan pun akan abang selami jika neng Dinda minta," ujar Yoga mendramatisir.

"SOK PUITIS, LO. KARUNG GONI!" ujar Ela.

"Gue sih ikut aja, kalo yang sebelah gue mau!" seru Dimas sambil melirik Gebi.

"Boleh deh, kangen juga udah hampir satu tahun ga lihat Bali,"

"Bella mau ikut, cel. Marcel juga ya!" pinta Bella.

Marcel mengangguk, begitu juga Ela.

"Yeay, lengkap. Makasih semua...," ujar Dinda.

Patahnya Sayap Angkasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang