"Kau boleh saja marah, atau bahkan benci. Namun jangan kau bilang ingin pergi, karena merasa dirimu tidak aku cintai," Angkasa.
----
"Kinan!" panggil Angkasa saat melihat Kinan duduk dengan badan menggigil di halte.
Kinan tersenyum, ia percaya Angkasa akan datang menjemputnya. Kilat terus bergemuruh, mendampingi hari yang sudah gelap. Angkasa berjalan mendekat, namun setibanya di hadapan Kinan, ia canggung untuk meminta maaf.
"Gue gak tau lo bakal marah, atau benci sama gue. Tapi, tolong maafin gue atas kesalahan gue ini, gue udah janji ke Dinda supaya jaga lo dengan baik, tapi gue selalu gak bisa diandalkan siapapun buat nepatin janji." sambil memakaikan jaket yang ia bawa ke badan Kinan.
"Ini cuma soal waktu, sa. Amarah memang seringkali membuat kita lupa, tentang siapa yang tidak pernah pergi dikala sepi. Tapi kamu juga harus bisa mengendalikan amarah kamu supaya gak menyakiti orang lain!" pinta Kinan.
Angkasa memeluk erat Kinan, ia sangat menyesal mengikuti emosi yang terus meluap dalam fikirannya. Angkasa berjanji pada dirinya, agar tidak melakukan hal serupa kepada Kinan.
Setibanya di rumah, Kinan terbaring lemas di kamar, badannya masih menggigil. Membuat Denira kembali memarahi Angkasa atas keegoisannya itu.
Rania mencampakkan dirinya, dengan berkata bahwa Angkasa tidak akan berani berbuat hal setega ini jika ada Dinda, gadis itu tidak akan membiarkan Angkasa larut dalam emosinya.
Sampai kapan Angksa akan seperti ini? Dinda sudah pergi, apa dia masih mengharapkan gadis itu kembali? Lalu sampai kapan ia akan melampiaskan kekesalannya kepada dia yang di bilang sahabat?
Angkasa tertidur di pinggir kasur Kinan, membuat gadis itu merasa iba. Ia berniat untuk pergi, jika Angkasa hanya menganggap dirinya beban atas cintanya.
Namun ia sudah berjanji pada Dinda, untuk tetap bersama Angkasa apapun keadaannya.
"Sa," panggil Kinan sambil menepuk punggungnya.
"Kin, lo udah bangun? Badan lo? Huft udah baikan," ucap Angkasa sambil memegang kening Kinan.
"Kalau kamu belum bisa mencintai aku gapapa kok. Aku gak akan ngerepotin kamu, dan maksa hati kamu buat mencintaiku juga, tapi inget! Selalu ada penyesalan setelah kepergian seseorang,"
"Kata siapa aku gak cinta? Lantas kenapa aku janji sama Dinda aku bakal menikah sama kamu? Rasa sayang aku memang lebih besar buat Dinda, tapi rasa cinta aku cuma kamu yang milikin sepenuhnya. Jangan pergi dan merasa bahwa kamu gak aku cintai!"
Angkasa memeluk Kinan, ia tidak ingin kehilangan siapapun lagi dalam hidupnya, hatinya sudah terlampau sunyi atas kamatian Dinda, jangan sampai ia kehilangan cinta yang kedua kalinya.
"Aku tahu, kamu pasti rindu sama Dinda, gimana kalau besok kita ziarah ke makamnya?"
Angkasa tersenyum, ia sudah menemukan bidadari pengganti Dinda untuk menjadi penopang hatinya, ia tidak ingin bidadarinya kini ikut pergi atas kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patahnya Sayap Angkasa [END]
Novela JuvenilApa kau tahu rasanya mencintai seseorang yang tidak bisa kau miliki? Itulah yang aku rasa, dia yang ku cinta adalah saudariku sendiri. Namun aku kecewa padanya, disaat ku tahu kebenaran besar yang ia tutupi. Aku tahu maksudnya baik, namun rasa ini...