[11] Quality Time

47 11 9
                                    

"Waktu adalah suatu hal yang sakral, karena kehadiran nya tidak dapat diulang. Hargailah sang waktu, terutama disaat kamu sedang bersama sang perindu." Angkasa.

-------

"Dinda?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dinda?"

Angkasa terkejut karena tiba-tiba saja Dinda menjawab dari balik pintu.

Ceklek.

Angkasa tersenyum kikuk saat melihat Dinda membuka pintu, antara malu dan terpesona.

"Asa cewe sama cowo tuh beda, jadi jangan di banding-bandingin. Dan semua cewe itu gak sama, jadi jangan disamain, oke?"

---

Mereka pun bergegas pergi. Dinda memilih menggunakan motor, namun Angkasa menolak karena pasti mereka akan pulang di atas jam sembilan.

"Wey Sa!" seru Yoga memanggil.

Angkasa menarik sebuah kursi untuk Dinda, "Makasih Asa," ujar Dinda. Yang lain hanya menggeleng pelan melihat tingkah Angkasa.

"Makannya cari pacar bro!" ujar Dimas.

"Iya tar khilaf gimana lo?" tanya Yoga.

"Kalo sendiri bisa buat gue bahagia kenapa harus mencari seseorang lagi?"

---

Sepanjang kumpul ini hanya diisi oleh banyak pertanyaan yang Dimas lontarkan untuk Marcel dan Bella. Angkasa menatap sendu sambil menghembuskan nafas ringan, ia yakin sebenarnya Dimas masih punya perasaan dengan Bella. Bagaimana tidak, melupakan perasaan bukan semudah membalikkan telapak tangan, perlu waktu dan tekad. Jika Dimas tidak mempunyai keduanya Ia tidak akan mampu untuk mengikhlaskan Bella.

Dinda melihat Angkasa dengan tatapan heran, karena sejak tadi Angkasa hanya memperlihatkan wajah sendunya. "Asa pikirin apa?" tanya Dinda.

Angkasa menggeleng pelan dan tersenyum, "Gapapa ko Din," jawabnya.

Tak terasa mereka berdua sudah sampai, Dinda berjalan menuju kamar sedangkan Angkasa justru berjalan kearah halaman.

"Asa?" panggil Dinda di ambang pintu.

Angkasa tidak menoleh, ia tetap terfokus pada bintang yang bertebaran di langit.

Dinda berjalan menuju kursi, untuk duduk disebelah Angkasa.

"Kalo ada masalah Asa cerita sama Dinda," ujarnya sambil menepuk pundak Angkasa.

"Eh Dinda dari kapan lo disini?"

Dinda hanya menatap penuh tanya ke Angkasa.

"Huft. Gue kasian sama Dimas, kayanya dia susah buat lupain Bella," ujarnya.

Dinda duduk merapat kearah Angkasa, "Masalah itu biar Dimas yang urus Sa, kita ga berhak campur tangan. Tapi kalo Asa mau bantu gimana kalo kita cariin seseorang yang mungkin bisa buat Dimas lupa sama perasaannya ke Bella," ujar Dinda menyarankan.

Patahnya Sayap Angkasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang