"Pergilah! Jangan usik kebahagiaan ku, jangan sakiti bidadariku, memang apa hak mu? Yang mengharuskan diriku untuk memilihmu!" Angkasa.
-------
"Eh itu dia!" teriak Ela saat melihat ke arah pintu masuk.
Dimas dan Gebi datang sambil bersenda gurau, sedangkan yang lain saling menatap heran, "Rencana kita gak sepenuhnya gagal cuy!" ucap Angkasa.
"Iya njir ga nyangka!" tambah Yoga.
"Gebi jarang banget loh bisa langsung seakrab itu," ujar Dinda.
"Kalo Gebi aja bisa ditaklukkin sama Dimas yang bukan pro player, apalagi Aa buat taklukkin hati neng Dinda!" celetuk Yoga.
"Liat pawang nya dong Yog!" suruh Marcel. Yoga pun menoleh dan benar saja Angkasa sudah menampilkan muka sangarnya pada cowo playboy cap kaki tiga itu.
"Hai semua!" panggil Gebi yang datang beriringan dengan Dimas.
Yoga bersiul kencang. "Cuit ... Kek nya ada yang mau jadian ni!" celetuknya.
Cetak!
"Ashhh, sakit La!" rintihnya saat tangan Ela mencubit kencang pinggang Yoga.
"Dari mana aja lo! Semua yang disini panik nyariin, lo malah berduaan, menang banyak!" ujar Angkasa.
Dimas hanya merespon semua pertanyaan itu dengan tawanya, sedangkan Gebi hanya tersenyum malu.
Setelah dirasa berhasil, mereka semua memutuskan untuk pulang karena hari sudah malam.
Jalanan malam ini sangat padat, terutama pada persimpangan lampu merah, Dinda terus menguap sepanjang jalan. Angkasa yang tidak tega menyuruhnya tidur, namun Dinda menolak dengan alasan tidak enak karena Angkasa tidak ada teman mengobrol.
Angkasa sudah menelfon Denira tadi, jadi perjalanannya agak sedikit lebih santai. Dinda membuka sedikit jendela mobil dan menikmati tiap hembusan angin yang meniup kencang rambut dan kepalanya.
Angkasa melirik dan tersenyum simpul, Dinda terlihat sangat cantik disaat rambutnya tertiup angin. Setelah dirasa cukup sejuk, Dinda kembali menutup jendela mobil, kemudian mengambil novel yang memang sengaja ia taruh di dashboard mobil untuk ia baca, agar dia bisa melawan rasa kantuk nya.
Waktu menunjukkan pukul sebelas, akhirnya mobil Angkasa berhasil melewati kepadatan jalanan pada malam ini.
"Din, udah sampe!" ucapnya.
Tanpa menoleh, Dinda keluar dari mobil sambil terus menatap novelnya. Hingga ia tak sadar, ia harus menaiki satu anak tangga untuk sampai ke depan pintu. Kakinya tergelincir, badannya yang tak siap terguncang ...
Namun, sebelum terjatuh sepasang tangan sudah menengadah tubuhnya. Ya itu adalah Angkasa, "Hati-hati! Makannya kalo melakukan sesuatu itu fokus! Taro dulu novelnya!" Angkasa mengambil novel dari genggaman Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patahnya Sayap Angkasa [END]
Teen FictionApa kau tahu rasanya mencintai seseorang yang tidak bisa kau miliki? Itulah yang aku rasa, dia yang ku cinta adalah saudariku sendiri. Namun aku kecewa padanya, disaat ku tahu kebenaran besar yang ia tutupi. Aku tahu maksudnya baik, namun rasa ini...