Sepuluh

68 26 1
                                    


Lima hari penuh bekerja sebagai editor kali ini pekerjaan Arsel beda lagi dimana setiap hari sabtu dan minggu ia bekerja sebagai pelayan di sebuah restaurant cepat saji.

"Assalamualaimum Lola"sapa Arsel dengan salah satu teman sesama pelayan.

"Ehh..ada nona Arsel waalaikum salam"

"Pak fendi udah datang...?"

"Udah, tuh ada dalam ruangannya" sambil menunjuk ruangan pintu bercat abu yang berada di pojok ruangan.

"Aku duluan yak mau samperin pak Fendi dulu"

"Baru datang juga mau langsung ketemu sama Fendi segitu kangennya kamu sama si bos"

Tak...
Menjitak kepala Lola yang ngomong sembarangan.
"Sembarangan, aku tuh mau laporan sama pak Fendi mengenai ketidakhadiran aku bekerja pekan lalu"

"Iya laporan, melaporkan bahwa aku merindukanmu" langsung berlari memasuki area dapur setelah mencoba menggoda Arsel.

Memikirkan perkataan Lola hanya membuang waktu fikir Arsel ia lebih memilih tujuan awalnya menghampiri Fendi di ruang kerja nya.

Tok...tok...
"Assalamualaikum pak,"

"Langsung masuk aja" jawab sebuah suara dari dalam ruangan.

"Ini pak saya mau minta maaf mengenai ketidakhadiran saya bekerja pekan lalu tanpa minta isin terlebih dahulu"

"Tidak apa-apa saya mengerti, itu sudah biasa terjadi pada karyawan di sini"

"Terima kasih pak atas pengertiannya dan sekali lagi saya minta maaf"

"Panggil nama saja saya lebih nyaman daripada di panggil pak"

"Ngga sopanlah pak, anda kan bos saya sudah pasti saya harus panggil pak. Kalau begitu saya permisi dulu pak mau bantuin Lola di dapur."
Tidak ingin berlama-lama Arsel memilih keluar dari ruangan bosnya mengerjakan pekerjaan yang harus di selesaikan.

___________

Semakin siang semakin banyak pengunjung yang berdatangan membuat suasana restaurant semakin ramai, lelah..? Sudah pasti itulah di rasakan Arsel sekarang ini mungkin pekerjaan kedua nya ini lebih menguras tenaga di banding sebagai Editor yang lebih banyak menguras pikiran.

Sudah sangat lelah sampai membuat kepalanya sedikit berdenyut tapi Arsel tidak mau mempermasalahkan sakit kepalanya yang bisa membuat semangatnya berkurang.

"Arsel minum ini tolong di bawa pada meja nomor 18 yah"

"Ohh baiklah sini" dengan mengambil alih nampan memindahkan ke tangannya.

Mencari nomor meja yang di maksudkan membuat Arsel kesusahan karena banyaknya pengunjung yang menghalangi pandangannya, karena terlalu fokus melihat sekeliling mencari meja membuat Arsel tidak memperhatikan jalan ia baru sadar saat ia menabrak seseorang dan minumpun ikut tumpah membasahi baju orang yang ia tabrak.

"Apakah kamu tidak pernah memperhatikan apa yang di depan kamu, jalannya ke depan matanya ke belakang"

Badan Arsel jadi gemetar tidak menyangka akan menabrak seseorang. Takut..? Sudah pasti bagaimana jika ia akan langsung di pecat hari ini juga dan mendapat denda dari tingkah kecorobohannya.

"Saya minta maaf, saya sungguh tidak sengaja" menunduk dalam tidak berani menatap wajah orang yang di tabraknya.

Merasa tidak ada respon dari orang di hadapannya Arsel memilih mengangkat kepalanya memastikan bahwa dia baik-baik saja.

"Ehh...Anda" siapa sangka ternyata untuk kedua kalinya Arsel harus menyiram orang ini namun beruntung kali ini bukan air bekas cucian piring lagi melainkan jus.

Ku Kira Kau JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang