Tujuhbelas

20 11 4
                                    

"Arsel...ibu mita menyuruhmu ke ruangan nya"

Menekan tombol save pada komputer nya sebelum menghadapkan tubuhnya ke arah wanita teman sesama editor yang datang memberitahukannya.

"Baiklah aku akan segera ke sana" mengambil ponsel di atas meja sebelum keluar menemui ibu mita.

Melihat Farel yang berdiri di dekat lift yang sedang memainkan ponselnya membuat Arsel tersenyum tanpa ragu ia datang menyapa.

"Hai pak Farel" ujarnya santai dan pergi melewati Farel menuju ruang ibu mita.

Mendengarnya membuat wajah Farel terangkat dari ponselnya melihat Arsel yang pergi melewatinya melirik sebentar kaki wanita itu sepertinya telah sembuh.

"Kakimu sudah tidak sakit lagi?" Tanya Farel menghentikan langkah Arsel yang akan berbelok arah.

Menjawab sebentar dan tersenyum.
"Iya...makasih obatnya"ujarnya dan menghilang dari pandangan Farel.

_______

"Ibu memanggil saya?" Ujarnya memunculkan badannya dari balik pintu.

"Duduklah"

Tanpa fikir panjang Arsel mengambil duduk tepat berhadapan dengan ibu mita, perasaannya was-was menunggu apa yang akan di katakan wanita di hadapannya ini.

"Ini ada beberapa naskah yang baru masuk saya ingin kamu yang jadi editornya" ujarnya menyerahkan sebuah file.

Arsel mengeryit heran mengapa harus dirinya bahkan ia masih belum menyelesaikan naskah sebelum nya.

"Harus saya yah buk" tanya Arsel hati-hati.

Menatap intens sebelum menjawab semakin membuat Arsel gugup.
"Emang kau punya alasan untuk menolak"

Arsel menelan ludah nya gugup sudah sangat jelas tidak ada kesempatan untuk dirinya menolak.
"Baiklah akan saya kerjakan" jawab nya pasrah.

"Kamu bisa mengerjakannya mulai besok tapi sebelumnya kau teliti dulu jangan sampai ada kesalahan" ujarnya memperingati.

Menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan langsung pamit keluar dari ruangan pengap itu padahal ia hanya sebentar di dalam tapi benar membuat Arsel gerah.

__________

Melangkah ringan menuju jalan berniat menunggu taksi membuat pengeluaran Arsel semakin bertambah akibat pulang pergi menggunakan taksi, mungkin ia harus berhemat mengganti taksi dengan ojek online mungkin itu lebih baik. Langkahnya terhenti saat matanya tak sengaja melihat Egi yang duduk seorang diri.

"Woi..ngapain" ucapnya datang menepuk pundak Egi.

"Emang kau liat aku sedang ngapain?" Ujarnya malah bertanya balik.

"Ngelamun" bales Arsel asal.

"Kau tidak liat aku sedang ngemil, ngga ada yang ngelamun"

Melihat sebuah makanan di tangan Egi membuatnya sedikit lapar.
"Itu apa bagi dong"

"Ngga boleh" ucapnya langsung menyembunyikan di belakang nya.

"Pelit loh gue do'a in ngga jodoh sama Ela" jawab Arsel sinis.

"Ngga ngaruh" ujarnya mengabaikan.

"Ngaruhlah biasa nya do'a orang teraniaya cepat terkabul"

Langsung menatap Arsel menaikkan alisnya bertanya.
"Siapa yang menganiaya mu"

"Tentu saja kau, saya sedang lapar tapi kau tidak membagi makananmu sama sekali" melihat sedikit ada cela Arsel langsung merebut makanan di tangan Egi.

Ku Kira Kau JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang