Seperti biasa, Zen dan teman satu kerjanya selalu pulang berjalan kaki bersamaan karena kebetulan juga arah rumah mereka sama dan Zen tidak tega kalau membiarkan seorang wanita jalan sendirian di malam hari."Zen cepetan jalannya ihhh, kamu tuh ya kalau jalan lama banget" gerutu temannya yang langkahnya sudah jauh mendahului.
"Santai aja jangan buru-buru, anginnya lagi sejuk nih..." Zen menarik nafas panjang dan menikmati segarnya udara malam yang masuk melalui hidungnya.
"Nanti ibu aku khawatir kalau aku telat pulang..."
"Iya deh anak mami" ejek Zen yang langsung berlari kecil menyusul temannya yang sudah duluan melangkah.
"Bai, makasih ya Zen udah nemenin aku sampai rumah" ucapnya dengan seulas senyuman mengembang.
"Iya sama-sama, lagian rumah kita searah juga. Kalau gitu aku pulang dulu, bai" tangan Zen melambai sekilas dan pergi melangkah dengan santai.
Rumah Zen hanya berbeda dua blok dari rumah temannya itu. Tapi langkah Zen terhenti di sebuah taman bermain yang sepi dan hanya di sinari beberapa lampu gantung. Dihampirinya sebuah bangku ayunan besi yang sudah terasa dingin karena udara malam.
"Hahhhh" Zen menghela nafas panjang, menundukkan kepalanya dan menatap sepatunya yang tengah menggesekan ke pasir.
Pikirannya dipenuhi rasa bingung, kartu kredit yang diberikan oleh Aaron apakah Zen harus menggunakannya? Tapi Zen khawatir kalau saja Aaron seketika datang menghampirinya meminta balas budi atau semacamnya.
Selama sejam penuh, Zen hanya duduk diam diatas ayunan dan memutuskan untuk pulang ke rumahnya dengan langkah kecil.Tok! Tok! Tok!
"Ibu...Zen pulanggg" beberapa kali Zen mengetuk pintu rumahnya tapi tak ada yang membukakannya pintu dan tak ada jawaban sedikit pun.
"Ibu?!" benak Zen mulai khawatir.
Kriett...
"Owh Zen, selamat datang sayang" lagi-lagi suara itu terdengar di telinga Zen.
"Kamu! Mana ibu aku?!" tangan Zen langsung meremas kerah baju Aaron dengan sedikit berjinjit.
"Ibu? Ada di dapur, kita lagi buat kue" jawab Aaron dan menyentuh tangan Zen yang masih tegang.
"Apa kamu pegang-pegang! Lepas"
"Jangan galak gitu, ayo kasih aku pelukan sebentar aja. Sebentar aja...pliss" mohon Aaron dengan puppy eyes-nya.
"Gak! Udah sana minggir, jangan halangin jalan" dada bidang Aaron di dorong kasar oleh Zen yang sangat jengkel karena tingkahnya.
"Ibu?"
Mata Zen teralih melihat ibunya yang baru saja keluar dari dapur membawa nampan dengan jejeran kue nastar yang masih hangat.
"Zen, kita daritadi nungguin kamu buat makan malem bareng. Sama ini kue buatan Aaron. Ini cicipin, enak loh"
"Buatan Aaron? Sekali makan mumgkin langsung sakit perut" ledeknya.
"Belum nyobain udah ngejudge, cobain aja dulu baru kamu tau betapa enaknya kue buatan tangan aku" satu kue di ambil Aaron dan menyumpalkannya ke dalam mulut Zen yang terus saja mengoceh.
Semetara ibu Zen hanya memperhatikan tingkah kedua pria yang berada di depannya sembari tertawa kecil.
"Gimana enak?"
"Hmmm astaga rasanya sangat...sangat...ehm" ucap Zean tersendat-sendat dengan mulut yang masih mengunyah.
"Enak?"
"Gak enak pakai banget...ada rasa gosongnya" ketus Zen dan melangkah pergi ke meja makan, terlihat juga adik-adik Zen yang sudah duduk manis di kursi mereka.
Raut wajah Aaron murung seketika, merasa tidak puas karena tidak bisa membuat Zen senang dengan hasil usahanya selama berjam-jam.
"Jangan murung gitu, berarti Aaron harus lebih giat lagi buat belajar masak. Ayo kita makan malem dulu" ajak Ibu Zen yang mendorong pelan bahu Aaron.
"Kaka kaka, Cica dapet inih dali papa" tangan mungil Cika menunjukkan sebuah boneka cookies berukuran sedang.
"Papa yang mana?"
"Ituuh yang gamteng" tunjuk Cika pada Aaron yang duduk di seberang Zen.
"Terserah Cika aja deh..." pasrah Zen.
"Ayo semuanya makan, ini nasi buat Cika. Di habisin ya Cika" pinta Ibu dan meletakkan sepiring nasi juga lauk di hadapan Cika.
Susana sangat hening dan hanya terdengar suara dentingan antara sendok dan piring. Mata tajam Aaron menatap kearah Zen yang masih menikmati makanannya.
Pikiran jahil Aaron mulai bekerja, kakinya yang panjang menendang kecil kaki Zen."A!" Aaron menahan tawanya ketika Zen kaget sambil mengunyah makanannya dan beberapa bulir nasi keluar dari mulut Zen.
Lagi Aaron menjahili Zen, kali ini kakinya menggosok-gosok lembut paha Zen yang masih berlapis celana levi's nya.
Tatapan kesal Zen tertuju pada Aaron yang masih saja menggosok-gosok pahanya dan semakin mendekati.....Brak
"Zen? Kamu kenapa nak?"
"Zen gak napsu makan lagi, Zen ke kamar duluan"
"Tapi nak..." cegat Ibu yang menarik tangannya.
"Zen mau istirahat, bu" pegangan tangan Ibu melonggar dan melepaskan Zen untuk pergi ke kamarnya.
Langkah kaki Zen menghentak kencang, tangannya mengepal kuat saat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
"Hump! Nyebelin!" di tendangnya bantal kecil yang berada dekat dengan kakinya dan meremasnya untuk melampiaskan rasa kesal pada Aaron.
Tubuh Zen juga sudah merasa sangat lelah, matanya juga mulai sayu. Diambilnya piama berwarna pink dari dalam lemarinya dan cepat-cepat mengganti pakaian kerjanya dengan piama.
Zen langsung merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yang nyaman, memejamkan mata dan mulai memasuki alam mimpinya. Berharap untuk malam ini bisa bermimpi indah dan tidak ada siluman bernama Aaron di dalam mimpinya.
//TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You Again [M-Preg] ーTAMATー
RandomSeorang omega bernama Zen yang melakukan hubungan tanpa terduga dengan pria asing yang ditemuinya. Cerita first buatan Tian, masih belajar juga buat alur M-Preg. Finish//5 Mei 2021