Esoknya, dengan penuh persiapan yang sangat matang. Aaron membawa Zen ke rumah, memperkenalkannya pada kedua orang tua. Bahkan meminta restu ingin menikahi Zen.Aaron tidak membawa Zenon karena ia tidak ingin anaknya malah melihatnya tengah beradu mulut dan itu bisa saja akan terpengaruh bagi Zenon. Juga Zenon harus bersekolah di hari itu.
.
"Kamu anak sialan! Apa yang dia punya? Apa dia dari keluarga terpandang juga sama seperti kita?! Gak! Jadi tinggalkan dia, sekarang!" ucap ayahnya dengan nada yang sangat tinggi, tatapannya pun sangat tajam memperhatikan Zen yang tengah menunduk takut dan penuh rasa bersalah.
"Aaron gak peduli, jadi biarin Aaron nikah sama Zen. Juga ayah ingat perjanjian kita!"
"Perjanjian itu cuma umpan. Jadi cepat tinggalin juga lupain dia mulai dari sekarang!" jawabnya dengan suara lantang hingga memenuhi seisi ruangan.
"Hahhh ayah, perjanjian harusnya ditepatin dong" ketus Resha ikut angkat bicara.
"Apa maksud kamu, Resha?!"
"Hmm, ayah pikir aja sendiri" jawab Rhesa sedikit mengangkat kedua bahunya, senyuman kecil mengembang di wajah cantiknya ke arah ayahnya sendiri.
"Kamu bela adik kamu hah?!"
Tapi Resha tidak menanggapi sama sekali dan selebihnya dia memilih untuk bersikap tidak peduli terhadap sikap memaksa ayahnya itu.
"Dan kamu! Sekarang kamu pilih. Kalau kamu jauhin dia, sebagian besar harta warisan ayah buat kamu. Tapi! Kalau kamu pilih dia. Pergi dari sini, jangan pernah tunjukin muka kamu bahkan jangan pernah injakkin kaki kamu di rumah ini. Kamu juga gak akan dapat harta warisan dari ayah, sepeser pun gak akan!"
"AーAaron?" Zen tau itu pilihan yang sangat berat, tapi Zen lebih baik menjauh dari Aaron daripada keluarga mereka malah semakin terpecah belah karena dia.
"Aku pilih dia, bagi Aaron harta bisa di cari lagi tapi cinta yang dari hati gak akan bisa di cari lagi" jawab Aaron penuh percaya diri yang kuat.
"Kalau itu pilihan kamu, keluar sekarang! Bawa semua baju-baju kamu! Bi Arum?! Bi!"
"Iya tuan?"
"Semua baju Aaron, masukkin ke dalam koper"
"Iーiya tuan, iya"
"Kamu bercandakan?! Dia anak kamu!" ibu yang tidak setuju dengan ucapan suaminya itu, langsung membantah sambil menggenggam erat lengan suaminya yang terus terdiam.
"Kamu bercandakan?"
"Aku sangat serius, biar dia pergi dan tinggal jadi orang miskin di luar sana, itukan udah pilihan dia. Aku juga udah gak peduli lagi dengan tingkah anak yang satu itu"
"Aaron? Aaron, nak...kamu jangan pergi ya?" mohon sang ibu yang tidak tega pada anaknya yang harus di perlakukan seenaknya, walaupun itu suaminya sendiri.
"Maaf bu, ini pilihan Aaron"
"Percuma ayah kuliahin kamu ke luar negeri, ujung-ujungnya kamu nikah sama rakyat jelata terlebih lagi sesama jenis!" nyinyirnya dan berlalu pergi dengan terus saja merutuki sifat anaknya.
Zen terus menitikkan air mata, merasa sangat bersalah hingga membuat Aaron dengan ayahnya menjadi berselisih. Jika saja saat itu dia tidak pergi ke bar, mungkin sekarang hal seperti ini tidak pernah terjadi sama sekali.
"Zen...jangan nangis, oke?"
"Aku hiks aku salah...aku salー"
"Shutt shutt, kamu gak salah. Jadi jangan nangis gitu nanti imut kamu malah luntur" hibur Aaron, mengusap air mata Zen yang membasahi pipinya.
Terakhir Aaron tersenyum bahagia saat ulang tahunnya yang ke 10 tahun dan selebihnya Aaron menjadi orang yang pemurung, liar, dan keras kepala.
Sekarang usia Aaron 25 tahun, baru pertama kali bagi ibunya yang melihat Aaron tersenyum bahagia dan itu hanya karena pria mungil yang berada di depannya. Itu membuat hatinya juga sangat bahagia, mungkin dia harus membiarkan Aaron bersama dengan.....Zen. Walau terasa berat untuk menerima kenyataan.
"Ibu setuju sama pernikahan kalian, jadi ibu harap kalian bisa bahagia. Oh iya, ini ibu ada uang, ambil ya buat kalian berdua. Walau gak seberapa" beberapa lembar uang berwarna merah ibu keluarkan dari dalam dompetnya yang tidak terlalu tebal.
"Terima kasih, bu"
"Aduh jadi kasian liat muka Aaron. Kaka juga nih...ambil buat kebutuhan kalian juga. Kalau bisa, kalian buka usaha" ucap Rhesa diselingi candaan, tapi yang sebenarnya Rhesa merasa hatinya luluh melihat Zen menangis.
"Cih, kalau itu aku juga tau"
"Permisi nyonya, ini semua pakaian tuan muda Aaron sudah saya masukan ke dalam koper"
"Makasih bi. Kalau gitu Aaron pergi dulu ibu, kaka. Ayo Zen jangan nangis mulu, jelek tau"
.....................................................................
Disini Aaron sekarang tinggal, bersama dengan seluruh keluar Zen. Sesekali juga Resha main ke rumah, bertemu dengan seluruh keluarga Zen, terlebih lagi Zenon adalah favoritnya. Tidak lupa beberapa bingkisan makanan ataupun pakaian Resha bawakan. Hanya itu yang Resha bisa bantu dari hasil uangnya sendiri.
Uang titipan dari ibu juga selalu di berikan untuk mereka. Uang tersebut mereka pakai untuk membuka usaha catering makanan dan lambat laun usaha mereka semakin di kenal di masyarakat hanya dalam kurun waktu 5 bulan, itu juga berkat ibu mertuanya dan juga Rhesa yang memiliki banyak kenalan orang.
Malam jam 23.22
"Zen, kamu gak ada niatan buat anak lagi?" ucap Aaron pelan, tidak ingin sang anak bangun dari tidur nyenyaknya.
"Ada, tapi nanti"
"Kita buat sekarang aja ya?"
"Nanti..."
"Sekarang aja, mumpung sepi. Zenon juga lagi tidur"
"Nanti aja ya...hmm? Aku ngantuk"
"Sekarang ayo~"
"Nanti ribut, terus Zenon bangun gimana? Kamu kalau lagi ekhem-ekhem selalu heboh sendiri"
"Taー" mulut Aaron langsung bungkam, bibirnya di cium lembut oleh bibir plum milik Zen.
"Sekarang tidur..."
//TBC :v
Semoga suka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You Again [M-Preg] ーTAMATー
RandomEDIT Seorang omega bernama Zen yang melakukan hubungan tanpa terduga dengan pria asing yang ditemuinya. Finish//5 Mei 2021