"Ah! Lepas lepas sakit..." teriak Zen, berusaha kuat mendorong tubuh Aaron ketika menggigit lehernya hingga keluar sedikit darah."Hahhhh kamu harus hamil sayang" ucap Aaron dengan nafas yang tersenggal-senggal dan menusuk hole Zen lebih dalam lagi hingga p*nisnya benar-benar masuk.
"Jangan ahhhh gak ahhrg aw jangan keluarhh di dalem!!" erang Zen yang menolak ucapan Aaron.
Sekali lagi, ucapan Zen tak dipedulikan oleh Aaron. Tangan kokoh Aaron membalikkan posisi tubuh Zen menjadi dogstyle tanpa melepas tautan mereka.
Pantat sintal Zen kini terpampang jelas dihadapan Aaron.Jari jemari Aaron memainkan nipple pink Zen dan menyentuh setiap inci tubuh Zen hingga membuat si empunya mendesah menikmati setiap sentuhan dari Aaron.
Tak lupa juga Aaron memainkan p*nis berukuran kecil milik Zen dan mengocoknya dengan cepat hingga mencapai titik klimaksnya.
"Liat kamu keluarnya banyak" bisik Aaron dan menjilat telinga Zen hingga desahan kembali keluar dari mulut Zen.
Aaron langsung menjilati cairan milik Zen yang masih menempel di telapak tangannya tanpa merasa jijik sedikitpun.
"Ah! Lepas lepas sakit!" teriak Zen, berusaha kuat mendorong tubuh Aaron ketika ia menggigit lehernya lagi secara tiba-tiba.
"Kamu milik aku sekarang. Mau main lagi hmp?"
"Gak" jawab Zen dengan nafas yang masih menderu.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
"Ahhh sttt punggung aku..." rintih Zen yang mencoba duduk sambil menahan rasa nyeri dan sakit yang dirasakannya.
"Hah?! Ha? Ha? Baju? Celana? Telanjang?!" tampak wajah kaget ditambah khawatir terpampang jelas, hanya selimut tebal yang kini Zen pakai untuk menutupi tubuhnya.
"Gak gak mungkinkan kemarin? Ini pasti mimpi, pasti!" gumam Zen yang masih tidak percaya pada dirinya sendiri dan tangannya mengacak-ngacak rambutnya seperti orang depresi.
Kriett...
Aaron yang setengah telanjang menggunakan handuk baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih setengah basah.
"Selamat pagi sayang" melihat Zen sudah terbangun dari tidurnya, Aaron langsung menghampirinya dengan senyuman.
Senyuman Aaron tidak disambut baik oleh Zen. Tiba-tiba saja Zen langsung menyembunyikan seluruh tubuhnya dibalik selimut yang ia pakai.
"K kamu siapa hah!" teriak Zen yang penuh dengan ketakutan.
"Aaron, mate kamu. Soalnya tadi malem kita udah...ekhem ekhem" jelas Aaron ditambah batukan pelan.
"Gak mungkin, keluarrrr! Aku, aku udah ternodai sama p*nis kamu!! Pergi! Jangan deket-deket! Aku jijik sama kamu!" teriak Zen dari balik selimut yang terus menyuruh Aaron untuk pergi.
Ya mungkin Zen tengah ketakutan karena sepertinya ini kali pertama, akhirnya Aaron mengerti perasaan Zen. Aaron mengambil beberapa pakaiannya dari dalam lemari dan langsung pergi meninggalkan Zen di kamar sendirian.
"Udah pergi ya?" Zen mengamati sekitar ruang kamar dari balik selimutnya untuk memastikan tidak ada siapa-siapa didalam situ kecuali dirinya.
Tubuh Zen yang masih tertutup selimut, perlahan-lahan mencoba turun dari atas kasur dan barang-barang sekitar menjadi pegangannya untuk membantunya melangkah ke arah pakaian miliknya yang terletak di dekat lemari.
"Kotor?"
Tanpa ragu-ragu lagi, Zen membuka lemari Aaron dan mengambil pakaian kemeja yang ada di dalam sana yang bisa dia pakai.
Kriett...
Belum sempat Zen mengenakan pakaian, Aaron langsung masuk dengan membawa nampan yang berisi makanan dan segelas minuman.
"Kya!!! Keluar! Keluar! Dasar mesum biadab!!" Zen menarik kembali selimut yang sudah tergeletak dilantai untuk menutupi tubuhnya dari pandangan Aaron.
"Ngapain malu? Kan tadi malem kita berdua udah saling liat-liatan" ujar Aaron dengan santainya masuk ke dalam dan meletakkan nampan di atas meja dekat kasur.
"Aku mau pulang" pinta Zen yang menatap tajam kearah Aaron.
"Tapi kamu belu..."
"Aku mau pulang! TITIK!" tekan Zen pada kata-katanya.
"Ya udah kalau gitu pake aja baju yang ada di lemari. Aku tunggu di luar kamar"
Punggung Aaron yang semakin lama menjauh dan Zen terdiam sejenak menunggu Aaron benar-benar keluar dari kamar.
"Udah selesai?" tanya Aaron saat melihat Zen keluar dari kamar dengan menggunakan pakaian kemeja dan celana miliknya.
Bahkan pakaian kemeja miliknya juga celana yang dikenakan Zen terlihat agak kebesaran ditubuh Zen yang kecil.
"Udah"
"Kalau gitu ayo turun" ajak Aaron menarik lengan Zen.
"Jangan pegang-pegang!" kesal Zen, berjalan lebih lambat daripada Aaron.
Pantatnya masih terasa sangat sakit dan Aaron mengerti apa yang dirasakan Zen. Ingin membantu tapi apa daya, Zen tidak ingin disentuh olehnya.
Sepasang mata memperhatikan Aaron dan Zen yang sedang menuruni anak tangga.
"Rony, itu siapa?" seorang wanita muda menatap Aaron dengan penuh tanda tanya.
Tanpa sepatah kata, Aaron terus melewati wanita tersebut.
"Rony?"
Dengan sengaja Aaron langsung menggendong tubuh Zen seperti ala bridalstyle dan cepat-cepat melenggang pergi begitu saja meninggalkan wanita yang masih terpaku melihat kelakuan Aaron barusan.
"Pak, tolong antar saya" titah Aaron kepada supir pribadinya.
"Siap tuan Aaron" dengan sigap sang supir membukakan pintu dan menutupnya kembali.
"Rumah kamu dimana, Zen?" tanya Aaron pada Zen yang terus membuang mukanya.
"Jalan Kemangi nomor 154"
"Pak, kita ke Jalan Kemangi nomor 154" titah Aaron lagi pada supirnya.
"Siap tuan, siap"
"Untung aja hari ini toko ada libur" -batin Zen.
"Heh kenapa kamu diem aja" Aaron mencoba memecah keheningannya dengan Zen.
"Gak apa-apa" jawab Zen datar.
"Yang bener?"
"Ya"
"Mau makan?"
"Gak"
"Masih sakit ya?"
"Bangetttt!" seketika mata Zen menatap kesal pada Aaron yang duduknya semakin dekat dengannya.
"Oh iya ini tas kamu" tangan Aaron menyerahkan sebuah tas ransel berukuran sedang milik Zen.
Tangan Zen langsung meraih tasnya dengan cepat tanpa berkata lagi.
Kembali keheningan menyelimuti mereka, tak ada satupun yang berbicara."Kita sudah sampai tuan"
Mobil berhenti disebuah rumah sederhana bercat biru pudar dan pekarangannya ditumbuhi beberapa tanaman hias nan cantik.
"Makasih ya pak" ujar Zen pada sang supir dan langsung melesat pergi keluar dari mobil.
//TBC
Terima kasih sudah mau mampir
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You Again [M-Preg] ーTAMATー
De TodoSeorang omega bernama Zen yang melakukan hubungan tanpa terduga dengan pria asing yang ditemuinya. Cerita first buatan Tian, masih belajar juga buat alur M-Preg. Finish//5 Mei 2021