Vol.11

5.2K 433 6
                                    


"Orang ganteng pulang!!!" teriakan Aaron menggema di dalam rumah, spontan Rhesa yang asik menonton televisi langsung menengok pada adiknya yang baru saja pulang.

"Welcome back to hell my little devil" jawab Rhesa, mengayun-ayunkan remot televisi yang di pegangnya.

"Mana ibu?"

"Ayah sama ibu pergi keluar ada urusan bisnis"

"Owh"

"Rony my bunny, nanti malem jam 8 temenin kaka yuk?" langkah Aaron terhenti lagi, badannya memutar balik kearah Rhesa yang menatapnya dari jarak jauh.

"Kemana?"

"Ke cafe"

"Masih lama. Kalau gitu aku mau istirahat dulu" ucap Aaron setelah melihat arloji yang menempel di pergelangan tangannya.

Sesampainya di kamar, Aaron langsung merebahkan tubuhnya pada kasur yang sudah terasa sangat dingin. Pikirannya juga jadi teringat wajah manis nan erotis Zen saat beberapa tahun yang lalu ketika di atas kasurnya.

"Perlu dihangetin lagi nih kasur. Di Amerika cuma bisa c*li aja sambil bayangin Zen dari muka hentainya, body bohaynya, desahannya...."

Iseng-iseng, Aaron memasukkan tangan kanannya ke dalam celana dan menggosok-gosok cacing alaska miliknya yang sudah mulai menegak.

"Ah shit, cuma bayangin aja udah tegang"

"Ahhh baby Zen ahh" desahnya.

Tok!Tok!Tok!

"Ron, itu ada ayah sama ibu mau ketemu kamu. Cepetan turun, mereka nunggu tuh" ucap Rhesa.

"Iya iya nanti kesana!"

Agak jengkel memang, sedang asik bersama sang khayalan Zen malah diganggu. Dengan cepat, Aaron langsung turun ke bawah dan melihat mereka sudah menantinya.

"Nak...ibu kangen banget sama kamu. Makin ganteng aja anaknya ibu" senang sekali hatinya, melihat anak laki-lakinya sudah pulang dengan sehat. Tangannya terus mengelus pelan punggung dan surai rambut anaknya itu.

"Ish ibu...jangan pegang rambut, ini udah Aaron tata satu jam" candanya dan langsung mengecup punggung tangan sang ibu.

"Besok kita sekeluarga bakal hadir ke pesta ulang tahun anaknya temen ayah. Jadi ayah harap, kalian bisa jaga sikap disana. Terlebih lagi Aaron" ujar ayah dengan nada dingin.

"Terserah..."

"Kamu jangan ngomong terserah-terserah terus, Aaron" kesal ayah mendengar respon anak laki-lakinya yang tak peduli sama sekali.

"Apa muka Aaron keliatan peduli? Gak"

Plak

Tamparan keras dari sang ayah mengenai pipinya.

"Dasar anak kurang ajar!"



Malam, pukul 20.22 di cafe

"Kenapa sih gak beli aja terus bawa pulang ke rumah?"

"Punya adik laki-laki bawel banget ih" jawab Rhesa yang terus mengotak-atik ponselnya.

"Aku kira beli terus pulang, ini malah minum di tempat"

"Silahkan ini cappuccino pesanannya, selamat menikmati" ucap salah satu pelayan pria yang meletakkan dua cangkir cappuccino diatas meja mereka.

"Owh, terima kasih mas manis..." Rhesa sedikit menggoda pelayan pria yang memang parasnya manis.

"Terus aja genit, padahal udah punya tunang..." ketika mata Aaron berpapasan dengan pelayan pria tersebut, matanya membelalak melihat pelayan pria yang masih berdiri di sebelah meja mereka.

"Zen?!"

"Zen??" bingung Rhesa.

"Uhmm anu selamat menikmati..." jantung Zen terus saja berdegub kencang dan tidak bisa santai.

Bagaimana bisa? Disaat seperti ini Zen bertemu Aaron. Apa ini mimpi buruk baginya.

"Kamu kenal pelayan tadi?"

"Oy Aaron. Fokus. Kamu kenal pelayan tadi?" tanyanya lagi dan membuyarkan lamunan Aaron.

"Gak" bohongnya.

"Cuma salah liat orang aja" sambung Aaron, terpaksa harus berbohong pada kakanya. Khawatir kakanya akan mengangkut Zen juga ke daftar pria yang akan dia incar.

"Hmm gi...tu...ya. Okelah kalau begitu" mata Rhesa menatap tajam curiga pada adiknya.

Selama sejam mereka disana, duduk berbincang-bincang dan menceritakan pengalaman Aaron saat kuliah di Amerika.

"Kamu disana gebet cewe bule gak?"

"Gak"

"Padahal disana banyak loh cewe-cewe seksi yang pakai bikini. Masa kamu gak tertarik sama sekali"

"Jijik liatnya"

"Jangan-jangan kamu..."

"Apaan?"

"Seleranya yang tepos?"

"Aku udah punya tipe sendiri, kaka aja yang belum tau"

"Uwwuh, siapa tuh?"

"Ada, nanti juga Aaron kasih tau di waktu yang tepat"

"Ih gak sabar deh, adiknya kaka yang polos ternyata udah ngerti cewe bohay"

"Cih hahaha polos darimananya"

Sepasang mata Zen menatap kearah kedua orang yang sedang duduk berdua, Aaron dan Rhesa. Tangannya meremas kuat pucuk bawah dari baju yang dikenakan.

"Bagus ya bagus banget, kamu selingkuh tepat di depan mata aku. Kamu lupa sama aku?" - batin Zen merasa sangat kecewa, melihat Aaron seperti tak bersalah sedikit pun padanya.

Setetes air mata berhasil melesat keluar membasahi pipinya yang menggembung kesal.

"Huhhh sabar Zen, lagian apa yang mau diharapin dari dia, mereka juga udah tunangan. Kalau dia pergi bakal lebih tenang" ucapnya lagi di dalam hati.

"Zen? Tolong bersihin meja-meja yang kotor disana ya?" perintah salah satu staff yang memang terlihat sangat sibuk.

"Segera saya bersihkan"

Zen menarik nafas panjang, mencoba tenang berjalan pergi ke arah meja kotor yang tepat di sebelah meja milik Aaron dan Rhesa.

Pandangan Rhesa terus menatap wajah mungil Zen yang sedikit berkeringat, sementara Aaron menatap bokong Zen yang menurutnya kali ini terlihat lebih besar dari 5 tahun yang lalu.

"Ron? Kalau begini, kaka betah duduk berjam-jam sampai cafe tutup sekalipun demi ngeliat pemandangan"

"Gila"









//TBC

Meet You Again [M-Preg] ーTAMATーTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang