Vol.16

4.9K 399 11
                                    


"Iya, aku mau kok nikah sama kamu" ucap Zen sembari mengedipkan salah satu matanya dengan manja-manja seksi.

"Yang bener Zen?" tanya Aaron antara percaya dan tidak percaya pada ucapan Zen yang barusan, bahkan kelakuan Zen kali ini sangat berbeda.

"Iya beneran sayang~"

"Zen?" Aaron mengelus-elus pundak Zen sambil tersenyum bahagia ke arahnya.

"Kenapa hmm...mau itu ya?" goda Zen yang langsung melepaskan semua pakaiannya hingga full naked di hadapan Aaron.

"Ayo daddy fuck me please humpp"

Memang kali ini Zen sangat aneh, tapi itu tidak masalah bagi Aaron. Libidonya mulai meningkat melihat Zen yang full naked, menunjukkan lekuk tubuhnya dengan sangat erotis.

Bruk

Langsung saja Aaron menyerang, mendorong kasar tubuh Zen ke atas kasur dan mengenggam erat kedua pergelangan tangan Zen di atas kepalanya untuk mengunci pergerakannya.

"Humpp daddy Aaron"

Bertubi-tubi ciuman yang meninggalkan bekas kissmark di berikan Aaron. Pinggulnya juga ikut bergerak, menggosokkan cacing alaska yang masih terbungkus celana di paha mulus Zen.

"Aaron bangun Aaron"

"Maksud kamu apa Zen?"

"Bangun ini udah pagi" tangan Zen mengelus pipi Aaron dengan lembut dan tersenyum manis.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Aaron! Bangun" berkali-kali Zen menampar-nampar pelan pipi Aaron sampai terbangun dari mimpi erotisnya.

"Zen? Kok kamu udah pake baju? Perasaan tadi telanjang"

"Kepala kamu telanjang. Dari tadi di bangunin susah banget, tidur udah mirip mayat hidup. Pantat kamu juga tadi gerak-gerak ngapain?"

"Mimpi lagi ekhem-ekhem sama kamu"

"Bangun sama tidur gak ada bedanya. Pikirannya kotor terus. Sekarang sana cepet sana mandi"

"Ciuman selamat paginya mana?"

"Kamu belum pernah liat sapu melayang ya? Cepet mandi mumpung kamar mandi belum ada siapa-siapa"

"Kita mandi bareng"

"Tadi udah mandi duluan bareng Zenon"

"Hmmp!" dengus Aaron dan memanyunkan bibirnya ke depan.















Sembari berjalan mengantar Zenon ke sekolah, Aaron dan Zen terus berbicara satu sama lain mengenai pembicaraan mereka kemarin.

"Jadi gimana? Kamu mau terima ajakan aku? Kemarin aku udah bilang ke ibu, katanya terserah kamu mau terima atau gak"

"Masih bingung"

"Kamu pikirin lagi, ini buat kebaikan Zenon juga"

"Aku pikir ucapan kamu ada betulnya. Karena Zenon masih anak kecil, gak bakal ngerti hubungan kita. Tapi coba kamu pikir kalau Zenon udah besar nanti. Aku gak mau dia kaya kita berdua, aku mau punya anak normal" jelas Zen yang memperhatikan Zenon yang berjalan di tengah mereka berdua sambil bergandengan tangan.

"Kenapa kamu harus khawatir, kita bisa didik dia. Juga ada satu hal yang jangan pernah kita tunjukin"

"Apa?"

"Kita pas lagi ekhem-ekhem..." bisik Aaron di telinga Zen.

"Kamu kalau di jual ke asongan laku berapa ya? Males banget sama jawabannya"

"Ya...kita awasin aja terus perkembangan Zenon jangan sampai masuk ke dalam pergaulan yang gak bener"

"Hmm..." denham Zen.

"Eh udah sampai ke sekolah, Zenon sekolah yang bener ya, jangan nakal" Zen menjongkok setara dengan tinggi Zenon. Tangannya kembali merapikan seragam Zenon dan mengelus surai rambutnya yang berantakan.

"Iya papa...bye papa bye paman"

"Bye Zenon" jawab mereka bersamaan, terus memperhatikan langkah Zenon hingga benar-benar sampai ke dalam ruang kelasnya.

"Oke, kita mau kemana?" tanya Aaron.

"Pulanglah" kaki Zen langsung melangkah pelan meninggalkan Aaron yang masih terdiam sesaat.

"Zen, aku mau tanya ke kamu sekali lagi. Kamu terima tawaran aku atau gak? Jawaban kamu jangan di tunda-tunda lagi"

Seketika langkah kaki Zen langsung berhenti, membalikkan badannya menghadap Aaron yang jaraknya tak terlalu jauh darinya.

"Iya"

"I iya? Beneran kamu jawab iya? Ini bukan mimpi lagikan?"

"Beneran. Ayo pulang, jangan jadi patung di sana" Zen menarik lengan Aaron, entah kenapa Aaron berasa seperti terbang. Melangkah pun seperti tak berpijak di tanah. Apakah ini yang dinamakan ngefly karena cinta?














//TBC

Meet You Again [M-Preg] ーTAMATーTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang