Vol.01

18.2K 894 11
                                    


Sekarang umurku 18 tahun dan saat usiaku menginjak 15 tahun, aku terpaksa menjaga jarak dengan kaum sejenisku. Saat bersekolah, aku hanya berteman dengan teman-teman wanita dan menghindari ajakan bermain dari teman-teman pria.

Antara percaya dan tidak, ternyata aku ini adalah omega. Maka dari itu aku selalu melindungi diriku dari hal-hal yang akan menjerumuskanku kedalam masalah yang tidak ingin aku juga orang tuaku harapkan.

Apalagi kalau heat-ku datang, wangi feromon tubuh lebih menggoda dan keinginan seksual juga meningkat, bisa saja menarik perhatian para alpa yang mungkin ada disekitarku. Hanya dengan mengkonsumsi obat khusus heat untuk meredakannya, ini memang sangat menyiksa untukku.

Kedua orang tuaku juga selalu memperingatkanku dalam bergaul dengan teman-teman dan membatasi pergaulanku.

Sampai pada waktu itu saat lulus SMK, ayah ibu tidak mampu untuk membiayai kuliahku. Disitu aku juga mengerti keadaan ekonomi keluarga dan ditambah lagi jumlah anggota keluargaku yang bisa dibilang banyak, memiliki 4 orang anak.

Kerja setelah lulus SMK memang tidak masalah, bekerja menjadi seorang kasir di sebuah toserba dan aku juga mulai memberanikan diri untuk bergaul dengan beberapa pria yang normal-normal saja. Tapi beberapa bulan kemudian ayah sakit keras dan akhirnya pergi meninggalkan kami.

Memang ini pukulan berat, kini aku menjadi tulang punggung keluarga. Aku pergi sendirian ke bar malam setelah pulang kerja untuk menenangkan diri dan membeli segelas sampanye. Jujur baru pertama kali ini aku minum minuman beralkohol. Aku duduk sendiri sembari meneguk segelas minuman beralkohol yang aku pegang.

Walau ini pengalaman pertama kali minum, tapi aku nekat melakukannya.

Author pov

Pikiran Zen sudah buram, harusnya dia langsung pulang ke rumah karena heatnya dan bahkan melupakan obat khusus miliknya.

Badan Zen mulai terasa panas serta mual, entah itu karena efek heatnya atau alkohol yang telah ia minum.

"Duduk sendirian?" penglihatan mata Zen samar-samar melihat seorang pria yang sudah duduk di kursi sebelahnya.

"Ah iya hahaha, mau minum? Enak..." pembicaraan Zen pun sudah mulai meracau dengan nafas memburu pada pria yang duduk disebelahnya.

"Gak, kamu aja yang minum" jawab pria tadi sambil memangkukan kepalanya dan menatap kearah tubuh sintal Zen.

"Wangi feromon omega, apa dia lagi masa heat?" tanya pria tersebut di dalam batinnya dengan senyuman licik terukir di wajahnya.

"Ya udah kalau gak mau..." Zen kembali menengguk minuman beralkohol nya lebih banyak lagi sampai membuatnya tersedak dan terbatuk sangat kuat.

Sudah 15 menit pria itu duduk sambil menatap Zen yang semakin lama semakin tak sadarkan diri, mulai meracau tak jelas dari sebelumnya dan selalu menyentuh sesuatu dari balik celana.

"AAA UANG SIALAN! Maafin Zen, Zen gak guna! Aku emang gak guna! SIALAN DENGAN OMEGA!" racau Zen dan langsung di susul tangisan kecil. Beberapa kali tangannya terus menyentuh gundukan kecil dibalik celananya.

"Butuh uang ya? Kalau kamu ikut aku pasti kamu bakal dapet uang loh, gimana? Mau?" dengan pikiran yang sudah mulai tak sadarkan diri, tanpa pikir panjang Zen langsung mengangguk setuju.

Terukir jelas senyuman licik dari pria tersebut.

"Pak, saya mau pulang. Jemput saya sekarang di bar" pria itu telah menelepon seseorang yang ada di seberang sana, setelahnya Zen setuju.

Pria itu langsung bangkit berdiri dan memapah tubuh Zen yang sudah lemah keluar dari bar. Di depan pintu bar terlihat mobil yang
sudah menunggu mereka berdua dan keluar seseorang yang dengan sigap membukaan pintu mobil.

"Tuan Aaron mau kemana lagi?"

"Pulang aja pak" jawabnya dengan nada datar.

Sementara itu, Zen terus meracau tidak jelas sepanjang jalan dan tanpa sadar tangan Zen menyentuh bahkan mengelus p*nis milik Aaron yang masih terbungkus celananya.

"Nakal kamu ya, lebih tepat omega yang nakal" wajah Zen disentuh lembut olehnya, tampak wajah Zen yang terlihat sayu dan menggoda.

"HOEKKK"

"The fuck" umpatnya melihat Zen mengotori celana dan jas miliknya dengan muntahan.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Tubuh Zen sepenuhnya sudah di telanjangi oleh Aaron, tak sehelai pun kain menutupi tubuh Zen dan begitu juga dengan Aaron.

"Hehhh ehmpp ahh" Aaron mengecup setiap inci tubuh sintal Zen yang berada dibawahnya hingga meninggalkan bekas kissmark di setiap tempat sebagai tanda kepemilikannya.

Mendengar suara desahan Zen, p*nis Aaron semakin menegang dan ingin sekali memasukkannya ke dalam hole Zen.

"By, aku masukin ya?" tanya Aaron yang sudah tidak sabar lagi ingin menerobos masuk ke dalam hole Zen.

Zen hanya menjawab dengan anggukan lemas.

Satu jari Aaron mencoba menerobos masuk hole Zen yang masih sempit untuk perenggangan.

"Aaarhhh! sakit" rintih Zen.

Aaron menambahkan satu jari lagi ke dalam hole Zen yang semakin berkedut dan menjepit jarinya. Kedua jari Aaron bergerak maju mundur dan sedikit merenggangkan hole Zen supaya lebih terbiasa. Sesekali Aaron mencium bibir plum milik Zen untuk menyalurkan kenikmatannya.

Tubuh Zen terus merintih, sedikit menikmati gerakan jari-jari Aaron yang bermain di dalam holenya. Dirasa sudah terbiasa, Aaron mengeluarkan jarinya dan mengarahkan p*nisnya kearah hole Zen yang sudah berkedut.

Dengan perlahan-lahan Aaron mendorong penisnya.

"Arghhhh ahahhhhh sakit hmpppp" rintih Zen dalam keadaan yang masih bercampur mabuk berat.

"Tahan ya sayang, ini baru masuk pucuknya"

"Keluarinhhh aahhhm sakitttt aghmmm"

Tanpa mempedulikan rintihan sakit yang keluar dari mulut Zen, Aaron terus memaksa masuk p*nisnya kedalam hole Zen yang masih sempit.

"Ahmm sakitt sakithhh keluarin ahhh!" rintihan terus keluar dari mulut Zen dan tangannya berusaha mendorong tubuh Aaron yang berada diatasnya.

"Sabar sayang...tinggal sedikit lagi"

Slap!

Penis Aaron seutuhnya sudah di dalam hole milik Zen.

"Di dalam hangat, hole kamu jepit p*nis punyaku" racau Aaron yang merasa keenakan karena p*nisnya sudah berhasil masuk.

"Hmpphhh" lenguh Zen tertahankan.




//TBC
Tian masih belajar buat alur ini hehe jadi maaf kalau kurang nyaman dibaca.

Meet You Again [M-Preg] ーTAMATーTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang