Jam 07.23Rumah terasa sedikit sepi karena ibu dan kedua adiknya sudah berangkat sejam yang lalu menggunakan bus.
Sekarang yang tersisa hanya dia dan adik kecilnya Cika, jadi semua pekerjaan rumah Zen yang memegang.Sangat repot memang, terlebih lagi Cika yang sangat sulit untuk diajak mandi dan sarapan. Dan untungnya hari ini Zen diperbolehkan untuk mengambil cuti dua hari.
"Akhirnya...selesai semua" ucap Zen merasa lega menyelesaikan semua pekerjaan bersih-bersihnya dan hanya tinggal memasak. Tapi Zen harus berbelanja terlebih dahulu.
"Ayo Cika kita belanja" ajak Zen, tidak lupa juga memakaikan Cika topi berbentuk alpaca berwarna putih dan juga memakaikan baju berwarna merah.
Diperjalanan berangkat maupun pulang, banyak yang melirik Zen dan Cika ketika berjalan bergandeng tangan layaknya seperti ayah dan anak yang baru saja selesai belanja.
"Sejak kapan kamu ada disitu"
Terlihat tubuh tinggi Aaron yang berdiri di depan pintu rumah Zen dengan beberapa bingkisan di sebelahnya.
"Baru aja" jawab Aaron sambil tersenyum cerah melihat ke arah Zen dan Cika.
"Papa!" teriak Cika sembari berlari dan memeluk erat kaki Aaron.
"Minggir-minggir jangan halangin pintunya" perintah Zen, dan sebuah kunci sekarang sudah ada di genggamannya untuk membuka pintu rumahnya yang terkunci.
Clak
"Masuk, jangan jadi patung selamat datang"
"Aku lagi buru-buru Zen, jadi gak sempat buat disini. Oh iya, ini bingkisan buat kamu sama keluarga. Di terima ya Zen" ucap Aaron yang tiba-tiba langsung memeluk Zen dan mengecup keningnya.
"A Aaron" untuk pertama kalinya hati Zen merasakan nyaman dan sedikit pedih pada Aaron.
"Oke bye. Aku pergi dulu ya, Zen. Jaga diri kamu baik-baik"
。。。。。。。。。。。。。。。。。。
Seminggu kemudian
"Pertahanin aja nak, ini juga hasil ulah kamu sendiri. Ibu bakal bantu kamu, nak. Udah jangan nangis lagi ya..."
"Hiks ibu...hiks hiks hwaaa Aaron jahat! Aaron jahat, bu..." tangisan pun pecah dan memenuhi kamar Zen.
Andri, Epin, dan Cika hanya bisa memeluk sang kaka yang tengah menangis sesegukan. Pelukan dari mereka membuat Zen merasa tenang dan mulai tersenyum melihat ketiga adiknya.
Setelah kejadian tadi, Zen tak menyerah dan tetap bekerja sebagai pegawai toko. Itu pun hanya bertahan sampai sebulan setengah dan sisanya Zen membantu ibu membuat kue kering untuk di jual. Biaya hidup sehari-sehari mereka sangat tercukupi juga dengan adanya uang tabungan Zen yang lumayan bisa mencukupi mereka.
"Bagus...liat ini semua buat kamu, nak" ucap Zen mengelus-ngelus kandungannya yang sudah menginjak usia lima bulan.
Kamarnya di dekorasi dengan cat yang berwarna cerah dengan berbagai tempelan-tempelan mungil di dindingnya. Tak lupa juga untuk kasurnya dihiasi beberapa boneka lembut.
"Gak sabar mau liat kamu, main bareng kamu" ucapnya lagi dan sebuah senyuman manis terukir di wajahnya.
Tinggal satu lemari lagi yang belum Zen bereskan dan membuang semua yang tidak digunakan lagi. Salah satu laci yang berisi kartu kredit dari Aaron menarik perhatian Zen.
"Jumlah uangnya lumayan bisa dipakai buat biaya nanti" -batin Zen, dia sudah pernah diberi tau oleh Aaron jumlah nominal uang yang tersimpan di dalam kartu.
Zen mengambil kartu tersebut dan memasukkan kedalam dompetnya dengan rapih.
Hari berganti hari dan bulan berganti bulan, tidak terasa kini sudah sembilan bulan saja usia kandungan Zen. Semuanya sudah Zen persiapkan secara matang dari semua biaya juga kebutuhan sang bayi. Hanya tinggal menghitung hari saja Zen akan melahirkan anaknya.
Sampai saat yang dinanti-nanti pun tiba, Zen menjalani operasi untuk mengeluarkan bayi yang ada di dalam perutnya. Sementara Ibu Zen yang berada di luar ruang operasi hanya bisa berdoa memohon supaya anak dan juga cucunya selamat.
"Permisi apa anda adalah ibu dari saudara Zen?"
"A...iya dok, saya ibunya"
"Selamat ibu, anak dari saudara Zen lahir dengan sehat dan berjenis kelamin laki-laki. Begitu pula dengan Zen, tapi masih dalam keadaan lemah dan masih butuh perawatan. Untuk sementara waktu saudara Zen akan rawat inap disini kurang lebih selama lima hari" jelas sang dokter yang baru saja keluar dari dalam ruang operasi.
"Terima kasih dokter, terima kasih..." ucap ibu yang matanya berkaca-kaca mendengar kabar gembira itu.
Tak sabar juga ingin bertemu Zen dan juga cucu kecilnya yang baru saja lahir. Ingin sekali rasanya menggendong tubuh kecil sang cucu dan bermain bersama-sama, mendengar tawa kecil yang menghiasi suasana rumah.
5 hari kemudian
"Aduh cucu ibu ganteng banget...utututu"
"Oh iya Zen, kamu udah ada ide nama buat anak kamu ini?" tanya ibu yang masih memainkan telapak tangan sang bayi.
"Hummp iya udah bu" angguknya dengan senyum dan melirik ke arah anaknya.
"Namanya..."
//TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/262200106-288-k710836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You Again [M-Preg] ーTAMATー
RandomEDIT Seorang omega bernama Zen yang melakukan hubungan tanpa terduga dengan pria asing yang ditemuinya. Finish//5 Mei 2021