Vol.03

8.4K 637 21
                                    


"Zen pulang..." ucap Zen masuk ke dalam rumah dan terlihat ibu sudah duduk menantinya.

"Zen? kemarin malem kenapa gak pulang? Tadi malem Ibu khawatir sama kamu, nak" terlihat jelas wajah khawatir ibu yang sudah dihiasi kerutan, tangannya terus mengusap-usap wajah dan pundak Zen.

"Hmm tadi, tadi Zen diajak nginep sama temen kerja karna temen satu kamar kostnya lagi pulang kampung" terpaksa Zen harus berbohong karena takut ibunya akan syok jika Zen menceritakan kejadian yang sebenarnya.

"Tapi kenapa gak telepon buat kasih tau ibu? "

"Ah itu Zen lupa, Zen langsung tidur karna kecapean. Maaf ya bu" terukir senyuman manis Zen untuk meyakinkan ibunya.

"Kalau gitu Zen mau ke kamar dulu ya bu" sambung Zen.

"Jangan lupa ganti baju, mandi, terus turun kebawah buat makan ya"

"Huhh untung ibu gak sadar sama pakaian aku"

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

"Loh? Ini kartu kredit siapa?" Zen sangat terkejut saat melihat isi tasnya terdapat sebuah kartu kredit yang dibungkus kertas bertuliskan:

'Makasih buat kerja kamu yang tadi malem. Di kartu kredit itu ada uang sejumlah 20 juta'

Aaron

"Sialan! Dia kira aku apaan?!" kesal Zen setelah melihat sepucuk surat terselip yang bertanda dari manusia yang bernama Aaron.

"Aaron?! Awas aja kamu ya Aaron...!"

Terlanjur kesal, Zen langsung merobek-robek surat dari Aaron menjadi beberapa bagian dan membuangnya di tempat sampah.
Rasanya Zen ingin berteriak dan nangis karena hal yang paling tidak di inginkannya malah menjadi kenyataan. Terlebih lagi Zen adalah seorang omega.

Tok!tok!

"Kak Zen...ayo makan bareng-bareng" terdengar suara salah satu adik Zen dari luar kamar.

"Iya iya, sebentar" kartu kredit yang diberikan Aaron langsung Zen masukkan kembali ke dalam tas dan menyimpannya di dalam lemarinya.

Bergegas Zen keluar dari kamar supaya adik-adik dan ibunya tidak menunggu terlalu lama karena dia.

**********************************

"Hwa!!!" jerit Zen yang berada di dalam kamar mandi membuat seluruh keluarganya menjadi kaget.

"Zen, kamu kenapa nak?" ibu yang berada di luar merasa khawatir setelah mendengar Zen menjerit.

"Gak apa-apa bu, tadi ada kecoa lewat aja kok" jawab Zen dengan posisi berada di depan cermin memperhatikan tubuhnya.

Tangannya mengelus-ngelus setiap bercak merah dan sebuah gigitan yang memerah di lehernya. Giginya bergetak geram karena tau siapa yang telah membuat bekas seperti ini di tubuhnya.

"Sialan Aaronn" geramnya.








Sementara di lain tempat, Aaron di introgasi oleh seorang wanita yang terus menatapnya penuh tanda tanya besar.

"Ini untuk yang ke terakhir kalinya. Yang tadi siapa, Ron, jawab"

"Kalau masih nanya gitu terus gak bakal aku jawab, males banget ladenin pertanyaan gak jelas. Udahlah aku mau masuk kamar" jawab Aaron ketus kemudian meninggalkan wanita tersebut yang terus memanggil namanya.

"Aaron! Ron! Aaron Linggara!" teriaknya terus tanpa diperdulikan oleh Aaron yang semakin menjauh darinya.

"Dari dulu tetep aja kaya gitu" gerutu wanita tersebut melihat Aaron yang selalu cuek padanya sejak kecil.

"Oittt inikan bajunya si Zen" tangan Aaron meraih baju Zen yang tertinggal di dalam kamarnya.

Tercium wangi parfum menggoda keluar dari baju milik Zen yang membuat Aaron terpikat untuk mencium aromanya lebih dalam lagi. Tubuhnya berbaring di atas kasur sembari terus mencium pakaian Zen.

"Hah~indahnya tadi malam" senyuman mengembang dari wajah tampan Aaron ketika mengingat kejadian bersama Zen.

"FujodanshiMart" dimana pakaian Zen tertera nama tempat bekerjanya.

Terlintas pikiran nakal Aaron untuk bertemu lagi dengan Zen dalam waktu dekat. Segera Aaron membawa pakaian yang dipegangnya dan menuju keluar kamar.

"Bi...bibi" Aaron memanggil asisten rumah tangga keluarganya.

"Iya ada apa tuan muda?"

"Tolong sekarang cuciin ya bi, besok saya mau bawa"

"Siap tuan muda"

"Makasih bi"

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Besoknya sekitar jam 7 malam, Aaron pergi ke rumah Zen dengan membawa beberapa bingkisan di tangannya.

Tok!tok!

"Permisi" sahut Aaron yang beberapa kali juga mengetuk pintu rumah kediaman Zen dan tak beberapa lama ibu dari Zen membukakan pintu.

"Maaf, siapa ya?" tanya ibu sembari melihat pakaian Aaron yang terlihat sangat formal.

"Permisi bu, saya temannya Zen. Hmm Zen nya ada bu?" tanya Aaron, matanya terus curi-curi perhatian ke dalam rumah.

"Owh ada, silahkan masuk nak" ibu membuka pintu lebih lebar lagi dan mempersilahkan Aaron untuk masuk.

"Zen...ayo sini turun, ada temen kamu nih" mendengar suara ibu memanggilnya, Zen segera berpakaian rapih dan bergegas turun.

Tak biasa ada temannya yang berkunjung ke rumahnya, memangnya siapa?

"Iya bu"

"Ini temen kamu nih, ajak ngobrol gih"

Mata Zen terbelalak melihat orang yang dibencinya datang berkunjung ke rumah. Tangan serasa gatal sekali untuk menghajar wajah Aaron, tapi apa boleh buat. Zen hanya bisa menjaga jarak posisi duduknya.

"Mau apa?" ucap Zen tanpa menatap lawan bicaranya.

"Ini baju kamu kemarin ketinggalan sama ini buat keluarga kamu" Aaron menyodorkan beberapa bingkisan yang tadi Aaron bawa.

"Makasih, tapi kamu cukup balikkin baju aku aja dan yang lainnya gak usah. Kalau udah gak ada keperluan lagi, sana pulang kalau perlu gak usah kesini lagi ya Aaronnnn" Zen senyuman terpaksa dan di lihat jelas oleh Aaron.

"Owh iya ada satu lagi" sambung Zen beranjak berdiri dari duduknya dan pergi ke kamarnya.

"Kenapa pergi?" ucap batin Aaron yang merasa kebingungan.

"Ma...ma..." panggil salah satu adik Zen yang paling kecil dan masih belajar berbicara.

"Hm? Sini sini" panggil Aaron dengan melambaikan tangan untuk menarik perhatiannya.

"Papa..." kaki kecilnya mulai melangkah kearah Aaron dan terus memanggilnya dengan sebutan 'papa'.

"Hiya pinter sini sama papa" adik Zen kini sudah berada di gendongan Aaron dengan senyuman manisnya yang imut.

Sebisa mungkin Aaron mencoba mengajaknya bermain dan bercanda pada adik kecil Zen. Sesekali gelak tawa pun keluar memecah keheningan di ruangan tersebut.

"Hei!"

Kedua makhluk yang tadi sedang asik bercanda langsung mengalihkan perhatiannya pada Zen yang sedang menuruni anak tangga.

"Nih, baju kamu yang waktu itu aku pakai sama ini ambil kartu kredit kamu. Dah sana pergi" Zen menyerahkan kartu pada Aaron yang masih menggendong adik kecil Zen.

"Sini dek sama abang ya" saat Zen hendak mengambil kembali adiknya, tiba-tiba tangisan pun pecah.

"Papa!!!" jeritnya sembari menarik kerah baju Aaron dengan erat.

"Gara-gara kamu" kesal Zen dan melihat Aaron dengan tatapan malas.






//TBC

Meet You Again [M-Preg] ーTAMATーTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang