Deg ..
Tatapan keduanya saling bertemu, saling memandang manik mata satu sama lain. Ketika cowok itu tersadar, cepat-cepat ia mengalihkan padangannya dan mendorong Aurel, dan bangun dari rerumputan.
"Auh," ringis Aurel ketika tangannya tak sengaja mengenai duri di rerumputan tersebut.
"Lo lagi, lo lagi. Kenapa, sih?! Lo selalu gangguin gue tidur?! Apa lo udah bosan hidup?! kesal cowok tersebut sambil menatap tajam Aurel.
"Maafin aku, Kak Arka," mohon Aurel dengan menyatukan kedua tangannya di dada.
Yaps, cowok yang memarahi Aurel barusan adalah Arka. Arka suka tidur di rerumputan di dekat pohon tersebut. Sehabis bermain bola basket dengan teman-temannya, ia langsung berbaring dan tidur di rerumputan dekat pohon tersebut, sedangkan teman-temannya yang lain sudah pulang ke rumahnya masing-masing, tanpa menunggu Arka. Karena mereka tahu, Arka tidak suka diganggu saat tertidur.
"Tidak ada maaf buat lo, Cewek miskin," ucap Arka sambil menarik kasar tangan Aurel.
"Lepasin aku, Kak. Kamu mau bawa alu ke mana, Kak?" tanya Aurel sambil berusaha melepaskan tangannya dari Arka.
"Lo harus gue hukum," jawab Arka sambil mengeratkan pegangannya.
"Auh! Sakit, Kak," ringis Aurel, menahan sakit pada tangannya.
Arka tidak memperdulikan ringisan Aurel, malahan ia menulikan indra pendengarnya. Arka mulai menyeret Aurel dengan kasar, sampai mereka tiba di tujuan.
Aurel dibawa ke sebuah ruangan, tepatnya yang berada di belakang sekolah, di mana ruangan ini adalah ruangan khusus untuk membully dan juga tempat nongkrong Arka and the genk. Ruangan tersebut tidak diketahui oleh warga sekolah, hanya Arka dan teman-temannya yang mengetahui tempat itu. Di belakang sekolah ini sangat sepi, membuat kesan horrornya tersendiri.
Arka langsung menyeret Aurel masuk ke ruangan tersebut. Di dalam sangat luas, terdapat juga barang, baik televisi, alat-alat dapur, dan masih banyak barang lainnya, termasuk alat-alat untuk membully.
Arka langsung menyeret Aurel dan mendorongnya ke bawah lantai dengan kasar.
"Auh," ringis Aurel ketika bokongnya menghantam lantai dengan begitu keras.
"Ini hukuman lo, karena lo udah usik saat gue tertidur," ucap Arka sambil mencengkram rahang Aurel dan menekan kedua pipi Aurel dengan kuat, membuat pipi Aurel terluka karena tegores kuku Arka.
Tangisan Aurel mulai pecah, air mata yang ditahan sedari tadi, kini sudah mengalir deras di kedua pipinya.
"Lepas, Kak," mohon Aurel di sela-sela tangisnya sambil berusaha melepaskan tangan Arka dari kedua pipinya.
Arka seakan menulikan indra pendengarnya, malahan ia semakin menekan kuat kedua pipi Aurel. Setelah itu, Arka langsung melepas cengkraman tangannya dari pipi Aurel, dan melangkah pergi untuk mengambil sesuatu, entah apa yang akan diambilnya, sedangkan Aurel hanya mampu menangis, menahan sakit pada kedua pipinya yang terluka, dan pada tangannya yang memerah dan berdarah akibat Arka mencengkram tangannya begitu kuat dan duri yang menusuk telapak tangan Aurel.
Arka pun kembali dan membawa sebuah ember yang berisi air kotor, tepung, dan beberapa butir telur busuk. Arka meletakkan terigu dan telur busuk tadi di bawah lantai dan melangkah mendekat ke arah Aurel, dan mulai menyiram kepala Aurel dengan air kotor tersebut.
Aurel hanya mampu menangis dan menutup kedua matanya, dan selalu bertanya dalam hati, kenapa dia tidak bisa bahagia? Kenapa ia selalu disiksa? Ia juga manusia, tapi kenapa teman-temannya di sekolah begitu membencinya? Kenapa? Dan kenapa?
Air mata Aurel sudah bercampur dengan air kotor yang menetes dari rambutnya.
Tak sampai di situ, Arka mulai mengambil telur busuk serta tepung yang ia letakkan di bawah lantai, dan menaburinya di atas kepala Aurel. Belum puas, Arka melempar Aurel dengan beberapa butir telur busuk tadi. Kini, badan Aurel sudah sangat bau dan sangat kotor.
Arka langsung tersenyum puas, melihat korban bullyannya yang sudah sangat kotor dan bau akibat perbuatannya. Setelah itu, Arka mulai melangkah ke luar dan meninggalkan Aurel sendirian, tak lupa ia mengunci ruangan tersebut dari dalam.
Aurel yang mengetahui, Arka akan menguncinya, ia berusaha berdiri dan berlari ke arah pintu, tapi pintu sudah terkunci.
"Kak Arka, bukain pintunya!" teriak Aurel, sambil mengedor-gedor pintu.
Arka hanya tersenyum miring dan mulai melangkah pergi menuju parkiran, di mana mobilnya berada dan meninggalkan Aurel sendirian.
Sesampainya di parkiran, Arka mulai menjalankan mobilnya dan melesat pergi, meninggalkan sekolah yang sudah samgat sepi. Langit mulai gelap karena jam sudah menunjukkan pukul 17.40.
Aurel masih berusaha keluar dari ruangan tersebut. Akan tetapi, usahanya hanya sia-sia saja. Percuma meminta tolong, tak akan ada yang akan menolongnya, karena sekolah sudah sangat sepi. Aurel hanya mampu menangis, dan meratapi nasibnya yang begitu buruk. Kapan dia bisa bahagia?
'Ibu, ayah. Aurel takut,' ucap Aurel dalam hati.
Hujan mulai turun membasahi bumi dengan deras. Seakan ikut menangis, atas apa yang dialami dan dirasakan oleh Aurel hari ini.
Udara dingin mulai berhembus, menyapa tubuh Aurel. Aurel hanya mampu menahan rasa dingin pada tubuhnya dengan memeluk tubuhnya sendiri dan menenggelamkan kepalanya di sela kedua lututnya akibat hembusan angin dan hujan yang tak kunjung redah.
Tiba-tiba Aurel merasakan pusing pada kepalanya, ia memegang kepalanya sambil menarik rambutnya sendiri, guna menghilangkan pusing yang menyerang kepalanya. Bukannya menghilang, kepala Aurel semakin bertambah pusing, mata Aurel mulai buram. Tak lama kemudian, Aurel mulai tak sadarkan diri dengan tubuh yang sangat kotor.
▪︎▪︎▪︎
Seorang wanita paruh baya, tengah berdiri di depan teras rumahnya, sambil mondar-mandir ke sana-ke mari. Entah apa yang ditunggunya, dari ekspresi wajahnya, ia sangat khawatir.
"Ibu, udah malam. Masuk ya, Bu," ucap gadis cantik yang diperkiran umurnya masih 12 tahun.
"Kamu masuk aja, Aura. Nanti ibu menyusul. Ibu lagi tungguin kakak kamu, kok belum pulang ya?" tanya wanita paruh baya itu dengan khawatir.
"Kak Aurel, pasti baik-baik aja, Bu. Kita masuk ya? Nanti ibu sakit kalau di luar terus, apalagi hujannya masih belum redah," ucap Aura.
Teenyata mereka adalah keluarga Aurel. Wanita paruh baya tadi adalah ibu dari Aurel yang bernama Ibu Ranti, sedangkan gadis yang berumur 12 tahun adalah adik dari Aurel yang masih duduk di bangku SMP kelas VII.
Mereka tengah menunggu Aurel yang tak kunjung pulang. Biasanya, Aurel selalu pulang cepat, tapi hari ini Aurel masih belum pulang, padahal hari sudah sangat malam. Inilah, yang membuat Ibu Ranti sangat khawatir. Firasatnya tidak enak, entah apa yang terjadi pada putri sulungnya itu, di luaran sana. Tetapi, ia positive thinking aja dan berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa pada putrinya.
"Aku yakin, tidak akan terjadi apa-apa pada Kak Aurel," ucap Aura.
"Sekarang kita masuk ya, Bu," ucap Aura sambil membawa ibunya masuk ke dalam rumah.
Bersambung ...
Jangan lupa vote, komen, dan follow akun author.❤
Setidaknya tinggalkan 1 komen aja, biar Author lebih semangat dalam ngetiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka and Aurel (END)
Jugendliteratur"Maafin aku, Kak Arka," mohon Aurel dengan menyatukan kedua tangannya di dada. "Nggak ada kata maaf, buat lo! Gadis miskin," ucap Arka sambil menarik kasar tangan Aurel. "Lepasin aku, Kak. Kamu mau bawa aku ke mana, Kak? tanya Aurel sambil berusaha...