Aurel kini sedang disekap di sebuah ruangan yang gelap. Ia diikat di sebuah kursi yang berada di sana.
Tak lama kemudian, seseorang masuk ke ruangan tersebut.
"Bangun!" ucap orang tersebut dengan nada yang agak tinggi sambil menyiram Aurel dengan air.
Aurel pun tersadar dari pingsannya, setelah disiram air. Kini Aurel sangat basa kuyup.
Aurel mulai membuka matanya pelan dan ia samar-samar melihat seorang cowok di depannya, ia tidak jelas melihat wajah cowok tersebut karena ruangan yang sangat gelap."Kamu siapa? Aku di mana?" tanya Aurel.
"Lo nggak perlu tahu siapa gue, lo sekarang berada di kandang singa, Sayang," ucap cowok tersebut sambil membelai surai panjang Aurel.
"Lepasin aku!" teriak Aurel sambil menggerakkan tangannya, tetapi tergesek kala tali yang mengikat cukup kuat sehingga tangan Aurel menjadi terluka.
"Apa? Melepaskanmu? Nggak segampang itu Sayang," ucap cowok tersebut.
"Tolong lepasin aku," lirih Aurel sambil meneteskan air mata.
"Jangan menangis, Sayang. Cewek secantik loh ngak cocok menangis," ucap cowok tersebut sambil menghapus air mata di kedua pipi Aurel.
Aurel yang merasa jijik, langsung memalingkan wajahnya.
Tak lama kemudian, seorang wanita memasuki ruangan tersebut.
"Hai Aurel," sapa wanita tersebut.
"Kamu siapa? Dari mana kamu tahu nama aku?" tanya Aurel.
Wanita tersebut langsung menyalakan lampu di ruangan tersebut dan terpampanglah wajah wanita dan cowok tersebut, tak lain dan tak bukan kakak tiri dari Dira yaitu Vani dan cowok tersebut tak lain dan tak bukan adalah Roky, musuh bebuyutan Arka.
"Aurel, lo memang sangat cantik," ucap Vani sambil melangkah ke arah Aurel.
"Lo mau tahu siapa gue? Gue adalah cewek yang mencintai Arka setulus hatiku, tapi apa? Arka malahan pacaran dengan wanita lain! Dan wanita itu Dinda dan lo Aurel!" teriak Vani.
Aurel sangat ketakutan akibat ulah wanita busuk yaitu Vani.
"Mungkin bagus kalau kita main-main sebentar," ucap Vani sambil mengeluarkan sebuah pisau cutter.
Vani mulai melakukan aksinya dengan mengiris kedua tangan Aurel, tapi sebelum itu Vani melepaskan ikatan pada tangan Aurel. Darah mulai bercucuran dari lengan Aurel.
"Auhh! Sa—kit," ringis Aurel sambil mengeluarkan air mata.
"Haha ... ini yang gue suka," sambil menyayat tangan Aurel.
Sayatan pisau sudah memenuhi tangan Aurel.
"Ampun kak," tangis Aurel.
"Nggak ada kata ampun bagi gue, sekarang gue akan merusak wajah cantik loh itu," ucap Vani sambil tertawa jahat.
"Ja—ngan kak," ucap Aurel sambil menangis deras.
"Vani! Udah dulu, mainnya entaran aja," ucap Roky sambil menahan tangan Vani yang akan menyayat wajah Aurel.
"Nggak! Gue mau dia mati kayak Dinda," ucap Vani.
'Dinda? Mereka tahu siapa Dinda?' ucap Aurel dalam hati.
"Lo gila! Gue culik nih cewek semata-mata karena gue mau kasih Arka sedikit pembelajaran, gue nggak mau ikut campur jika cewek ini tiada," ucap Roky sambil melangkah keluar dari ruangan tersebut.
Vani kemudian mencengkram rahang Aurel keras.
"Lo tahu ngak? Arka sebenarnya ngak pernah cinta sama lo, Arka hanya mencintai Dinda. Lo cuman sebagai pelampiasan Arka doang. Lo tahu ngak? Karena lo mirip dengan Dinda, makanya Arka mau sama cewek kayak lo," ucap Vani sambil duduk di depan Aurel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka and Aurel (END)
Ficção Adolescente"Maafin aku, Kak Arka," mohon Aurel dengan menyatukan kedua tangannya di dada. "Nggak ada kata maaf, buat lo! Gadis miskin," ucap Arka sambil menarik kasar tangan Aurel. "Lepasin aku, Kak. Kamu mau bawa aku ke mana, Kak? tanya Aurel sambil berusaha...