"Aku ... aku tadi ambil daun ini," ucap Aurel sambil mengambil daun kecil di atas kepala Arka dan menunjukkannya.
"Jangan pernah lo, sentuh gue dengan tangan kotor lo itu!" bentak Arka sambil menatap tajam Aurel.
"Tangan aku nggak kotor kok, tuh lihat, bersihkan?" ucap Aurel polos sambil memperlihatkan tangannya.
"Bersih dari mana, tangan lo itu banyak kumannya. Gadis miskin kayak lo itu, tangannya nggak pernah bersih!" gertak Arka.
Aurel hanya bisa diam, sambil menunjukkan kepalanya, saat mendengar ucapan Arka barusan. Memang dia miskin, tetapi tangannya selalu bersih, bahkan tangannya juga wangi, tapi kenapa cowok di hadapannya ini berucap kalau tangannya kotor? Itu yang berada di dalam benak Aurel sekarang.
"Gue peringatkan, ya? Siapa pun yang mengusik gue, hidupnya nggak akan pernah tenang, dan lo sudah mengusik gue, dalam artian lo nggak bakal tenang selama bersekolah di sini. Tunggu aja hukuman dari gue," ucap Arka sambil tersenyum devil.
Aurel hanya diam mematung di tempatnya, saat mendengar ucapan Arka barusan. Arka pun mulai meninggalkan Aurel sendirian sambil tersenyum miring.
'Mangsa baru,' batin Arka sambil tersenyum miring.
Kalian pasti sudah tahu yang dimaksud oleh Arka. Mangsa baru dalam artian Aurel akan menjadi salah satu korban bullyannya yang baru.
Setelah kepergian Arka, Aurel melangkah ke brankar dan kembali berbaring karena mendadak kepalanya pusing kembali. Kata-kata Arka tadi masih terngiang-ngiang di otaknya. Tak lama kemudian, ia pun menutup kedua matanya, guna menghilangkan pusing pada kepalanya, ia pun terlelap dan masuk ke dalam alam mimpi.
Satu jam kemudian, ia pun terbangun ketika mendengar teriakan cempreng sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Lilis.
"Bebep!" teriak Lilis sambil melangkah menuju ke brankar di mana Aurel berada sekarang.
"Berisik," kesal Aurel sambil mengusap telinganya, gara-gara teriakan Lilis.
"Hehe ... sorry, Beb. Kepala lo masih pusing?" tanya Lilis.
"Udah baikan kok," jawab Aurel.
"Syukurlah kalau gitu. 'Kan lo udah nggak pusing nih, ke kelas kuy," ucap Lilis.
"Yaudah ayo, aku juga bosan di sini," ucap Aurel.
"Let's go," ucap Lilis sambil menarik tangan Aurel lembut.
Mereka berdua pun meninggalkan UKS dan melangkah menuju ke kelas. Tak beberapa lama, mereka berdua telah sampai di depan kelas yang bertuliskan X IPA 1. Mereka berdua pun langsung masuk ke kelas dan duduk di bangku mereka, Aurel dan Lilis duduk bersama, karena tidak ada yang mau satu bangku dengan Aurel, kecuali Lilis.
Beberapa menit kemudian, Guru yang akan mengajar masuk ke dalam kelas. Guru tersebut bernama Bu Bica, yang membawakan materi matematika peminatan.
"Selamat siang, Anak-anak," sapa Bu Bica sambil duduk di kursinya.
"Selamat siang, Bu!" balas murid X IPA1 serempak.
"Oke, materi kita hari ini tentang himpunan penyelesaiaan suatu persamaan. Himpunan penyelesaiaan adalah blablabla," ucap Bu Bica mulai menerangkan materi.
Semua siswa pun mendengarkan dan menyimak setiap penjelasan dari Bu Bica.
"Oke, anak-anak. Apa ada yang ingin kalian tanyakan?" tanya Bu Bica.
"Saya, Bu!" seru Tono sambil mengangkat tangannya.
"Iya, silahkan berdiri, Tono. Ibu beri kesempatan," ucap Bu Bica sambil mempersilahkan Tono untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka and Aurel (END)
Novela Juvenil"Maafin aku, Kak Arka," mohon Aurel dengan menyatukan kedua tangannya di dada. "Nggak ada kata maaf, buat lo! Gadis miskin," ucap Arka sambil menarik kasar tangan Aurel. "Lepasin aku, Kak. Kamu mau bawa aku ke mana, Kak? tanya Aurel sambil berusaha...