Part 6

2.8K 92 8
                                    

Cup

Tanpa sadar Arka malah mencium pipi Aurel yang sangat imut itu.  Setelah sadar apa yang telah dilakukan Arka, cepat-cepat dia menjauh dari Aurel.
Sedangkan Aurel, memegang jantungnya yang memompa dengan cepat.

Siapa sih? Yang ngak degdegan, jika ada seorang pria apalagi notabenya kakak kelas, mencium pipi kita. Author yakin jantung kalian memompa lebih cepat dari biasanya. Inilah juga yang dirasakan oleh Aurel.
Untung Aurel ngak pingsan yah? Cuman jantung Aurel aja yang memompa lebih cepat.
Kalau Author yang dicium Arka, mungkin Author udah pingsan, kalau ngak pingsan, Author udah mati di tempat.
Hhhh, Canda ...
Oke lanjut cerita.

"Sorry," ucap Arka.

"Iya," jawab Aurel sambil menunduk.

Arka pun menjalankan mobil mewahnya dan meninggalkan kediamannya. Di dalam mobil hanya ada keheningan, Arka yang sibuk menyetir dan Aurel yang sibuk melihat ke arah luar mobil.
Arka pun ingin memecahkan keheningan dengan menanyakan rumah Aurel, karena Arka ngak tahu rumah Aurel di mana.

"Rumah loh di mana?" tanya Arka sambil melihat Aurel sekilas.

"Jalan aja kak nanti aku tunjukkin," jawab Aurel.

Arka pun menyetir sambil mendengarkan arahan dari Aurel.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di sebuah rumah yang sangat sederhana. Arka menerka pasti ini rumahnya Aurel.

"Ini rumah loh?" tanya Arka.

"Iya kak," jawab Aurel.

Mereka berdua pun turun dari mobil, tapi sebelum itu Aurel meminta bantuan dari Arka untuk melepaskan sabuk pengamannya. Arka pun tak ambil pusing, ia langsung melepas sabuk pengaman Aurel.
Mereka berdua pun turun dan mulai melangkah ke teras rumah Aurel.
Rumah kecil tapi indah. Itulah pemikiran Arka.
Gimana ngak indah, rumah Aurel dikelilingi banyak bunga cantik yang berbeda-beda.
Dan satu lagi yang membuat rumah terlihat indah karena halaman rumahnya sangat bersih.

Aurel pun mulai mengetuk pintu rumahnya.
Tak lama kemudian, pintu pun terbuka dan menampakkan seorang wanita paruh baya, siapa lagi kalau bukan ibunya Aurel, ibu Ranti.

"Aurel," ucap Ranti sambil memeluk Aurel. "Kamu kemana aja nak," sambung Ranti di sela-sela pelukannya.

Sedangkan Arka yang melihat keharmonisan keluarga Aurel, hanya tersenyum miris. Karena selama ini, ibunya ngak pernah memeluknya, jangankan memeluk, menanyakan keadaannya aja tidak.

"Ini siapa Aurel?" tanya Ranti sambil melerai pelukannya.

"Ohh, ini kakak kelas aku di sekolah bu," jawab Aurel.

"Tumben banget kamu ajak teman kamu Aurel, biasanya kan ngak ada yang mau datang ke rumah, kecuali Lilis," ucap Ranti heran.

Memang benar, kalau ngak ada yang mau datang ke rumah Aurel karena rumah Aurel sangat kecil dan juga jarang bangat yang mau berteman dengan Aurel. Kecuali sahabatnya Lilis, karena Lilis biasa sering ke rumah Aurel bahkan Lilis pernah bermalam di rumah Aurel, walaupun Lilis dari keluarga berada, akan tetapi dia tidak jijik bertamu ke rumah Aurel. Makannya Lilis adalah sahabat sejati Aurel. Susah senang mereka selalu bersama, melawati tantangan dan rintangan bersama.

"Kenalin saya Arka tante," ucap Arka sambil mencium tangan bu Ranti.

'Ternyata kak Arka sopan juga kepada yang lebih tua darinya' ucap Aurel dalam hati sambil melihat ke arah Arka sambil senyum-senyum.

Tanpa sengaja Arka juga melihat ke arah Aurel, mereka pun saling pandang-pandangan. Sedangkan bu Ranti yang melihat mereka hanya menahan tawa.

"hmm ... kayaknya ibu jadi obat nyamuk ya," goda bu Ranti dengan tersenyum.

Arka and Aurel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang