Seperti daun yang kering, jatuh. Itulah mereka. Hanya memutuskan setiap masalah dengan tergesa-gesa dan pada akhirnya saling terluka. Antika yang mungkin sedikit lebih baik, kembali memulai hidupnya dengan berpindah sekolah selama dua tahun tinggal di ibu kota Jakarta.
Bandung bukan hanya mempunyai pemandangan yang indah sekaligus cuaca yang sangat dingin. Tapi mempunyai cerita yang harus mengungkit luka masa lalunya.
bertemu dengan pemuda yang dulu, pernah singgah dihatinya. Rasa yang tak pernah hilang, sampai akhirnya terjebak lagi-lagi kedalam lubang yang sama.
akankah keduanya bisa saling mengalah, atau satu diantara mereka bisa mengubah sifat dan pribadi salah satunya adalah pemuda itu yang banyak sekali perubahan setelah dua tahun seorang gadis itu tak mendengar kabarnya.
Udara dingin kota Bandung, membuat seorang gadis harus mengenakan syal dilehernya. Begitupun dengan jaket bulu yang menyelimuti tubuhnya.
Mungkin itulah yang disebut surga dunia, berjalan kaki dipagi hari. Mencium bunga disepanjang taman kota. Lantaran jarak sekolah barunya dengan rumah baru orang tuanya, hanya lima menit saja.
Antika Vinia Argadana, nama yang indah bagi gadis seusianya. Umurnya yang masih sangat muda, dan beberapa guru disekolah lamanya memang bangga dengan prestasinya. Berat memang, tapi itulah yang kini harus dijalaninya sekarang. Jauh dengan sahabat-sahabatnya, dan terlebih lagi dirinya harus beradaptasi dengan murid-murid disekolahnya.
Saat telah sampai digerbang sekolah, Antika tak sengaja menabrak seorang gadis disampingnya. Gadis itu membuang muka dan berdecak kesal karna bajunya yang sedikit berantakan.
"apa semua anak disini, berprtilaku sombong?" ucap Antika entah pada siapa.
Pak satpam tersenyum hangat padanya, begitupun dengan Antika yang menyapa ramah pak satpam tersebut dengan sangat sopan.
"Pagi neng?" ucap pak Satpam.
"pagi pak," ucap Antika.
"murid baru ya?" tanya pak Satpam.
"iya pak," jawab Antika seyum.
"jangan hiraukan neng Natasya tadi. Dia memang selalu begitu dengan semua murid disini," jelas pak Satpam.
Setelah berbicara cukup lama. Antika mengangguk setelah menanyakan nama satpam tersebut.
Pak Andhika namanya, satpam yang tidak terlalu , namun juga tidak terlihat tua. Katanya sedang asik menduda. Tapi Antika hanya menanggapi lelucon itu dengan senyum manisnya.
.
.Sekolah 'PANCANSILA NUSA BANGSA'. lebih besar dari sekolah lamanya, hanya berjalan-jalan tanpa arah. Antika membaca tulisan dimading dan menemukan tulisan tangan secara tidak sengaja.
"Bagi yang tidak bersungguh-sungguh. Silahkan tinggalkan kelas musik saya,"
-Yudha-Nama itu, nama yang tidak asing bagi Antika. Tapi dirinya tak perlu mencemaskan soal itu. Bukankah bukan hanya dia yang memiliki nama itu? lalu untuk apa gadis itu harus khawatir.
Antika memang sudah sangat mengerti banyak tentang kisah sekolah ini. Banyak murid-murid baru setiap harinya. Lantaran salah satu murid laki-laki disini sangat populer dikalangan remaja, khususnya wanita.
Antika tak mengerti itu, setampan apa sih wajahnya? sehingga banyak murid yang pindah sekolah disini hanya karna seorang pemuda dengan wajah yang tampan nan rupawan.
"Mungkin mereka hanya ingin bermain-main dengan masa depannya. Sangat membuang banyak waktu untuk sekedar mendapat perhatian pria."
Segera, Antika berjalan guna mencari kelasnya yang berada dilantai tiga. Sekolah itu cukup elit sampai dirinya tak harus repot menaiki tangga, karna sudah tersedia lief disana.
"cukup mengesankan?" ucap Antika menekan tombol didalam lief tersebut.
Sret!
Pemuda dengan kecepatan kilatnya segera memasuki lief yang ditempati Antika. Pemuda itu terlihat begitu kelelahan, sampai nafasnya pun terdengar jelas ditelinga Antika.
"butuh minum?" ujar Antika memberi botol minumannya.
pemuda itu tanpa menoleh dan menolak pemberian dari gadis yang sama sekali tak diketahui wajahnya.
Antika hanya tersenyum tipis dan memasukan kembali botol itu kedalam tas punggungnya.
setelah satu menit lief itu berhenti, Antika tersenyum senang saat dirinya bisa terbebas dari suasana hening tersebut.
tak ada kata atau suara-suara yang terdengar. Pemuda itu dengan gelisah menekan tombol dengan asal berkali-kali. Namun sialnya, pintu tak bisa dibuka dan ditambah lampu yang juga ikut padam.
"Ahhrrrgggg!" decak Pemuda itu
Antika ikut berteriak histeris, karena hanya ada suasana yang gelap dan hening. Gadis itu menggigil hebat, sampai tiba-tiba tanpa seizin darinya. Pemuda yang menolak kasar minumannya memeluknya erat.
tak bisa dipungkiri, jika dirinya sangat nyaman dan mulai sedikit tenang. Tak ada suara yang terlontar dari bibir pemuda itu.
dan ditambah Antika tak bisa berfikir dan berbicara dalam kegelapan.
setiap apapun bisa dirinya atasi, namun kegelapanlah yang paling menyiksanya saat ini."ap-apa lampunya su-sudah menyala?" tanya Antika.
Lagi-lagi tak ada jawaban. Sampai akhirnya terdengar suara dari luar lift yang terdengar putus-putus.
"Apa a-ad or-ng disa-na?!" tanya seseorang.
Antika tak bisa mendengar jelas suara itu. Tapi yang ia tahu adalah seseorang itu sedang menyelidiki apa ada yang terjebak dilift itu.
"TOLONG!" teriak Antika.
Antika berusaha sekuat mungkin mengeluarkan suaranya. Pemuda itu tetap tenang dan bahkan tak sedikitpun khawatir dengan kejadian itu.
Antika sedikit mengumpat, karena dirinya yang tak mungkin bisa membuka mata, dan lebih parah lagi pemuda itu terlalu kencang memeluk tubuhnya yang kecil.
"kamu itu bisa bicara atau tidak sih. Setidaknya bantu aku untuk meminta bantuan."
akhirnya kekesalan Antika memuncak, dan secara spontan pemuda itu melepas pelukannya pada gadis yang bahkan tak pernah berhenti bicara sedetik pun.
"Terkunci satu hari disini, gak akan buat kita mati karena kelaparan." ucap pemuda itu
"Deg!
Antika sedikit tersentak akan suara itu. Suara yang lembut namun selalu kasar dalam penuturannya.
suara yang dua tahun lalu tak pernah bisa ia lupakan, seseorang yang begitu amat sangat dicintainya.
"apakah itu benar-benar dia? atau hanya mirip dan tak berarti apapun.
"akhirnya kamu bicara, sedikit menyakitkan. Namun jika tetap diam dan gak berbuat apapun, untuk apa kita sekolah tinggi-tinggi jika hanya berdiam diri."
Kalimat keras dari sang Antika, membuat pemuda itu tersenyum puas. Entah apa yang difikirkannya. Meski gadis itu masih menebak-nebak apakah itu dirinya atau imajinasi dari gadis itu yang terlalu tinggi.
bahkan sekarang untuk membuka mata pun dirinya tak mampu. untuk saat ini bukan waktunya. Tapi pemuda itu mengerti, jika dirinya satu sekolah dengan gadis yang pernah singgah dihatinya.
"Klap!"
Akhirnya lampu menyala, dan pintu lief terbuka dengan sempurna.
Lesti tak mentadari, hingga akhirnya suara lembut itu merasuki rongga tubuhnya."Kita bertemu setelah dua tahun lalu tak saling menyapa. Kembali namun jangan pernah ungkit masa lalu itu."
"Grep!"
Antika terkejut, dirinya membuka mata, dan mendapati tubuhnya telah terbebas dari penjara kegelapan. Tak lagi terlihat, hanya bayang-bayang pemuda itu yang semakin lama kini mulai menghilang.
dugaan Antika benar, jika dirinya tak pernah salah dengan setiap yang diucapkannya.
"Yudha!" ucap Antika tersenyum sinis.
"Bahkan aku tak ingin bertemu denganmu, atau sampai melihat wajahmu."
......BERSAMBUNG.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Maafkan Aku (END)
RomanceFollow dulu sebelum membaca ❤ Kisah dua remaja yang telah lama berpisah kini bertemu kembali akankah pertemuan mereka kali akan membawa mereka kembali pada kenangan indah dimasa lalu atau justru malah membuat luka lama semakin lebar ikuti terus kisa...