"Selamat pagi Dea!, tumben bangun agak siang?"
"Bukan agak siang, kamunya aja yang kepagian"
"Apa itu, Nes?", sambil menunjuk gelas yang kupegang.
"Teh hangat. Aku buatkan juga buat kamu sama Muli. Tuh dibawah! "
"Ih, baik banget sih Nes. Tumben banget. Aku ambil ya"
"Muli, bangun! Dibuatin Nesta teh hangat tuh! Ntar dingin lho!", teriak Dea sambil menggedor pintu kamar Muli, yang memang selalu kami lewati kalau turun ke lantai bawah.
"De, ngapain sih berisik banget pagi-pagi?. Hari ini aku kuliah siang, malah pagi-pagi udah dibangunin!"
"Itu, dibuatin teh sama Anesta. Aku bawain sekalian ya ke atas!", Dea berteriak dari lantai bawah.
"Tumben banget Nes? Ada angin apa?"
"Angin puting beliung hahaha!"
"Udah, minum aja! Sayangnya nggak ada camilannya"
"Aku ada roti dikamar, kemarin dibawain sama mamanya Jo. Dibawain banyak banget", Dea naik sambil membawa dua gelas ditangannya.
Pagi ini kami duduk-duduk diteras lantai dua. Menikmati teh hangat dan roti coklat. Sudah lama kami meninggalkan kebiasaan duduk-duduk diteras sambil mengobrol tentang apa saja.
Pagi ini aku rindu kebiasaan itu, makanya begitu bangun tadi aku langsung membuatkan tiga gelas teh hangat.
"Ngerasa nggak sih kita udah lama nggak ngobrol kayak gini? Jalan bareng bertiga ke mall aja udah nggak pernah lagi"
"Makanya tadi aku langsung buatkan teh, kangen aja ngobrol bertiga. Walaupun waktunya sempit karena harus kuliah pagi ya disempatin aja"
"Ntar malam makan bakso yuk, yang dimall itu lho"
"Mahal Li! Akhir bulan ini"
"Aku yang traktir, kalian lupa ya hari ini aku ulang tahun"
"Ya ampun, sampai lupa. Selamat ulang tahun Li!"
Kami berdua memeluknya, seraya mengucapkan doa-doa terbaik untuknya. Ternyata kesibukan kami, membuat kami melupakan hal-hal penting yang biasanya selalu kami ingat.
Biasanya kami akan menyiapkan kue tart kecil dan akan memberikannya tepat jam 12 malam. Lalu kami akan bersama-sama berdoa. Saling berpelukan. Lalu kembali ke kamar kami masing-masing untuk tidur. Tradisi itu kami lupakan hari ini.
"Tadi malam Mahesa sama aku nongkrong di Cafe daerah atas. Cafenya bagus, keren tapi makanannya nggak mahal. Ada live musicnya juga"
"Siapa Mahesa?"
"Pacarnya Nesta"
"Kok aku nggak tau? Pelit ya Nes, nggak mau cerita-cerita"
"Belum ketemu waktu yang pas Li, untuk cerita ke kamu"
"Trus, Dea kok tau"
"Nah, ceritanya panjang. Aku kenal Mahesa ya gara-gara Dea. Nanti lah aku ceritakan, ini aku mau berangkat kuliah dulu. Mau serahkan bab 2. Sampai ketemu nanti malam ya"
"Okey, bye Nes!"
**********
Beberapa bulan kemudian
"Nes, hari ini jadi daftar ikut ujian skripsi?"
"Jadi lah, tinggal tanda tangan dosen pembimbing aja untuk persetujuan ikut ujian. Persyaratan lain sih udah beres"
"Kamu?", kutanya Dea. Aku khawatir si cantik ini nggak bisa ikut mendaftar karena beberapa hari yang lalu dia mengeluh kesulitan ketemu dosen pembimbingnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/249048217-288-k469048.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anesta dan Mahesa ( Sudah dicetak )
RomantikBerawal dari perkenalan yang dirancang oleh Dion dan Dea untuk menutupi perselingkuhan mereka. Anesta dan Mahesa malah jatuh cinta saat pertemuan pertama. Cinta mereka yang tulus malah terganjal restu dari mama Anesta, dikarenakan perbedaan suku dia...