Merindukan dirimu

9 2 0
                                    

Bertemu dan berbicara dengannya menjadi seperti candu bagiku.

Dia, perempuan yang seolah menyihirku untuk takluk pada pesonanya.

Perempuan yang kini bayang-bayangnya selalu hadir menari-nari dipelupuk mataku.

Anesta, ya perempuan itu yang sudah membuatku jatuh cinta.

Ntah dimenit keberapa saat pertemuan kami, aku merasakan ada yang berbeda.
========

Mungkin benar adanya cinta pada pandangan pertama, karena setelah pertemuan malam itu aku terus memikirkannya.

Rasanya tidak sabar menanti esok untuk bertemu dengannya.

Sebelumnya, aku tak pernah begini. Bagiku butuh waktu yang lama untuk akhirnya aku jatuh cinta pada seorang perempuan.

Aku pernah punya pacar, dulu saat masa-masa SMA . Hubungan kami bertahan hanya beberapa bulan. Saat menjadi kekasihnya, ternyata kami tidak cocok. Akhirnya kami berpisah diakhir masa SMA.

Dia, perempuan itu juga pernah membuatku seperti ini hingga kuberanikan diri menyampaikan perasaanku. Dari persahabatan menjadi kekasih tidaklah mudah. Akhirnya kami menyerah, lebih baik berpisah.

Dengan Anesta berbeda, tidak pernah ada persahabatan disana. Pertemuan pertama yang langsung membuatku jatuh hati, walaupun aku berusaha menyangkalnya. "Tidak mungkin secepat itu".
=========

"Tadi kemana sama Anesta?"

"Cuma makan lesehan, makan nasi goreng"

"Lain kali kalau pacaran sama Dea nggak usah ajak-ajak aku lagi. Aku jadi nggak enak sama Anesta"

"Lho, apa dia marah sama kamu?. Kayaknya tadi biasa-biasa aja, malah senyum-senyum terus. Berarti nggak ada yang salah kan?"

"Dia nggak marah sama aku, tapi lain kali pergi sendiri aja yon. Kalau akhirnya ketahuan Maya, ya sudah anggap aja resiko dari perjuangan. Hahaha!"

"Halah, semprul!. Aku pulang dulu. Sudah malam"

"Biasanya juga nginep disini yon"

"Kapan-kapan aku nginep, besok pagi aku sudah janji sama adikku mau ngajak jalan pagi"

Sepulangnya Dion dari rumahku malam itu malah membuat aku nggak bisa tidur. Aku malah terus mengingat-ingat saat-saat bersama Anesta.

Besok aku aku harus menemui dia, memastikan tentang perasaanku. Apakah benar aku merinduinya.

Engkau tau, aku mulai bosan
Bertemu dengan bayang-bayang
Bantulah aku temukan diri
Menyambut pagi membuang sepi

Kupetik gitarku untuk melewati malam, berusaha membunuh bayangannya dimataku.
=========

"Udah rapi mau kemana le? Janjian sama teman?"

"Nggak bu, nggak ada janji. Mau pergi ke rumah teman. Ibu juga udah rapi mau pergi?"

"Iya, mau pergi sama bapak. Ada acara syukuran dirumah temannya bapak. Ya sudah hati-hati, pulangnya jangan terlalu larut. Bahaya!"

"Iya bu, pamit ya bu", sambil ku cium tangan ibuku.

Aku nggak sabar ketemu dia. Tadi sebelumnya aku sudah menelponnya. Memastikan dia ada di kos dan kami bisa ketemu. Aku tahu dari nada suaranya, dia ingin bertemu denganku.
===========

Ada rasa yang berbeda saat bertemu dia, saat dia menyebut namaku, aku tau ternyata benar aku merinduinya.

Malam itu aku cukup dikagetkan dengan berita Dion mengajak Dea kerumahnya. Setahuku dari dulu Dion tidak pernah mengajak pacar-pacarnya termasuk Maya kerumahnya bertemu keluarganya. Dion pernah cerita kalau mamanya nggak suka Dion punya pacar sebelum kuliahnya selesai.
Mamanya nggak mau kuliah Dion terganggu dengan urusan percintaan.

Anesta dan Mahesa ( Sudah dicetak )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang