Paduan suara

8 2 0
                                    

Begitu keluar dari ruangan dosen rasanya lega banget. Sebenarnya aku sangat bersyukur punya dua orang dosen pembimbing yang baik. Mereka sangat membantuku, kayaknya aku belum menemukan kesulitan selama beberapa kali bertemu mereka. Ntah nanti.

"Nes, gimana bimbinganmu tadi? Banyak nggak revisinya?". Ternyata dari tadi Dea sudah menungguku, mungkin dia penasaran.

"Cuma sedikit, ada beberapa yang typo mungkin akibat ngantuk. Untuk isinya sih aman dan dua hari lagi bimbingan lagi. Tadi aku nekat mengajukan jadwal bimbinganku. Bab 2 sudah kukerjakan separuh dan yang ini juga cuma sedikit yang harus direvisi"

"Ck ck ck...nekat banget sih Nes, yakin bisa mengejar selesaikan bab 2?"

"Harus yakinlah, kalau perlu begadang lagi mengerjakannya."

"Jangan sampai sakit lho Nes, gara-gara begadang mengerjakan skripsi. Sekarang aja badanmu udah kurus kering gitu"

"Ya ampun Dea, kalau anak kos yang kere itu ya kayak gini tampilannya. Makan diirit, akhir bulan makan nasi putih itu juga beli nasinya separuh lauknya krupuk. Hahaha!"

"Dan mi instan andalanmu!".

Aku sudah terbiasa menertawakan kehidupanku sebagai anak kos, yang cuma mengandalkan transferan dari mama yang sering telat. Dibuat seneng aja, nanti akan jadi kenangan manis buatku.

"Selesai bimbingan mau kemana Nes?"

"Mau pulang, mau tidur! Aku ngantuk tadi malam begadang sampe jam 2. Telat akhirnya nggak masuk kuliah kriminologi"

"Yah, padahal aku mau minta tolong dianterin ke daerah stadion. Mau cari buku, mungkin  ada yang bekas"

"Besok aja ya, aku ngantuk banget pengen tidur"

"Ya udahlah, besok aja. Janji ya Nes besok temani aku ke daerah stadion"

"Beres, tenang aja pasti aku temani kok"

"Kak Anesta, tunggu!", aku dengar ada suara yang memanggilku. Cepat aku berhenti dan kubalikkan badanku, dari suaranya sih aku nggak asing lagi.

"Kak, nanti sore bisa ikut latihan nggak? Kakak udah lama nggak ikut latihan. Kami kekurangan personil kak"

"Kayaknya nggak bisa deh Ki, kakak rasanya capek banget"

"Kak, dua minggu lagi kita mau tampil ada acara di Rektorat. Kita diminta mengisi acara. Ikut ya kak, bantuin kita ya"

Namanya Yuki, si cantik ini sekarang menjabat ketua UKM Paduan Suara Mahasiswa di fakultas kami. Sebelumnya jabatan ini dua tahun berturut-turut ku jalani.

Aku masuk dalam kegiatan Paduan Suara sejak awal masuk kuliah. Aku bergabung karena memang aku sangat suka menyanyi. Sejak SD sampai kuliah kegiatan yang kuikuti dengan sungguh-sungguh adalah paduan suara.

Sudah lama aku nggak ikut latihan, bukan karena aku sudah tidak menjabat sebagai ketua lagi tapi karena aku ini sok sibuk.

"Begini lho Yuki, hari ini aku ngerasa capek banget, tadi malam begadang. Aku nggak berani janji bisa ikut latihan takut ketiduran. Nanti aku ngerasa bersalah nggak bisa menepati janji"

Kulihat senyumnya mengembang, "Ah, soal itu sih gampang nanti aku jemput ya kak ke kos. Sebelumnya aku telpon dulu biar kakak siap-siap". Ternyata aku nggak bisa mengelak dari Yuki.

Aku nampak berpikir, mengambil keputusan. Kasihan juga sih, mungkin mereka memang benar-benar kekurangan personil. Biasanya Yuki nggak pernah sampai meminta tolong seperti ini ke aku.

"Udah deh, kakak iyain aja. Ntar aku jemput ya kak, kos kita nggak terlalu jauh. Lagian bener kak  kita kekurangan personil. Mau ya kak?"

"Iya deh, ntar telpon ya soalnya aku sering ketiduran sampe malam", kataku sambil nyengir.

"Siap Kak!"

"Yuk De, pulang. Aku mau tidur!"

Sepanjang jalan bersama Dea, kami nggak banyak ngobrol. Aku benar-benar merasa lelah, merindukan kasurku. Uh, nikmatnya!.
==============

Sebelum jam 4 sore kudengar telponku berbunyi, kulihat nama Yuki dilayar.

"Iya Ki, kakak udah bangun jemput lima menit lagi ya, kakak mau siap-siap dulu"

Seperti biasa, aku mandi secepat kilat. Soal ini diantara kami bertiga aku ahlinya. Dea sampai heran dengan kecepatanku mandi.

"Yakin bersih, Nes?"

"Yakin dong, sampai disetiap lipatannya aku gosok nih De", biasanya Dea akan memukulku dengan barang apapun yang sedang dipegangnya.

"Yang penting wangi De, hahahaha!"

Segera kusapukan bedak dan kuoleskan lipgloss. Biar kelihatan segar. Nggak kucel seperti biasanya.

Kudengar suara motor Yuki didepan, sebagai ketua kuacungi jempol usahanya menjemputku. Dia sangat bertanggung jawab dengan jabatan yang dia pegang.

"Yuk, nanti ditunggu teman-teman, nggak enak kalau telat!"
==========

Sesampainya kami dikampus, kami segera menuju tempat kami biasa berlatih. Kulihat pelatih paduan suara juga sudah hadir.

Seperti biasa, latihan paduan suara selalu diawali dengan pemanasan. Mulai rongga mulut sampai diafragma. Lalu belajar notasi kemudian mulai belajar menyanyikan syairnya dengan benar.

Ada banyak yang dipelajari dalam paduan suara, jadi tidak bisa hanya asal menyanyi dan membuka mulut mengeluarkan suara. Harus ada harmoni agar paduan suara bisa terdengar bagus dan enak didengar.

Beberapa kali juga aku ikut dalam lomba paduan suara. Kadang menang, kadang kalah. Kalau menang, rasanya kelelahan selama berlatih terbayarkan. Kalau kalah, anggap saja menambah pengalaman dan memperbanyak pertemanan. Aku sering bertemu orang-orang baru saat lomba dan akhirnya menjadi teman.

Bagiku saat menyenangkan berlatih untuk persiapan lomba daripada berlatih seperti biasa.

Ada greget yang nggak bisa aku gambarkan. Ada saat-saat kami harus lembur sampai malam demi hasil yang maksimal. Saat mempersiapkan diri dibelakang panggung, memakai kostum, berdandan. Ada kehebohan yang luar biasa, tapi menyenangkan.

Setelah itu ada jantung yang berdebar-debar, tangan-tangan yang berkeringat dingin,dan bibir yang melafalkan doa-doa. Saling bergandengan tangan menguatkan satu sama lain sebelum berlomba.

Setelah tampil, ada perasaan lega dan senyum yang mengembang karena telah menuntaskan satu tugas.

Kemenangan adalah bonus kerja keras untuk menampilkan yang terbaik yang kita bisa.
=========

Kali ini kami berlatih sekitar 6 lagu, ada 4 lagu baru dan 2 lagu lama yang pernah kami nyanyikan.

Latihan selama dua jam dan istirahat sekitar 10 menit sangat menguras tenaga. Kubayangkan setelah ini aku mau makan nasi rames sepiring tapi porsinya banyak.

"Nes, minggu depan latihan ditambah lagi ya porsinya dan kamu harus ikut" kata pak Edo.

"Saya sudah sampaikan ke Yuki kalau porsi latihannya ditambah. Ini saya minta ke kamu secara khusus lho Nes untuk memperkuat suara sopran biar nggak kalah sama suara alto. Suara sopranmu kuat. Janji ya, minggu depan ikut latihan, kita mau tampil bagus Nes"

"Baik pak, semoga bisa ya"

"Nggak pakai semoga bisa ya Nes, harus bisa. Hahahaha!. Ya sudah, saya pulang dulu"

Kebiasaan kami kalau sudah mendekati waktu untuk tampil, porsi latihan ditambah dan semakin keras. Betapa melelahkan.

Akupun berpamitan untuk pulang, ingin segera mampir ke warung langgananku.

"Kak, bareng nggak pulangnya? Kalau mau bareng tunggu sebentar lagi ya kak"

"Nggak usah deh Ki, aku pulang sendiri aja soalnya masih mau mampir ke suatu tempat"

"Oke deh kak, nggak apa-apa ya pulang sendiri?"

"Santai aja lah Ki. Ayo semua, aku pulang duluan ya! ".

Kulihat mereka belum ada yang beranjak dari tempat latihan. Segera kulangkahkan kakiku keluar dari tempat latihan.

"Hai Nes, kita pulang bareng?"

Kudengar suara Mahesa memanggilku. Kulihat kesamping mencari suara itu dan dia disana tersenyum memandangku.

Anesta dan Mahesa ( Sudah dicetak )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang