"Cepat sekali pulangnya, bu?"
Mew menghampiri ibu yang sibuk memilah-milah pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Anak itu menyenderkan tubuh pada dinding dekat kamar mandi sembari mendekap kedua tangan di atas dada.
"Iya cepat. Tadi Kana cuma diwawancarai sebentar lalu dilanjutkan dengan pengambilan foto untuk kelengkapan biodata paspornya. Setelah itu tidak ada lagi. Kami diperbolehkan pulang dan disuruh datang besok siang untuk mengambil paspor jadinya." jelas ibu panjang lebar.
Memang tadi sekitar pukul setengah 8, ibu pergi membawa Kana ke kantor imigrasi yang terletak di pusat kota usai menghabiskan sarapan pagi. Mew pikir prosesnya akan berlangsung lama dan berakhir pada siang hari. Rupanya tidak.
Melihat sang ibu sudah dirumah pada pukul 11, tak ayal membuat Mew sedikit terkejut dan agak terkesima. "Berarti proses pembuatan paspor sekarang tidak selama waktu aku mengurus paspor dulu ya, bu?"
Mew mengingat-ingat momen ketika ia mengurus paspor yang dulu bisa memakan waktu sampai dua minggu lamanya. Kini tidak sampai satu minggu orang-orang sudah bisa mengambil paspor setelah sebelumnya memenuhi persyaratan dan mengisi formulir yang telah disediakan oleh pihak imigrasi.
Ibu mengangguk-angguk. "Benar, dulu waktu kau mengurus paspor bisa memakan waktu berhari-hari. Jaman sekarang sudah serba canggih. Lewat website online pun kita bisa mengurus paspor dan tinggal menjemputnya saja di kantor imigrasi."
Mew tersenyum saja. Omong-omong dimana bocah itu? Tumben sekali ia tidak merecoki dan mengganggu Mew.
"Kana mana, bu?"
"Tadi ibu lihat dia masih berada diluar. Coba kau cek, takutnya anak itu kabur lagi dengan memanjat pagar!" suruh ibu.
Kejadian beberapa hari yang lalu tentu masih teringat jelas oleh Nyonya Jongcheveevat. Jantungnya serasa hampir mau lepas mengetahui Kana melarikan diri dari rumah demi menuntaskan rasa penasaran terhadap penghuni kolam ikannya bibi Aom. Mengingat itu ibu hanya bisa mengelus dada. Nasib baik Kana dan teman perempuannya bisa pulang dengan selamat. Kalau tidak? Entah apa yang akan terjadi.
"Oke, bu!" jawab Mew kemudian segera meluncur ke teras rumah meninggalkan ibu di depan kamar mandi.
*****
Di pekarangan rumah. Kana berlarian kesana kemari mengejar seekor kupu-kupu besar berwarna hitam bercorak totol-totol putih. Tanpa mengenakan celana, anak itu berlari hanya dengan mengenakan pampers dan baju kaos lengan panjang. Oh... Jangan lupakan sandal besar milik ibu Mew yang melekat sempurna pada kaki kecilnya.
"Puku-puku!!"
Teriakan cempreng itu terdengar riang seiring derap langkah cepat Kana mengejar hewan cantik bersayap tersebut.
"Cini puku-puku..." ujar Kana. Ia mulai kepayahan mengejar kupu-kupu itu akibat sandal yang ia pakai terlalu besar untuk ukuran kaki kecilnya. Terbukti dari kejaran Kana yang tampak melambat dan kupu-kupunya sudah semakin jauh terbang ke luar pagar. Melihat itu, Kana pun berhenti berlari. Bibirnya mencebik kesal lantaran kupu-kupunya berhasil kabur.
"Yahh... Kabul dia!"
Tidak menyerah. Kana memutuskan mencari target hewan selanjutnya untuk ia tangkap. Kana baru ingat, semalam daerah sini habis diguyur hujan lebat disertai angin kencang. Hujannya cukup lama dan berhenti pada pukul 6 pagi tadi sehingga membuat kabut tebal turun dari atas langit.
Biasanya jika sehabis hujan. Bakal ada banyak hewan kecil-kecil keluar dari dalam sarang masing-masing. Seperti cacing, kaki seribu, katak, bahkan ulat bulu warna-warni. Semua hewan itu sudah Kana jumpai dan tidak ada satupun yang ditangkapnya. Maklum, Kana terlalu geli untuk sekedar melihat hewannya. Jangankan dipegang, melihat ada ulat bulu saja Kana keburu teriak duluan akibat ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STILL A BABY || BABY KANA IN ACTION✔️
Nouvelles[COMPLETE] Keseharian baby Kana sebagai tetangga mini phi Meow. Mew : 14 tahun. Kana : 3 tahun. Cerita ini mengandung bromance. ⏩15-08-2020 20-06-2021⏪ Highest Ranking, [#2. Raikantopeni, 13-03-2021] [#3. Gulfkanawut, 09-04-2021] [#1. Bromance, 19...