Tujuh belas

2.3K 361 89
                                    

Kegiatan puncak pensi, tinggal satu hari lagi. Latihan matang sudah di lakukan oleh band Hyunjin, bahkan kemarin, malam harinya Hyunjin dan grubnya tampak menyewa satu studio band, agar memaksimalkan penampilannya nya esok hari.

"Yoh berhenti"

Latihan tampak di berhentikan oleh Hyunjin pada jam 11 siang.

"Break sampai jam 3, abis itu kita latihan sekali lagi, terus bisa balik ke rumah"

Anggotanya tampak mengangguk dan lantas mengembalikan alat musik pada tempat semula.

"Rik, kenapa kok dari tadi aku liat ngelamun terus?"

Eric yang tengah melamun itu langsung berjengit pelan, lantas tersenyum tipis ke arah Hyunjin.

"Kagak apa apa, cuma laper aja paling"

Tergelak pelan, Hyunjin lantas menepuk sekilas bahu Eric.

"Yaudah ayo ke kantin, aku traktir"

"Kagak dah, gua mau ke ruang IPA, ada urusan, lu mending makan bareng Yeji, jangan makan bareng Jeno, awas lu"

Belum sempat menjawab, Eric sudah melecit keluar begitu saja.

"Eh, calon pacar lagi sendirian"

Baiklah, Hyunjin harus bersabar, mendapati Jeno yang kembali muncul secara tiba-tiba, dengan seringai mengesalkan itu.




















































Eric berbohong, dirinya bukan menuju ruang IPA, tetapi menuju tempat lokernya sendiri.

Membuka lokernya dengan kasar dan lantas menghelai nafas.

"Sialan"

Nafasnya terasa memburu, mendapati tidak ada sebuah makanan ataupun surat dengan kertas bewarna biru di lokernya.

Rasanya aneh.

Biasanya, jika Eric tidak sempat sarapan, selalu ada makanan di lokernya.

Eric mempunyai penyakit mag, menyebabkan dirinya tidak bisa telat makan dan tadi pagi, dirinya tidak sempat makan, masih berpikir kalau di lokernya terdapat sebuah makanan, tapi ternyata tidak ada.

Lokernya kembali kosong, hanya berisi beberapa buku dan baju ganti.

"Jingan, gua kenapa"

Rambut yang semula tertata rapi itu tampak acak acakan, akibat gerakan brutal Eric yang mengacak rambutnya.

"Shit, perih perut gua"

Mau tak mau, Eric lantas kembali berlari menuju kantin, untuk mendapatkan makanan, mengabaikan teriakan Hyunjin yang tampak meminta tolong agar bisa lepas dari cengkraman Jeno.

Lebih baik mengisi perutnya dulu.

"Bubur ayam satu, sama es teh"

Setelahnya, Eric lantas mendudukkan diri di kursi kantin, perutnya terasa benar benar perih.

"Ini mas"

Menyerngit, Eric lantas menatap makanan yang di bawa sang penjual bubur.

Hanya bubur kosong dengan bawang goreng di atasnya, serta air putih hangat.

"Pak, ini bubur gw..."

"Gak ada ceritanya orang mag, makan bubur ayam dengan porsi normal, terus minum es teh"

"Kalau mau mati, oke gapapa, tapi seenggaknya jangan di kantin, ntar di kira tukang bubur ngeracunin elu"

Entah datang dari mana, Bomin tiba tiba sudah muncul di hadapan Eric.

Punggung pemuda manis itu tampak menggendong tas berisi gitar miliknya, badannya sedikit menunduk, mengaduk rata bubur milik Eric, agar lebih sedikit dingin.

"Minum promag dulu, sebelum lu makan bubur, abis itu baru makan, terus minum obat mag ini"

Meletakkan dua buah obat di meja kantin, Bomin hanya menatap lurus Eric.

"Kalau tau punya mag, jangan macem macem gak sarapan, ntar susah sendiri"

Setelahnya, Bomin tampak pergi begitu saja, meninggalkan Eric yang hanya terdiam, tapi setelahnya, pemuda tampan itu menurut, membuka promag miliknya, kemudian memgemutnya pelan dan di lanjut dengan semua arahan dari Bomin.

"Kenapa dia masih perhatian sama gua?"








































































"Banyak banyak minum air anget dek, sebelum tampil buat besok, biar suaranya tetep kejaga, jangan teriak teriak, jangan banyak omong, simpen suaranya buat besok"

"Baik kak"

Hyunjin tersenyum manis, kemudian memberikan jempol ke pada kumpulan band yang hanya berisi kelas 10 di depannya ini.

"Yaudah kalau gitu, kakak permisi dulu"

"Lu pada kalau mau tanya tentang chord gitar, bisa tanya Bomin, dia gitaris utama band di sekolah kita" kata Jeno cuek, sambil mendorong ke depan badan Bomin yang baru saja datang.

"Banyak anak baru minta ajarin chord gitar, kasih aja yang gampang, gua cabut dulu"

Dan setelahnya, Jeno tampak menarik tangan Hyunjin untuk keluar dari ruang musik milik sekolah itu.

Meninggalkan Bomin yang bahkan masih belum mencerna keadaan.

"Kak"

Satu tangan terangkat. Pemuda tinggi yang kemarin berbicara dengan Hyunjin itu tampak tersenyum tampan, menatap wajah Bomin yang masih cengo.

"Kakak jomblo gak? Kalau iya nanti kakak saya gebet, manis pisan uy, gak kuat liatnya"

Tawa serta godaan tentu saja terdengar setelahnya. Baiklah, seperti nya Bomin mulai terhibur dengan suasana ini.

"Nama lu siapa dek?"

Yang di tanyai hanya nyengir, seperti nya salting.

"Sunwoo kak, anak IPS 2"

Mengangguk faham, Bomin lantas mengedipkan sebelah matanya ke arah Sunwoo.

"Kalau kakak panggil sayang boleh gak?"

"Asekk""

"Cihuyyy"

"Icikiwiirr"

Pemuda lain yang berada di luar ruang musik, tampak menatap datar lantai di depannya. Mendengar obrolan di dalam sana, entahlah, membuat dirinya panas.

Pukk

"Rik, aku cariin ngapain disini?"

Eric mengerjap pelan, kemudian menggeleng dan lantas merengkuh bahu Hyunjin.

"Kagak, dah ayo balik ke kelas"

Sambil berlahan menjauh dari ruang musik itu, Eric sesekali melirik ke dalam dan langsung mendengus, mendapati Bomin yang tampak tertawa mendengarkan gombalan dari sang adik kelas.

"Ck, Brisik"






































Fyi. Bau bau apa nih?

Ooh bau kecemburuan wkwkw.

❤️❤️❤️

Backstreet•Jenjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang