Makan malam berlangsung dengan cepat. Mereka baru saja menghabiskan makanan penutup. Leslie terpaksa menarik Devian yang katanya belum kenyang. Leslie lupa bahwa perut Devian memang tidak terbatas kapasitasnya.
Seorang pelayan mengantarkan mereka berdua menuju kamar yang sudah dipersiapkan. Letak kamar mereka bersebelahan. Leslie memasuki kamar tersebut dan menemukan tas gitarnya yang berada di sana. Leslie yang ingin membuka tasnya terhenti ketika melihat ada seorang pelayan yang membawa sepasang piyama di tangannya memasuki kamar.
Pelayan itu tersenyum padanya. "Nona, tolong gunakan piyama ini terlebih dahulu. Biar kami mencuci pakaian Anda," ujar Pelayan itu dengan ramah.
"Tapi, aku hanya semalam di sini," jawab Leslie bingung.
"Ini perintah Tuan Joash, Nona."
Leslie mengangkat bahunya tidak peduli. Pelayan itu menyimpan sepasang piyama tersebut di kasur, Leslie membuka jasnya lalu memberikan kepada si pelayan.Pelayan itu menerima jas tersebut lalu melihat ada sebuah goresan di sana.
"Nona, kena-"
Pelayan itu menutup mulutnya ketika melihat terdapat luka goresan di pinggang Leslie.
"No-nona! A-anda terluka!" Pelayan itu terlihat seperti akan pingsan. Wajah paniknya tidak bisa ia sembunyikan.
Leslie yang sudah melepaskan kemejanya memegang pinggangnya lalu melihat ada darah di tangannya. Leslie sedikit terkejut, sedaritadi dia tidak merasakan rasa sakit di pinggangnya.
Aku tidak menyadarinya.
"A-ambulan, saya harus panggil ambulan!"
Leslie langsung terkejut. Dia langsung memegang tangan si pelayan yang terlihat sangat ketakutan. "Tenang, tenang." Leslie menepuk bahu pelayan tersebut.
"T-tapi Anda...."
"Bawa kotak P3K kesini dan jangan katakan pada siapapun."
Pelayan itu mengangguk dan langsung berjalan dengan tergesa-gesa mengambil kotak P3K. Leslie menggaruk belakang kepalanya. Ini pertama kalinya dia berbicara hampir 10 kata kepada orang asing.
Tidak lama kemudian, pelayan itu kembali dengan kotak P3K dan sebaskom air berada di kedua tangannya. Pelayan itu langsung dengan tergesa-gesa membersihkan luka Leslie.
Knock knock!
"Leslie, kau belum tidur'kan? Aku masuk, ya?"
Pelayan itu langsung terlihat kembali panik. "Ti-tidak, Tuan! Tu-"
Pintu terbuka dan Devian langsung mengerjap matanya beberapa kali ketika melihat pelayan tersebut sedang membersihkan luka Leslie. Leslie bersyukur diam-diam, untungnya dia tidak membuka semua kancing kemejanya.
"Oh, kau terluka? Apa kau lagi-lagi tidak menyadarinya?" tanya Devian sambil menutup pintu kamar tersebut. Devian berjalan untuk mendekati si pelayan dengan Devian.
Leslie menggeleng sebagai jawaban untuk pertanyaan Devian. Devian menyuruh si pelayan untuk melanjutkan kegiatan yang baru saja ia tunda karena kedatangannya, si pelayan itu langsung kembali membersihkan luka Leslie.
Si pelayan itu sebenarnya merasa heran karena ekspresi Leslie yang terlihat baik-baik saja. Beberapa kali dia menekan luka tersebut dan tidak mendapati ekspresi apapun di wajah Leslie kecuali wajah datarnya.
Melihat si pelayan yang sudah selesai, Devian mulai mengobati luka Leslie. Tidak lama kemudian, pinggangnya sudah terbalut oleh perban. Devian yang sadar bahwa Leslie akan berganti pakaian langsung keluar dari kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARGET
Action"Senapan, kematian dan darah adalah hal yang pas untuk menggambarkanku." - Leslie. Si penembak jitu, yang dikenal dengan julukan The Silent Nightmare. Si pembawa kematian yang misterius. Dan misterius itu terbongkar dengan fakta yang mengejutkan...