Rosie yang sudah siap keluar dari kamarnya lalu turun menuju ruang makan, dimana kedua orang tua dan kakaknya sedang sarapan. Rosie bisa melihat Rangga dan ayahnya sedang berbincang dengan raut serius di wajah mereka. Rosie bisa menebak bahwa mereka sedang membicarakan tentang perusahaan.
"Pagi, Sayang," sapa nyonya Joash.
"Pagi, Ibu." Rosie tersenyum pada ibunya. Dia langsung duduk di samping Rangga yang masih sibuk berbincang dengan ayahnya.
Nyonya Joash memberikan sepotong roti bakar yang sudah ia olesi dengan selai kepada Rosie. Rosie langsung menyantap rotinya sambil mendengarkan pembicaraan ayah dan kakaknya, walaupun dia sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
"Ibu dengar sekolah Rosie mengadakan acara, apa boleh ibu ikut?"
Rosie langsung mengangguk antusias. "Boleh banget, Ibu. Aku kira ibu ada jadwal hari ini."
Nyonya Joash tertawa pelan. "Kebetulan jadwal ibu kosong, daripada ibu diem di rumah mending ikut ke sekolah kamu."
"Yes! Makasih, Ibu."
Nyonya Joash tersenyum. "Sekarang cepat habisin sarapannya." Beliau menepuk kepala Rosie dengan penuh sayang.
Rosie dengan penuh semangat menghabiskan sarapannya. Setelah selesai menghabiskan sarapan, mereka memasuki mobil lalu mobil berjalan menuju sekolah Rosie. Rosie terus menerus bercerita kepada ibunya dan kepada Rangga mengenai gambaran acara yang diadakan sekolahnya.
Tuan Joash hanya tersenyum tipis ketika melihat betapa antusiasnya Rosie. Pandangannya terus tertuju pada ponselnya dengan tangan yang mengetik untuk membalas pesan Leslie. Tidak lama kemudian, mobil mereka berhenti di depan gerbang sekolah.
Ketika mereka turun dari moil, seketika mereka langsung menjadi pusat perhatian. Rosie diam-diam merasa bangga karena perhatian semua orang tertuju padanya. Rosie dengan sengaja mengapit tangan Rangga yang membuat para gadis menatapnya iri. Mereka berjalan menuju aula dimana acara dilaksanakan.
Pada dasarnya, semua perhatian harus tertuju padaku. Batin Rosie berucap dengan senyuman lebar terukir diwajahnya.
Sekolah Rosie mengadakan sebuah acara pementasan yang diisi oleh penampilan drama, band dan lain-lain. Namun, acara ini terlihat sangat spesial karena mengundang artis-artis ternama sekaligus alumni sekolah mereka yang sudah sukses untuk ikut memeriahkan acara ini.
Para murid pun diperkenankan mengajak keluarga mereka, bahkan acara ini di buka untuk khalayak umum. Tidak hanya berisi penampilan saja, bahkan stand makanan tersebar di mana-mana, menjadikan daerah sekolah Rosie sebagai wisata kuliner.
Rosie yang kebetulan mendapatkan kesempatan untuk tampil menyanyikan lagu tentu saja semakin antusias, Rosie merasa tak sabar untuk menunjukkan kemampuan menyanyinya kepada keluarganya.
Sebelum mereka memasuki aula, Rosie mengajak keluarganya untuk menikmati jajanan yang berada di sekolahnya. Rosie yang antusias menarik kakaknya untuk mentraktirnya. Rosie yang sedang menunggu makanannya melihat ada seorang pemuda berkacamata yang sedang menghampiri mereka.
Rosie tersipu, bahwa mungkin pemuda itu akan menghampirinya untuk berkenalan. Ternyata pemuda itu menghampiri ayahnya lalu sedikit membungkuk.
"Selamat pagi, Tuan Joash. Saya Devian, teman Vely." Devian tersenyum ramah pada Tuan Joash. Dia juga membungkuk pada Nyonya Joash yang berada di samping suaminya.
"Oh, kamu yang dimaksud Vely, ya?" Tuan Joash membuka ponselnya lalu membaca sebaris kalimat yang tertera di sana. "'Pria berkacamata dengan wajah yang minta ditonjok'" Tuan Joash membaca kalimat tersebut dengan tidak yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARGET
Action"Senapan, kematian dan darah adalah hal yang pas untuk menggambarkanku." - Leslie. Si penembak jitu, yang dikenal dengan julukan The Silent Nightmare. Si pembawa kematian yang misterius. Dan misterius itu terbongkar dengan fakta yang mengejutkan...