BAB 10

406 82 5
                                    

Devian tidak pernah ikut campur urusan Leslie. Walaupun tingkat penasarannya sangat tinggi, tapi dia tahu kalau Leslie bukan orang yang mudah untuk ditanyain suatu informasi dan Devian tahu itu. Leslie juga tidak semudah itu untuk dijebak dengan pertanyaan remeh.

Bagi Devian, Leslie itu enigma. Keberadaannya yang penuh misteri, masa lalunya, keluarganya, bahkan nama aslinya. Tidak ada yang tahu siapa Leslie sebenarnya. Awal pertemuan mereka tidak terlalu dramatis, hanya takdir yang menuntun mereka untuk saling bertemu.

Devian saat itu sedang dikejar oleh beberapa bodyguard perusahaan yang sedang mengalami skandal. Dia tau bahwa dia akan mendapatkan julukan pria tertolol jika teman-temannya tahu apa yang sedang dia alami sekarang.

Rasa penasarannya dan keingintahuannya dalam skandal yang dialami perusahaan itu membuat Devian nekat menyelinap masuk ke dalam perusahaan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Saat dia sudah mendapatkan data yang dibutuhkan, salah satu bodyguard menemukan dirinya lalu tanpa basa basi aksi kejar-mengejar terjadi.

Devian yang bukan orang yang terbiasa lari berkilo-kilometer akhirnya terjatuh ketika sudah berada di gang kosong, kacamata sempat terlempar dan membuat pandangannya jadi memburam. Devian langsung mencari kacamatanya, tapi karena keadaan yang sudah gelap gulita ditambah penglihatannya memburam membuat dia susah untuk melihat.

Devian tersentak ketika merasakan adanya moncong pistol yang menempel di belakang kepalanya. Dia mengangkat kedua tangannya, tanda bahwa dia menyerah. Tapi, sangat terlihat bahwa orang yang menempelkan moncong pistolnya akan tetap membunuhnya. Devian menutup mata, bersiap-siap merasakan panasnya peluru menembus kepalanya.

Lima detik berlalu dan Devian tidak merasakan apapun. Dia membuka matanya lalu mencoba melirik ke belakangnya dan menemukan bodyguard yang mengejarnya hanya tergeletak begitu saja.

Terkejut bukan main, Devian terkesiap melihat orang-orang yang mengejarnya. Dia semakin dikejutkan dengan tangan yang tiba-tiba terulur dari belakang dengan kacamata yang dia cari. Dia langsung bergerak mundur dan melihat seorang gadis yang sedang memegang kacamatanya.

Leslie hanya mengangkat sebelah alisnya ketika melihat Devian yang ketakutan. Leslie kembali mengulurkan kacamatanya yang diambil secara perlahan oleh Devian. Dia memakai kacamata dan langsung terpesona dengan penampilan Leslie.

Rambut peraknya melambai dengan lembut ditambah iris abu-abunya yang mengunci Devian sejenak. Pakaian serba hitamnya terlihat kontras dengan kulit putihnya. Mencolok dan cantik. Devian sempat mengira bahwa gadis di depannya adalah seorang albino.

Leslie melangkahi orang-orang tersebut sambil melempar satu pinnya, menandakan bahwa pria-pria yang terkapar itu disebabkan oleh ulahnya. Devian yang penasaran mengecek denyut nadi mereka dan terlihat bahwa mereka masih hidup.

Dia langsung berlari keluar dari gang tersebut dan mulai mencari keberadaan gadis yang sempat menolongnya. Hanya saja, gadis itu sudah terlanjur menghilang karena sudah berbaur dengan keramaian.

Devian kembali memasuki gang itu untuk mengambil pin yang ditinggalkan gadis itu. Setelah mengambil pin tersebut, dia langsung lari dan kembali menuju apartemennya. Sesampai di apartemen, dia langsung mencari informasi mengenai gadis itu, hingga akhirnya dia mendapatkan informasi dan bisa menjadi tangan kanan gadis yang sudah menolongnya.

-TARGET-

Leslie melipat kedua tangannya di belakang punggungnya, menatap lurus ke depan. Hari ini, Rangga memanggilnya untuk sekedar untuk menjaganya, padahal dia hanya akan melakukan rapat biasa dan dia hanya dibiarkan berdiri di luar.

Bahkan ketika rapat sudah selesai dan sekarang Rangga sedang makan siang dengan kliennya, Leslie hanya dibiarkan menunggu bersama bodyguard yang lainnya di luar restoran, ada juga yang menunggu di dalam. Ia melirik kesampingnya lalu mendapati pria-pria berbadan kekar dan lebih tinggi daripadanya. Umpatan ia keluarkan dalam hatinya, padahal sudah memiliki banyak bodyguard yang berjaga di luar, untuk apa dia masih disini?

"Ternyata kau juga ada di sini, ya?" suara bariton menyapa indra pendengaran Leslie.

Leslie melihat kesamping, mendapati pria sedang melambaikan tangannya yang memiliki luka bakar. Walaupun dia tidak pernah melihat wajah pria tersebut, tetapi dia tahu kalau dia pernah mendengar suara pria ini disuatu tempat.

"Oh, kau yang pernah menculikku itu, ya?"

Pria itu mendengus. "Kau masih mengingatku rupanya."

"Suaramu unik, Sam. Makanya aku masih mengingatnya."

Sam berjongkok di sebelah Leslie yang masih berdiri. Dia mengeluarkan sebatang rokok, lalu menghisapnya ketika sudah terbakar ujungnya dan menghembuskan asapnya secara perlahan.

"Kau jadi sedikit pendiam, ya? Tidak seperti dulu." Sam mengeluarkan komentarnya.

"Kau juga tidak senarsis dulu." Leslie menjawabnya dengan nada malas.

Sam mendengus, "Aku sudah tua, tolol. Mana mungkin aku harus terus menerus narsis."

Leslie hanya membulatkan mulutnya. Setahunya, Sam memang sudah tidak bisa dipanggil remaja lagi. Kalau tidak salah, usianya memang berbeda sepuluh tahun dengannya. Usia yang pas untuk mencari pasangan hidup atau melanjutkan karier, tapi sepertinya pria di depannya tidak memiliki keinginan seperti itu. Sam kembali menghembuskan asap rokoknya.

"Kau tahu kabar mengenai Vena?" tanya Sam tiba-tiba.

"Kabar pemberhentiannya?"

Sam mengangguk, "Aku hanya dapat kabar bahwa dia pensiun, tapi kalau keberadaannya sekarang, aku tidak tahu." Dia melirik Leslie yang hanya berdiri malas, menatap kendaraan yang lalu lalang tanpa peduli tatapan penasaran yang dilayangkan oleh para pejalan kaki.

"Aku bertemu dengannya." Leslie melirik Rangga yang masih mengobrol dengan kliennya. Sam yang mengikuti lirikan Rangga langsung paham maksud Leslie. "Dia tinggal bersama majikanmu?"

"Ya, sebagai pembantu."

Sam hanya mengangguk sebagai balasan. Dia berdiri dan menginjak putung rokoknya.

"Kenapa kau disini?" tanya Leslie.

Sam hanya bergidik bahu. "Mencari suasana baru, pekerjaan lama benar-benar membosankan. Orang-orang semakin hari semakin rakus saja, ingin target lenyap karena mereka menginginkan harta yang tertinggal. Ditambah dia merekrutku secara pribadi dengan bayaran tinggi, sayang'kan kalau ditolak?"

Leslie mengangguk. Ingat bahwa tabiat Sam yang akan melakukan apapun kalau bayarannya sesuai. Dia kembali melirik ke dalam, terpokus menatap klien Rangga.

"Kau penasaran dengan majikanku?"

"Hanya ingin tahu kenapa sudah ada CEO baru."

"Oh, kau kenal dengan CEO lama mereka rupanya."

Sam melipatkan kedua tangannya didepan dada, mengingat kembali apa yang baru saja terjadi di Gedung perusahaan. "Banyak hal yang terjadi hingga akhirnya mau tidak mau perusahaan mengganti CEO mereka."

"Seperti?" tanya Leslie. Pandangannya mulai terpusat pada Sam seutuhnya.

"Tuan Elwood jatuh sakit, bisa dibilang penyakit yang sangat parah mengingat umurnya yang sudah tua dan tidak memungkinkan untuk meneruskan perusahaan seperti dahulu, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengangkat anaknya sebagai penggantinya," jelas Sam.

"Sebenarnya perusahaan Elwood semakin dikenal semenjak CEO mereka dipegang oleh majikanku. Mungkin karena faktor CEO mereka sekarang yang masih muda dan pintar, atau mungkin karena alasan lain."

"Majikanku ini tidak ingin memegang kuasa utama perusahaan keluarga mereka. Terlalu banyak tanggung jawab dan beban hidup, tapi karena dia punya alasan lain, mungkin itu yang menjadi pegangan kuat mengapa dia bisa memajukan perusahaan dan membuka koneksi lebih luas."

"Alasan apa?"

Sam menghela napas, mengetuk kakinya dengan perlahan. Dia sedikit melirik majikannya, lalu kembali menatap Leslie. Memutuskan utuk mengatakan semua informasi yang dia tahu. Toh, gadis di depannya ini tidak memiliki mulut sebocor itu.

To be continued.

TARGETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang