Rosie berbalik, melihat seorang gadis cantik bersurai coklat memegang sebuah kotak hadiah di lengannya. Di belakang gadis cantik itu, dia dapat melihat seorang pria tinggi yang memiliki wajah yang hampir sama dengan gadis tersebut.
Rangga dengan senyumnya maju lalu menjabat tangan dengan pria asing itu. "Coni, terima kasih sudah datang."
Coni hanya tertawa lalu membalas jabat tangan Rangga. "Kebetulan aku sedang tidak sibuk di sini, di tambah aku kira Nara butuh angin segar dari tugas-tugasnya."
Coni menepuk punggung Nara pelan. "Nara, ini kak Rangga, teman kakak." Nara mengangguk, tersenyum menatap Rangga. "Halo, Kak. Aku Nara," ujar Rosie yang dibalas anggukan oleh Rangga.
Nara mengalihkan perhatiannya menatap Rosie, dia mengulurkan tangannya. "Halo, kamu Rosie, kan? Aku Nara. Salam kenal, ya."
"Halo, Nara. Makasih udah dateng ke pesta ku!" Rosie menjabat tangan Nara dengan senyuman lebar di wajahnya. Nara mengangguk lalu memberikan kotak kado yang berada di tangannya kepada Rosie.
Rosie menerima kotak kado tersebut lalu mengajak Nara untuk menghampiri teman-temannya yang sedang sibuk menikmati kudapan di pestanya. Nara dan Rosie pergi meninggalkan kerumunan orang dewasa itu.
"Saya akan kembali, Tuan Rangga." Leslie berbisik pada Rangga. Dia membungkuk kepada Coni lalu pergi mengambil minuman untuk Rangga.
"Alula, tidak kusangka aku bisa bertemu denganmu disini." Alula yang berniat untuk menghampiri Rosie langsung terdiam, dia berbalik untuk menatap paras Coni dengan senyum di wajahnya. "Ya, senang bisa bertemu denganmu disini. Kalau begitu saya permisi."
Alula langsung berjalan menghampiri Rosie dan teman-temannya. Coni hanya bisa tertawa melihat kelakuan gadis itu, hal itu tidak lepas dari pandangan Rangga yang membuat kerutan muncul di paras tampannya.
"Kau kenal dia?"
"Tentu saja, kenal Azka? Si pengusaha tempremental itu, aku sering melihat dia bersama Azka," jelas Coni kepada Rangga. Dia masih ingat bagaimana wajah dingin Azka langsung terlihat emosi ketika seseorang ingin berkenalan dengan Alula.
"Tunggu, apakah Azka ada di sini?" tanya Coni.
"Jika dia ada di sini, tidak mungkin aku datang telat."
Coni mengerutkan dahinya. "Oh? Aneh sekali."
Rangga hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak begitu kenal dengan Alula, jadi dia tidak bisa berkomentar banyak. "Bagaimana dengan pencarian adikmu? Apakah kamu sudah menemukan petunjuk?" tanya Rangga untuk mengalihkan perhatian Coni.
"Ya, ya. Ada kemajuan, aku tahu bahwa ibu tiriku mengirim Cana ke sebuah panti asuhan. Aku sempat mengunjungi panti asuhan itu, tapi mereka tidak memberikan informasi yang berarti."
Rangga hanya bisa mengangguk, bisa dikatakan pencarian Coni berakhir buntu. Leslie kembali menghampiri Rangga dan Coni dengan dua gelas champagne di lengannya, gadis bersurai silver itu memberikan kedua gelas yang berada di tangannya kepada dua pria yang sedang berkutat dengan pemikirannya.
Rangga dan Coni mengambil gelas tersebut lalu mengucapkan terima kasih kepada Leslie. Coni meneguk champagne tersebut dengan lirikan mata melihat Leslie. Leslie yang sadar membalas lirikan Coni. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya," ujar Coni kebingungan.
"Oh, kenalkan dia Vega. Salah satu partner yang menemaniku malam ini," jelas Rangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARGET
Action"Senapan, kematian dan darah adalah hal yang pas untuk menggambarkanku." - Leslie. Si penembak jitu, yang dikenal dengan julukan The Silent Nightmare. Si pembawa kematian yang misterius. Dan misterius itu terbongkar dengan fakta yang mengejutkan...