100 votes dan 25 komen, bisa? Bisalah ☺
***
Pukul 11 malam, mobil Daniel berhenti di depan sebuah rumah di kawasan perumahan elit. Seongwu membuka seat beltnya kemudian menoleh pada Daniel, "Makasih untuk hari ini. Aku senang sekali," ujar Seongwu dengan senyum tulus.
Daniel ikut melepaskan seat beltnya kemudian membalas senyuman Seongwu, "Sama-sama, dari pada tiketnya terbuang sia-sia. Saya hari ini juga senang bisa pergi sama kamu," balas Daniel.
"Kalau gitu, aku pamit ya. Good night," pamit Seongwu kemudian ia hendak membuka pintu mobil, tetapi tangannya ditahan oleh Daniel.
Seongwu berbalik untuk menatap Daniel, "Ada apa?"
"Uhm ... besok kamu kerja?" tanya Daniel dengan sedikit gugup.
"Iya, aku kerja. Besok ada beberapa meeting dan harus ketemu sama orang penting," jawab Seongwu dengan tenang.
"Kamu pulang kerja jam berapa?"
Kening Seongwu makin berkerut heran, "Tergantung. Kalau sibuk banget, aku bisa pulang malam. Kalau lagi senggang, jam lima sore juga udah jalan ke rumah," jawab Seongwu. "Kenapa?" lanjutnya.
"Saya mau ajak kamu dinner. Berkenan nggak?" tawar Daniel.
Seongwu menatap mata yang lebih muda kemudian mengerjap pelan, "Nanti aku kabarin, aku bisa atau nggak. Boleh minta nomor telepon kamu?"
Daniel terbengong-bengong. Harusnya ia yang meminta nomor ponsel Seongwu, bukan Seongwu yang meminta nomor ponselnya.
"Nanti aku telepon ya. Kalau nggak malam ini ya besok. Good night!" setelahnya Seongwu keluar dari mobil.
Ya begitulah hubungan Daniel dengan Seongwu. Sebatas antar-jemput, dinner berdua, saling bertukar kabar. Kedua orang itu tak pernah mengklaim hubungan mereka sebagai ajang pendekatan. Hanya teman, itu titelnya. Namun, sebagian besar orang yang sering berada di sekitar Seongwu dan Daniel mengartikan jika hubungan keduanya bukan hanya teman, lebih dari itu. Perhatian yang ditunjukkan sangat tidak wajar jika hanya dianggap teman. Namun, jika dibilang pacar pun bukan. Biarkan keduanya yang memaknai hubungan sedekat pacar tapi hanya teman.
"Kok nggak ada perkembangan hubungan lo sama Seongwu?" begitu pertanyaan yang keluar dari mulut Seunghoon saat ia mampir ke ruang kerja milik Daniel di kantor.
Hampir saja Daniel kelepasan mengumpati Seunghoon karena membuatnya jantungan. "Baru datang udah nanya sembarangan! Sopankah nanya kaya gitu?" balas Daniel nyeleneh sedangkan Seunghoon justru terbahak hingga wajahnya memerah. Daniel yang biasanya tertawa karena hal tidak penting, kali ini justru ia tak tertawa. Matanya menatap Seunghoon dengan sinis.
"Aduh sorry banget, bro! Habisnya hubungan lo sama Seongwu nggak ada ujungnya. Diajakin pacaran juga nggak, teman tapi mesra. Inget loh, nggak boleh cemburu kalau dia keluar sama laki atau cewe lain," ujar Seunghoon saat tawanya perlahan mulai mereda. Ia duduk di sofa panjang yang ada di ruangan Daniel.
Daniel mendengus kemudian ia bangkit dari kursi kebanggaannya dan menyusul Seunghoon untuk duduk di sofa. "Lo ngapain sih ke sini?" tanya Daniel keki.
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Future ➖ OngNiel ✔️
Fiksi PenggemarSemua orang tau Daniel adalah laki-laki yang paling diminati. Ia tampan, pintar, cakap dan ramah. Tapi dibalik semua sifat sempurnanya, ada kejelekan yang tersembunyi. Daniel tidak pernah makan teratur, cukup sering mabuk-mabukan, perokok aktif, pe...