🍀 O3 🍀

3.3K 829 205
                                    

"Gue nggak tahan."

"H---hah?!"















"Daniel?! Heh! Kamu kenapa bengong di depan pintu kamar?!"

BUK!

Daniel menangkap bantal yang Seongwoo lemparkan pada wajahnya barusan sebelum jatuh ke lantai kamarnya. Laki-laki itu mendengus sebal. Ternyata cuma halusinasi kotor Daniel saja.

"Bangun dong! Ngapain melong di depan pintu kaya patung?!" omel Seongwoo yang risih sejak tadi diperhatikan oleh Daniel dengan mata sayu dan bibir yang sedikit terbuka.

"Kamu tuh ya natap aku gitu banget! Pasti lagi mikir hal-hal yang jorok ya?!" tuding Seongwoo yang membuat Daniel membelalakkan matanya panik.

"Ng---nggak! Kata siapa?! Ngapain juga mikirin hal jorok tentang lo?!" elak Daniel. Padahal sejak tadi pikirannya sudah berfantasi yang aneh-aneh terhadap Seongwoo.

"Halah! Nggak usah bohong, Pak Direktur! Emang kamu tuh nggak di masa lalu, nggak di masa depan sama aja mesumnya," cibir Seongwoo tanpa menoleh ke arah Daniel. Ia masih sibuk melipat pakaian laki-laki itu di atas ranjang.

Daniel melangkah masuk ke dalam kamarnya kemudian menutup pintunya. Ia berjalan mendekati Seongwoo. "Woo, katanya lo di masa depan bakalan jadi istri gue, masa gue nggak boleh make lo?"

Seongwoo mendongak dan menatap Daniel dengan pandangan datar, "Bahkan pas kita pacaran pun kamu nggak pernah berani buat nyentuh aku. Dan kita ngelakuin hubungan seks benar-benar setelah menikah. Paham, Pak?" balas Seongwoo yang sedikit terselip nada sarkas di sana.

Daniel mendengus, rencananya gagal lagi buat melepaskan hawa nafsu. Seongwoo kembali melipat pakaian Daniel kemudian diletakkan di dalam lemari.

"Kamu kapan mau jadi manusia bersih dan rapi? Kamar kamu pas awal aku liat lebih mirip kaya kandang sapi dari pada kamar manusia," ujar Seongwoo tanpa menatap Daniel yang sedang melepaskan dasi juga ikat pinggangnya.

"Gue mana sempet sih beres-beres rumah segede ini. Minggu aja gue pake kerja," balas Daniel yang membelakangi Seongwoo.

Si Manis berbalik, "Minggu kerja? Kerja apa?"

"Kerja tidur."

PAK!

Seongwoo menepak kepala belakang Daniel cukup keras sehingga laki-laki itu meringis sambil mengusap kepala belakangnya.

"Woy! Main tepak-tepak aja! Nggak sopan lo! Gue lebih tua nih dari lo!" sewot Daniel.

"Masa? Umur kamu berapa sih? Maaf ya, aku kelahiram 1995. Jadi siapa yang lebih tua, Pak Direktur?" balas Seongwoo sambil tersenyum culas.

Daniel tidak bisa menjawab, ia hanya menatap Seongwoo dengan pandangan kesal. Kemana sifat dan sikap anggun dan bertutur kata lembut seperti saat pertama kali ia datang? Kenapa Seongwoo berubah jadi bermulut tajam, judes dan kasar begini?

Daniel memilih tidak merespon ucaoan Seongwoo, ia meneruskan untuk mengganti pakaiannya.

"Dasinya digantungin."

"Ikat pinggangnya taro di belakang pintu, cantelin."

"Niel, kemejanya masukkin ke dalam keranjang baju kotor. Ada di dekat kamar mandi."

"Niel, celananya ya tolong ditaro di keranjang. Jangan di lantai, nanti aku buang celanamu!"

"DANIEL! JANGAN NAIK KE KASUR! MANDI DULU!"

Daniel mengacak rambutnya, ia hanya ingin istirahat tapi kenapa Seongwoo terus saja membawelinya.

"Lo jangan banyak bacot dong! Gue pengen tidur!" sewot Daniel pada Seongwoo yang sedang berkacak pinggang.

From The Future ➖ OngNiel ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang