🍀 1O 🍀

2.7K 555 164
                                    

Vote dulu sebelum baca 👌

















Kejadian itu membuat Daniel sedikit canggung dengan Seongwoo. Sejujurnya ia clueless, ia tidak tau apa yang terjadi pada Seongwoo, ada apa dengannya. Sejak tadi ia hanya berpikir, bertanya pada diri sendiri tanpa menemukan jawaban.

Seongwoo juga jadi tidak banyak bicara dan dari yang Daniel perhatikan, gerakan pemuda itu semakin melambat. Seongwoo juga terlihat mudah lelah.

Daniel tidak berani untuk bertanya lebih jauh, ia takut Seongwoo kelelahan menjawab segudang pertanyaan yang ada dikepalanya. Kadang Daniel itu terlalu kritis jika menyangkut suatu hal yang ia sukai.

Jadi, sebenarnya Daniel itu sudah suka Seongwoo?

Gitu?

"Hari ini kamu sarapan seadanya aja ya. Aku nggak bisa bikin makanan banyak-banyak buat kamu," ujar Seongwoo saat ia meletakkan sepiring tumisan sayur dan daging di atas meja.

Daniel menggeleng pelan sambil menipiskan bibirnya. Laki-laki itu menarik kursi makan kemudian duduk yang diikuti oleh Seongwoo.

"Nggak masalah sih yang penting gue sarapan," jawab Daniel sambil menuangkan air ke dalam gelas kemudian menyerahkannya pada Seongwoo.

"Nih, minum dulu. Lo kayanya lemas banget," ujar Daniel pada Seongwoo yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja makan.

Seongwoo mendongak kemudian mengambil gelas itu dari tangan Daniel, "Terima kasih," balasnya seraya tersenyum tipis.

Daniel hanya mengangguk kemudian mulai menyendokan nasi beserta lauk-pauknya yang sudah Seongwoo masak. Ia menyuapkan suap demi suap ke mulutnya sambil melirik Seongwoo yang sedang terkulai lemas di atas meja.

"Woo," Daniel menyentuh pundak Seongwoo tapi tidak ada jawaban.

Sejujurnya Daniel panik karena akhir-akhir ini Seongwoo suka tertidur di sembarang tempat, tapi bukan itu yang membuatnya takut melainkan wajah pucat Seongwoo.

"Woo, jangan mati please," lirih Daniel sambil menggigit bibir bawahnya.

Dengan segera ia bangkit dari kursinya untuk mengurus Seongwoo yang sepertinya sudah kembali tertidur. Ia menegakkan tubuh Seongwoo agar bersandar pada perut dan pinggangnya, by the way Daniel berdiri di sebelah kursi yang diduduki Seongwoo ya.

Dengan cekatan ia memerikan denyut nadi serta napas dari Si Cantik.

"Syukur masih napas, Ya Tuhan. Jangan bikin gue jantungan dong," lirih Daniel bersamaan dengan kelegaan yang mengalir dalam tubuhnya.

Laki-laki itu segera menggendong Seongwoo menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Tidak perlu susah payah menggendong Seongwoo karena tubuh Seongwoo itu ringan. Walaupun ia makan banyak tapi tetap saja tubuhnya tidak gendut sama sekali.

Dengan hati-hati Daniel merebahkan tubuh kurus Seongwoo di atas ranjangnya kemudian menyelimutinya sampai sebatas dada.

"Lo sakit apa sih? Tiap gue tanya, lo selalu bilang kalau lo baik-baik aja. Kenyataannya lo sama sekali nggak baik. Muka pucat kaya orang mati, gue kan jadi parno kalau mau ninggalin lo sendirian di rumah. Cepet sembuh kek lo biar gue ada yang ngomelin tiap hari. Harusnya lo udah seneng dong, kan gue udah nggak konsumsi minuman keras lagi, nggak makan junk food lagi. Yang gue makan cuma masakan lo doang," Daniel bermonolog tepat di samping tempat tidur yang ditiduri oleh Seongwoo.

Ia berjongkok kemudian menggenggam tangan kecil yang terasa mendingin itu, "Apa yang lo rasain sekarang? Lo bisa bagi ke gue. Katanya kita ini soulmate kan, kenapa lo nggak mau bagi rasa sakit lo sedikit aja ke gue? Biar gue bisa ngerasain sakitnya juga dan kita cari jalan keluarnya sama-sama," lanjut Daniel dengan monolognya. Tangannya menepuk-nepuk pelan punggung tangan Seongwoo.

From The Future ➖ OngNiel ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang