Semua orang tau Daniel adalah laki-laki yang paling diminati. Ia tampan, pintar, cakap dan ramah. Tapi dibalik semua sifat sempurnanya, ada kejelekan yang tersembunyi.
Daniel tidak pernah makan teratur, cukup sering mabuk-mabukan, perokok aktif, pe...
Terus menangis juga tidak membuat keadaan berubah, Daniel tau itu. Dua hari ia berdiam diri di kamarnya, berusaha menyatukan kembali memori-memori saat ia bersama dengan Seongwoo.
Kini Daniel tau, kini ia paham, setiap kata-kata yang dilontarkan Seongwoo saat bersamanya ternyata mengandung banyak makna, tentang Mark, tentang hidup mereka di masa depan. Bukan hanya omongan asal ceplos yang keluar dari bibir tipis laki-laki itu.
Rumah itu kini sepi, tidak ada lagi teriaka Seongwoo yang membangunkannya dan menyuruhnya untuk mandi, tidak ada lagi aroma masakan yang tercium hingga lantai 2, tidak ada lagi orang yang menyambutnya setelah pulang dari kantor.
Kali ini Daniel benar-benar harus berjuang sendiri. Memperbaiki dirinya sendiri, memperbaiki pola hidupnya dan mencari Seongwoo. Ia ingin segera menemui pujaannya itu, tapi...kemana ia harus mencari?
"Jadi kapan kita benar-benar bisa bertemu?"
"Dua tahun dari sekarang."
Kalimat itu melintas begitu saja di pikiran Daniel. Laki-laki yang sudah tidak mandi sejak kemarin itu akhirnya bangkit dari posisi duduknya di atas ranjang.
"Kalau gue duduk-duduk santai kaya gini terus, kapan mau mulai nyari Seongwoo? Gue harus mulai nyari dia dari sekarang, mau muterin Indonesia juga gue jabanin, sampai keliling dunia juga gue lakuin demi ketemu sama Seongwoo. Santai aja, duit gue banyak. Udah siap buat modal nikah, cuma calonnya aja yang mendadak ngilang. Pfft!"
Daniel berbicara sendiri kemudian menertawakan dirinya sendiri. Menurutnya, kisah hidupnya ini lucu sekali. Kalau diceritakan pun pasti tidak akan ada yang percaya dan menganggap Daniel sedang berhalusinasi.
"Oke! Kita mulai lembaran baru tanpa ada Seongwoo," ujarnya sambil menyibak hordeng kamarnya dan seketika cahaya mentari masuk ke dalam kamarnya yang tadinya gelap.
Teriknya matahari menyinari wajah Daniel yang masih sendu karena ditinggal Seongwoo. Mata cokelatnya juga masih meredup karena kehilangan poros hidupnya. But life must go on, dia harus bangkit bagaimana pun caranya!
"Jam berapa sekarang?" gumamnya kemudian berbalik untuk melihat jam berapa saat ini.
"Jam 8 lewat 13, pantesan gue laper ternyata udah siang," gumamnya sambil menggaruk-garuk perutnya yang masih saja buncit.
Daniel menghela napas lelah, "Bersih-bersih kamar dulu deh, berasa liat kapal karam," kemudian ia mulai mengutip apa saja yang ada di lantai termasuk baju-baju kotornya yang berserakan sejak kemarin. Sebetulnya baju-baju kotor itu sudah diletakkan di tempat yang benar tapi karena Daniel kemarin mengamuk, semua barang ia lempar.
Satu per satu barang ia kutip dan dikembalikan ke tempatnya semula. "Maaf, Woo. Dulu gue nyusahin banget ya? Gue baru tau kalau beres-beres kamar bikin engap," gumam Daniel dengan napas yang terengah-engah.
Laki-laki itu membawa keranjang pakaian kotornya keluar dari kamar untuk dicuci. Saat ia menuruni tangga, Daniel bisa melihat seluruh isi rumahnya yang memang sengaja didesain minim sekat.
Rumahnya dominan berwarna putih mulai dari dinding hingga perabotan rumahnya belum lagi hordengnya juga berwarna putih. Cahaya mentari masuk melewati celah-celah hordeng yang berkibar diterpa angin pagi. Pagi itu rumah Daniel benar-benar terasa sunyi namun terang benderang.
Ia menghela napas kemudian melanjutkan jalannya menuruni tangga sambil membawa cuciannya ke halaman belakang. Karena Daniel tidak tau bagaimana caranya menggunakan mesin cuci dua tabung, maka ia harus melihat YouTube dulu bagaimana caranya menggunakan mesin cuci dua tabung.
Setelah menonton tayangan tutorial bagaimana cara menggunakan mesin cuci, Daniel mulai mengisi air ke dalam tabung sambil memasukan potongan-potongan pakaiannya kemudian memasukkan sabun secukupkan.
Sambil menunggu airnya terisi, Daniel kembali masuk ke dalam rumah. Lebih tepatnya menuju dapur.
"Laper, punya apa kita di kulkas?" gumamnya sambil membuka kulkas 2 pintu miliknya.
"O...okay," gumamnya saat melihat isi kulkasnya yang ternyata masih penuh. Hampir semuanya sayuran dan buah sedangkan ia tidak bisa memasak.
"Eh, ada telor! Hehe udahlah goreng telor aja," monolognya lagi.
Untung saja Daniel bisa menggoreng telur, setidaknya ia tidak akan kelaparan selama di rumah. Laki-laki itu mulai menyalakan kompor dan memanaskan sedikit minyak di atas wajan.
Tunggu panas baru ia memasukan telur yang sudah ia pecahkan. Daniel tidak tau kalau telur ceploknya akan sebrutal ini sampai memuncratkan minyak panas dari wajan.
"ADUH! ANJIR KOK MELEDAK GINI SIH?!" ia emosi karena lengannya terkena muncratan minyak panas.
Ia tetap berusaha membalik telur ceploknya tapi yang terjadi malah minyak kembali menyiprat dan mengenai bagian tubuhnya.
"SAKIT WOY!!!" seru Daniel sambil mengusap-usap lengannya.
Dengan segera ia berlari untuk mengambil helm serta selimut yang ada dikamarnya untuk melindungi diri. Helm tersebut ia pakai dan selimut itu ia gunakan sebagai mantel agar tidak terciprat minyak panas.
Tangan kiri memegangi selimut dan tangan kanan memegangi spatula untuk membalik telur ceploknya yang sudah mulai menghitam. Dalam hati Daniel mengumpat karena melakukan pekerjaan simple seperti ini ia tidak bisa.
Akhirnya telur bisa dibalik ya walaupun bagian sebelahnya menghitam.
Dengan perasaan kesal, Daniel meletakkan telur gosongnya di atas piring dengan perasaan kesal. Ia menghela napas kasar sembari melepaskan helm dan selimutnya.
"Makan apaan gue kalau telurnya gosong gini?!" rutuknya kesal saat melihat hasil karyanya berupa telur gosong. Pasti rasanya pahit.
Daniel duduk di kursi makan sambil menatap miris telur gosongnya yang berada di atas piring sebelum ia ingat kalau air cuciannya belum dimatikan.
"AIRNYA!!!"
Dengan segera Daniel berlari ke halaman belakang untuk mematikan air yang sudah penuh dan keluar dari saluran pembuangan.
"ARGH!!!"
Daniel mengacak rambutnya dengan perasaan kesal setengah mati.
"Hhhh susah juga kalau hidup nggak ada lo, Woo."
Begitulah Daniel setelah ditinggal Seongwoo sekama dua hari.
***
A/N:
Maaf rada molor dari yang seharusnya hehe soalnya lagi banyak kerja kelompok jadinya nggak sempat ngelanjutin ngetik terus.
Kali ini pendek dulu aja ya, doain chapter depan bakalan panjang.
Vote and comment jangan lupa!
And then, check this out!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
See you there, see you in next chapter and byebye! ❤