Bebek vs Wuwang

215 27 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumpah demi apapun hari ini Kalista enggan beranjak dari kasur kesayangannya, tangannya masih memeluk erat guling favoritnya, ia enggan menanggalkan selimut yang membalut tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumpah demi apapun hari ini Kalista enggan beranjak dari kasur kesayangannya, tangannya masih memeluk erat guling favoritnya, ia enggan menanggalkan selimut yang membalut tubuhnya. Semenjak hari kemarin, Kalista enggan menapakkan kaki di kampus barunya. Semenjak ada sosok menyebalkan yang secara tidak sopan menciumnya di depan umum, mengklaim sebagai kekasihnya. Kalan menyebalkan, dasar item, dekil, sialan umpat Kalista dalam hati. Sungguh ia muak berhubungan dengan pria hitam yang sebenarnya memiliki senyuman yang mempesona. Shit.

"Udah jam setengah delapan sayang. Kamu gak kuliah emang?" teriak sang Mama dari depan pintu kamarnya.

Suara ketukan pintu seakan menjadi melodi yang mengalun indah di telinga Kalista. Gadis itu memohon dalam hati untuk tidak mengganggunya hari ini saja, tolong.

"Kalista, anak gadis itu bangun pagi bantuin Mama bukannya malah malas-malasan" suara bariton pria yang sangat Kalista kenal terpaksa membuatnya membuka mata.

Tak ada yang bisa melawan ayahnya, sosok dingin dan tegas itu. Jika melawan bisa saja uang sakunya dipotong dan yang pasti black card favoritnya akan ditahan. Tidak boleh dibiarkan, Kalista masih belum siap hidup tanpa kartu hitam yang sering membantunya itu. Big no.

"Iya Papa, ini Kalista bangun. Tapi Papa masih inget kan omongan Kalista semalam?"

Kris mengernyitkan dahinya, kemudian memijat pelipisnya. Permintaan anak gadisnya kali ini tak bisa diterima oleh logikanya.

"Gak bisa Kalista, itu kampus terbaik disini. Gak ada lagi, Papa gak mau tau suka tidak suka kamu akan tetap belajar disana"

Kalista mencebik kesal, percuma saja melawan sang ayahnya. Ayahnya saja batu persis dirinya.

"Ya ampun Kalista, masih aja di kasur. Cepat mandi, apa mau Mama yang mandiin kamu, hah?" teriak sang Mama sambil membawa centong sayurnya.

Kalista meringis, ia segera beranjak masuk ke dalam kamar mandinya. Saran dari Kalista, jangan membuat Mama marah karena bisa dipukul dengan centong keramatnya lima kali dan itu akan membuat kepala kalian bukan lagi memar.

Fatum (Sekuel Filoteemo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang