Break Up

165 23 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi Kal, hei itu muka pagi-pagi udah ditekuk aja"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi Kal, hei itu muka pagi-pagi udah ditekuk aja"

Kalan enggan menanggapi ocehan Tama kali ini, pagi ini dia hanya butuh sendiri. Biasanya setiap pagi Kalan akan menghabiskan waktu dengan kedua temannya tapi untuk hari ini dia enggan melakukan hal itu, semenjak kejadian malam itu dia malas berinteraksi dengan siapapun. SIAPAPUN. Termasuk kedua orang tuanya atau adiknya yang setiap hari bertengkar dengannya. Diamnya Kalan membuat orang-orang terdekatnya bingung tak biasanya pria yang jahil, suka menggoda, cerewet berubah menjadi pendiam seperti ini.

Pria itu telah tiba di rooftop tempatnya membuat janji dengan seseorang, dia menatap pemandangan kota dari atas sana. Meluapkan rasa sesak yang mendera di dalam dada, tangannya terangkat sambil memejamkan matanya berharap sang angin yang menerpa tubuhnya mampu membawa seluruh kegundahan hatinya.

Suara langkah kaki yang terdengar di telinga Kalan membuatnya tak bisa menyembunyikan senyumnya. Dengan posisi masih membelakangi orang yang baru saja datang itu, Kalan menghembuskan nafas beratnya.

"Aku pikir kamu gak akan datang"

Terdengar helaan nafas dari orang itu, dia kembali melangkahkan kaki dan berhenti di samping Kalan.

"Kamu pikir aku pengecut?"

Kalan tersenyum, manatap wajah gadis yang ia rindukan. Ia mengusap rambut gadis itu dan membawa tubuh mungilnya ke dalam dada bidang Kalan.

"Gak usah terlalu erat meluknya. Aku sesak nafas woy"

Kalan tersenyum, bibirnya mengecup pucuk kepala gadisnya.

"Aku kangen, rindu banget sama kamu"

"Kamu hidup dengan baik Kalan, jangan kira aku gak tau kalau kamu sudah menemukan pengganti diriku"

Kalan melepaskan pelukannya, matanya menatap lekat gadis itu. Ia menggenggam erat tangan halus itu dan membawanya ke dalam dadanya.

"Hati ini masih menyimpan nama kamu, kamu segalanya Karin"

Gadis tadi terkekeh, ia kembali menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Kalan. Sungguh ia sangat merindukan prianya, pria yang sampai saat ini masih ia cintai. Setidaknya ia tak sendiri, perasaan prianya masih sama.

Fatum (Sekuel Filoteemo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang