24. Sahabat atau Orang Asing?

17 1 0
                                    

"Katanya persahabatan adalah jalinan ikatan yang kuat. Kalau kamu jatuh aku pun akan jatuh. Tetapi mengapa kamu yang jatuh? Dan aku hanya terlihat seperti orang bodoh."

☘️☘️☘️

Di liburan kali ini, ada sesuatu hal yang membuat Anel sedikit terusik. Tetapi ini tidak ada kaitannya dengan Dimitri. Terkadang sesuatu yang kita harapkan dan tunggu tidak selalu berujung manis.

Daripada itu Anel agak risih melihat Tasya yang terlalu dekat dengan Suho. Tidak! Anel bukannya cemburu atau apa. Anel juga tidak bermaksud suuzan, apalagi pada sahabatnya sendiri. Aneh saja saat Tasya pergi liburan tanpa suaminya. Dan lagi Tasya cukup dekat dengan Suho akhir-akhir ini. Ya, memang bukan dekat yang bagaimana-bagaimana. Paling Anel sering melihat keduanya asyik mengobrol, pernah juga Anel memergoki mereka mengobrol hal yang serius. Bahkan tempat mengobrol keduanya agak mengasing dari teman-teman yang lain. Anel curiga, Suho suka Tasya. Tetapi kalau dia berpikir begitu berarti dia sudah suuzan dong pada Suho. Atau malah Tasya yang suka sama Suho. Memikirkan itu membuat Anel lumayan pusing. Sepertinya Anel harus mewanti-wanti jika hal-hal seperti itu terjadi. Anel tidak mau rumah tangga Tasya dan suaminya berantakan.

"Suho makasih ya untuk semuanya," ujar Tasya pada pria yang duduk berjarak satu meter darinya.

"Itu bukan apa-apa. Kalau saya jadi dia saya gak akan nyia-nyiakan kamu Sya."

"Dia gak salah, aku yang bodoh." Sorotan mata Tasya mengarah ke lautan. Sorotan matanya kosong, dia memikirkan banyak hal.

"Udah ah, kamu jangan ngomong begitu. Semua pasti akan baik-baik, ah seharusnya saya tak mengatakan ini. Tetapi cuma ini yang bisa aku katakan."

"Gak apa-apa, lo santai aja kali. Gue percaya Allah selalu ada di pihak gue."

"Nah gitu dong." Suho tersenyum tipis. "Mau gue ambilin makanan?"

"Boleh,"

Suho pergi setelahnya, dia sepertinya sudah paham betul apa selera Tasya hingga tidak bertanya lagi wanita itu ingin makan apa. Karena Suho pergi, Anel pun mulai menghampiri Tasya. Sebenarnya sudah sejak lama saat terakhir kali mereka duduk berdua dan bercoloteh panjang. Seandainya Anel tidak terlalu sibuk, Anel ingin selalu mengunjungi Tasya ke rumah sakit. Tetapi ternyata menjadi desainer membuat dirinya cukup sibuk. Tasya juga sama sibuknya tetapi wanita itu masih sering menjumpai Anel lebih dahulu.

"Sya gue jadi penasaran deh kok suami lo gak ikut sih?"

"Dia belum bisa ninggalin urusan kantor Nel. Lagi di luar kota juga," dusta Tasya tanpa rasa curiga dari Anel sedikit pun.

"Oh gitu ya," ujar Anel dengan anggukan kepala. "Lo dekat juga sama Suho ternyata ya, sampai gue takut posisi gue direbut dia."

"Ya gimana, dia orangnya asyik dan pengertian lagi. Tetapi kalau soal posisi mana ada sih yang bisa gantiin lo."

"Gombal aja lo, dikira mempan sama gue." Anel berhenti berbicara sebentar, dia menimbang-nimbang kata yang akan keluar dari bibirnya kemudian. Ada perasaan tak enak juga dalam dirinya untuk menyampaikan hal yang dia resahkan. " Ya, gpp sih lo dekat sama Suho tapi ingat lho kalau lo udah punya suami Sya."

"Cemburu lo?"

"Idih ngapain gue cemburu, kayak gak ada ikan lain aja di laut. Ya gue cuma gak mau kalau terjadi hal-hal yang gak diingankan. Lo tahukan cowok dan cewek gak bisa temenan. Kita juga gak tahu hati manusia. Ya bisa aja kalau gak lo yang jatuh hati duluan ya pasti Suho yang mungkin jatuh hati duluan. Gue gak mau rumah tangga lo hancur Sya."

"Maksud lo apa Nel?" Suasana hati Tasya sedang tidak baik jadi dirinya lebih tidak terkontrol melihat nada suara Tasya meninggi. "Lo mikir gue sama Suho ada apa-apa gitu? Lo mikir gue suka sama Suho dan mau khianatin suami gue?" Anel bergeming atas kalimat-kalimat yang Tasya lontarkan. Pasti ada sesuatu kalau Tasya sudah sensi begini.

Fragment (Golden Tree The Series Two) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang