"Setidaknya aku bisa menjadi salah satu peluang dalam hidupmu. Walau mungkin tidak akan pernah kamu pilih."
☘☘☘
Anel akhirnya pulang ke rumah setelah beberapa hari memilih menginap di gedung Fastco Company. Terlihat mamanya sedang asyik menonton televisi bersama sang papa. Anel menyalim papa dan mamanya.
"Kabur kemana kamu beberapa hari ini?"
"Ya ampun ma, kabur kemana sih. Anel kan juga udah bilang. Lagian cuma nginep di FC kok."
"Udahlah ma, lagian wajar Anel kesana. Ruang kerja private Anel juga disanakan."
"Emangnya papa pernah diajak ke ruang kerja rahasianya itu?"
"Ya pernahlah, bagus. Di sana gak cuma ada ruang kerja Anel ruang kerja teman-temannya juga ada. Tapi karena rahasia ya tempatnya tersembunyi." Perasaan ini kok malah bahas ruang rahasia di FC sih, buat penasaran aja.
"Terserah deh pa." Keduanya melupakan pembicaraan tentang Fastco Company itu. "Oh iya ada hal penting yang mau mama omongin sama kamu Nel."
"Apa ma?"
"Mama harap kamu gak nolak. Mama gak bakal maksa kok akhirnya apa keputusan kamu. Tapi mama harap kamu mau kenalan dulu sama anak teman mama ini. Dia anak yang baik lho Nel. Tapi kalau ternyata perasaan kamu tetap untuk Dimitri mama gak akan maksa. Mama janji."
"Jadi ceritanya dijodohin nih."
"Ya hitung-hitung ta'arufanlah Nel," timbal papanya. Tapi menurut Anel ta'arufan itu tidak seperti ini.
"Gimana sayang? Mau ya?" Itu sedang menanyakan pendapat atau pemaksaan sih.
"Oke, tapi janji ya kalau Anel tetap gak punya perasaan sama orang ini Anel bebas."
"Janji," ikrar mamanya.
"Lagian kamu ini betah banget nunggu yang gak jelas," sindir papanya.
"Bukan gitu pa, Anel mau fokus sama karir aja dulu." Dusta Anel.
"Mau jadi perawan tua dia pa," tambah mamanya. "Gak sadar umur udah dua puluh lima."
"Tuhkan ngeselin, ujung-ujungnya menghina anak sendiri. Yang herannya selalu Anel yang dihina. Sesekali Nindy atau Jo kek."
"Abis kamu sih yang paling susah di atur."
"Terserah mama, daripada Anel berdosa mending Anel ke kamar dulu.'
Anel meninggalkan kedua orang tuanya. Dia menaiki tangga menuju kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya. Tapi dia seperti menimpa sesuatu. Terpaksa Anel bangun lagi, membuka selimut. Ternyata oh ternyata adiknya Nindy sedang tidur di sana. Anel menepuk pantat gadis itu.
"Aww," ringis Nindy.
"Pindah ke kamar lo sana. Bagus banget tidur di kamar gue."
"Iya-iya kan gak perlu ngomel-ngomel. Ntar cepat tua. Oh iya memang udah tua." Sekarang tahukan alasan Anel malas di rumah. Semua orang pada ngeselin.
"Btw mata lo kenapa tuh? Bengkak banget." Terlihat sekali mata Nindy yang begitu bengkak oleh Anel.
"Abis baca wattpad tadi malam. Sedih banget. Dusta Nindy malas diceng-cengin kakaknya."
"Bohong dosa kali. Gue yakin sih pasti gara-gara cowok. Kalau lo mau curhat lo bisa kok curhat ke gue. Lagian kalau karena cowok gak perlu berlebihan, gak baik." Pikir Nindy tumben sekali kakaknya baik begini.
"Sok bijak lo kak. Udah ah mau ke kamar gue."
"Ye dibilangin ngeyel." Nindy tidak peduli. Pergi begitu saja ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragment (Golden Tree The Series Two)
ChickLitGolden Tree The Series 2 Apakah kita bisa percaya cinta seseorang akan tetap sama dari waktu ke waktu? Aku rasa tidak akan ada yang begitu. Ini tentang karir, cinta, mengikhlaskan dan takdir.