21. Fragmen

16 0 0
                                    

"I was waiting for you when i was busy with my own problems.  You have never waited for me. And no disappointed i got. I just let you happy with your decision. But then you are back and being fragment in my head."

☘☘☘

Semilir angin malam tepat pukul 5 lewat 15 menit di pinggir lautan membuat Anel mengeratkan jaketnya. Di saat semua sahabat-sahabatnya masih merasa capek untuk keluar dan menikmati pantai, Anel adalah orang pertama yang melalukan itu. Anel tidak ditemani siapa-siapa. Ya sebelum akhirnya Ajril ada di di sana beserta istrinya.

"Sendirian aja neng jomblo ya," Ajril berniat mengusuli Anel.

"Iya deh yang udah ada gandengan. Tapi gue bahagia kok." Anel menjawab kasual.

"Mas suka banget sih jailin Anel." Ucap istri Ajril pada dirinya.

"Kayaknya aku emang ditaktirkan untuk jailin dia deh sayang."

"Ya Allah nih bapak-bapak mana ada yang begitu." Anel menimpali. "Yaudah deh gue cabut, malas jadi nyamuk."

"Gpp kok Anel gak jadi nyamuk. Lagian kitakan juga gak mesra-mesraan juga." Istri Ajril menahan Anel untuk pergi.

"Bener nih?" Anel mendapat anggukan mantap dari istri Ajril.

"Lagian ya Nel gue sama istri guekan pengantin baru dan sebelumnya kami belum kenal jujur kita masih canggung."

"Ya ampun kalian ini. Padahal aku berharap momongan dari kalian. Jadi kalian belum melakukannya?" Wajah istri Ajril memerah saat Anel melontarkan pertanyaan seperti itu.

"Duh Anel jangan buat keadaan ini makin akward dong. Anggap aja kami masih kayak orang pacaran." Anel tertawa kecil mendendengar tanggapan Ajril.

"Iya deh. Tapi lo bilang aja sama gue Frey kalau si kunyuk itu main kasar ke lo. Biar gue gebukin sama yang lain."

"Wah Anel gini-gini sadis juga ya."

"Dulu dia gak gitu tahu sayang. Dia mah cengeng dulu." Ajril membeberkan fakta tentang Anel. "Semenjak pulang dari Paris, bawaannya makin sadis dan garang. Katanya itu pertahanan dirinya agar gak sembarang orang berani macam-macam sama dia."

"Gue rasa semua orang berhak berkembang."

"Bagus dong sayang," ucap Freya. "Cewek itu kalau kelihatan cengeng bakal mudah diremehin. Tetapi bagaimanapun cewek emang lebih cengeng dari cowok. Cewek selalu ngutamain perasaan. Tetapi cewek yang bijak adalah cewek yang bisa menyelaraskan antara logika dan perasaan."

Obrolan ketiganya berlanjut kemana-mana. Sunrise di depan mata sudah menghilang tak berjejak. Anel melihat Ajril dan Freya bahagia, meski mereka bukan pasangan yang romantis keduanya adalah orang yang baik dan sangat menghargai orang pasangannya. Terlihat dari sikap timbal balik antara keduanya. Anel juga tak mengharapkan banyak dari suaminya kelak. Anel hanya berharap suaminya kelak bisa mengjargai setiap keputusannya. Berkepala dingin saat dihadapi dengan perbedaan pendapat di antara keduanya. Dan yang pasti tak akan melarang Anel bekerja. Meski Anel tahu betul mengikuti semua perkataan suami adalah kewajibannya. Namun bagi Anel pekerjaannya juga bagian dari hidupnya.

"Dimitri, dépêchons-nous," sayup-sayup suara terdengar di pinggir pantai 100 meter dari sebelah kanan Anel, Ajril dan Freya menikmati keindahan pantai. Saat itu matahari sudah mulai naik sekitar pukul tujuh.

Fragment (Golden Tree The Series Two) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang