8. Mati Satu Tumbuh Seribu

28 6 2
                                    

"Kata orang-orang jadi terkenal itu enak. Bagiku jauh lebih enak menjadi orang yang tidak dikenal banyak orang. Karena kamu tak harus mendengarkan semua saran mereka untuk merubah dirimu."

☘☘☘

Jika sore kemarin terjadi kekacauan, hari ini hujan turun rintik-rintik. Berkat gosip yang masih beredar tentang dirinya dan Ajril, Anel memutuskan untuk mendekam di Fastco Company beberapa saat. Anel sempat adu mulut dengan Ajril kemarin setelah kejadian itu. Setelah itu mereka diam-diaman.

"Nel, maafin gue dong." Ajril yang pertama kali mendatanginya di balkon dan minta maaf.

Anel membuang napasnya berat. Dia pikir itu bukan salah Ajril juga. "Gue juga minta maaf, itu juga bukan salah lo. Tapikan kita itu udah lama banget putus. Pacaran juga pas SMP, kenapa sih masih aja digosipin?"

"Gue juga gak paham. Emang salah kalau mantan jadi sahabat gitu?" Ajril juga jadi bertanya-tanya.

"Jril jujur deh, lo udah gak ada rasa sama guekan? I mean bisa aja sebenarnya masih ada mengingat setelah itu lo ganti-ganti pasangan mulu."

"Nel gue emang masih sayang sama lo." Ajril menjeda ucapannya sementara Anel agak terkejut. "Tapi sayang sebagai sahabat. Kenapa gue selalu ngingetin lo buat hati-hati sama Dimitri karena gue takut dia nyakitin lo. Maksudnya yaudah lo gak usah disakitin lagi, cukup gue aja waktu itu. Gue udah anggep lu saudara gue. Masa gue biarin lo disakiti. Lagian kita di sini semua keluargakan."

"Dan kalau masalah gue gonta-ganti pasangankan lo juga udah tahu alasannya. Itu emang murni demi ada gandengan aja kalau ada acara gitu. Dan sebebarnya itu gak bisa dibilang pacarankan karena gue bayar mereka untuk jadi pasangan sementara doang ."

"Iya gue ngerti, tapi lo juga gak harus selalu ngekhawatirin gue. Gue bisa jaga diri. Jril gue tuh mau lihat lo nikah juga. Jangan karena lo gak mau duluin gue. Lo malah jadi gini."

"Yee pede banget lo, gue belum nikah sampe sekarang karena gak pengen duluin lo. Belum ada orang aja yang bisa nerima gue apa adanya kayak kalian Nel."

"Gimana lo mau diterima apa adanya Jril, kalau lo masih nyakitin hati banyak cewek. Berhenti aja bayarin cewek cuma buat jadi pasangan bohongon demi bisnis, berubah dikit kek. Malu tuh ke Allah bukan rekan-rekan bisnis lo."

"Yaudah, lo mau gue nikahkan?" Anel mengangguk pelan. "Gue ta'aruf aja kayaknya. Biar lo juga gak digosipin lagi."

"Nah gitu dong, ntar gue sampein sama kak Asa biar dibantuin."

"Tapi awas aja kalau sampe lo gak nyusul. Jangan sampe lu nyesal deh jadi perawan tua."

"Idih, amit-amit deh."

Anel yang tadinya menghadap ke arah luar melihat gedung-gedung tinggi di sekitarnya kini berbalik dan melihat kedua pasangan yang selalu mencuri perhatian masuk bersama anaknya. Lucunya mereka memakai jas hujan transparan yang kompak bertiga. Merasa tertarik, Anel meninggalkan Ajril di balkon dan dia mendatangi keluarga kecil itu.

"Bun, Iu macih mau main hujan bun." Bocah lelaki berumur dua tahun tampak bernegosiasi dengan ibunya.

"Sepertinya Ayah, juga masih pengen main hujan bun. Ayo kita naik ke rooftop dan main hujan lagi."

Fragment (Golden Tree The Series Two) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang