6. Dia dan Gadis Lain

47 7 0
                                    

"Aku tidak pernah berpikir jika ada orang yang akan menggantikanku. Yang aku tahu kamu berusaha untuk tetap bersamaku."

☘☘☘

Valerie menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya. Dia tengah duduk di depan cermin besar berbentuk bulat. Semakin hari berlalu dengan cepat Valerie ingin menolak semuanya. Atau seharusnya Valerie tidak memulai semuanya dengan cara seperti ini. Valerie yakin dia tidak akan mendapatkan ending yang bagus dari apa yang dimulainya.

Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Valerie setengah hati untuk membuka pesan itu. Semua ini terasa sangat menyedihkan. Valerie ingin diingat selamanya, tetapi apa itu mungkin terjadi?

Dimitri : Sepuluh menit lagi aku sampai di rumah kamu.

Lima detik berikutnya pesan singkat kembali masuk.

Dimitri : Kamu mau dibawain apa Val?

Dimitri : Val lagi dandan ya, kok pesan Dimitri dianggurin.

Valerie menarik senyumnya susah payah. Andai tidak ada yang perlu dikhawatirkan Valerie pasti bisa tersenyum puas. Tetapi mengingat semuanya senyum Valerie terasa menyedihkan.

Valerie : Gak usah bawa apa apa. Bagi aku, kamulah hadiah itu sendiri.

Dimitri : Gombal kamu

Hari ini Valerie tidak ingin menuruti aturan-aturan yang dipatokkan padanya lagi. Setidaknya hari ini Valerie ingin menjadi dirinya sendiri. Semua pakaian elegan yang biasa dia pakai dia ganti dengan pakaian bergaya sangat sederhana. Rambutnya dia ikat kuncir kuda. Wajahnya hanya dipakaikan bedak tipis serta lipmate warna senada dengan bibirnya.

Valerie sebenarnya tidak begitu percaya diri. Tetapi jika dengan begini dia merasa lebih nyaman maka dia akan meneruskannya. Tak lama sebuah ketukan pintu terdengar. Kemudian suara menyusul terdengar.

"Val, Dimitri sudah sampai itu. Kamu mau sampai kapan dandannya?" Itu suara ibu Valerie.

"Iya bu, ini juga mau keluar kok."

Valerie mengambil slingbagnya yang ada di meja rias kemudian membuka pintu. Sudah tidak ada ibunya saat dia membuka pintu. Valerie menuju ruang tamu dimana Dimitri menunggu. Dimitri yang menangkap sosok Valerie terdiam, melirik Valerie dari atas sampai bawah.

"Udah nunggu lama Dim?"

"Ba-ru saja kok," jawab Dimitri sedikit terbata.

"Mau pergi sekarang?"

"Iya, lebih cepat lebih baikkan."

Valerie mengangguk kecil. Valerie pikir Dimitri akan menanyai penampilannya. Ternyata Dimitri biasa saja. Keduanya menuju mobil. Dimitri membukakan pintu untuk Valerie. Hal kecil yang selalu membuat Valerie merasa tersanjung. Lalu dengan cepat Dimitri beralih ke kursi kemudi. Mobil melaju dengan perlahan, dengan musik yang mengalun.

Sejujurnya Dimitri tidak fokus mengemudi. Dari ekor matanya dia terus mencuri pandang ke arah Valerie. Dimitri ingin bertanya, saat dilihatnya Valerie sudah memejamkan mata mencoba untuk tidur. Entahlah Dimitri merasa akhir-akhir ini Valerie tidak banyak bicara seperti biasanya.

Satu jam perjalanan telah ditempuh, mungkin sekitar sepuluh menit lagi mereka akan tiba di tempat yang ingin mereka tuju. Mata Dimitri disuguhi dengan berbagai warna di samping kiri dan kanan jalanan. Sepertinya tempat itu tak banyak berubah. Tiba di tujuan Dimitri segera memarkirkan mobilnya. Diliriknya samping kanan, Valerie masih tertidur. Rasanya tidak tega untuk membangunnya. Tetapi sepertinya tubuh Valerie peka. Perlahan-lahan Valerie membuka kelopak matanya dengan sosok yang dilihatnya pertama kali adalah Dimitri.

Fragment (Golden Tree The Series Two) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang